OKI Mendesak Indonesia Menjadi Pendamai Untuk Konflik Yaman
2015.04.16

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mendesak Indonesia untuk menjadi penengah konflik di Yaman yang semakin memanas antara pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran dan koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi. MUI menganjurkan Indonesia berperan sebagai pendamai.
“Yang ditakutkan adalah perang ini membesar dan menjadi skenario untuk melemahkan umat Islam dari keduabelah pihak. Senjata kedua koalisi, yaitu Iran dan Saudi Arabia yang berkonflik, akan meluluh lantahkan dan menghancurkan umat Islam, tidak peduli apakah itu Sunni atau Syia, kerugian ini akan sangat dahsyat bagi umat Islam,” kata Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri MUI, Muhyiddin Djunaedi kepada BenarNews tanggal 16 April.
Sekretaris Kabinet Indonesia Andi Widjajanto mengatakan menerima seruan ini.
"Kami menerima duta besar dari OKI kemarin dan mereka menyuarakan harapan mereka bahwa Indonesia dapat memberikan kontribusi sebagai penengah untuk menyelesaikan konflik di Yaman," katanya kepada wartawan tanggal 15 April.
Indonesia harus bertindak cepat:MUI
Muhyiddin mengatakan bahwa yang terjadi di Yaman adalah konspirasi politik.
“Saudi mengambil tindakan militer karena Iran membantu Houthi yang mayoritas adalah Shia. Sedangkan mayoritas Islam di Saudi adalah Sunni. Yang kita khawatirkan adalah adanya peperangan terhadap Islam yang berkelanjutan,” katanya kepada BenarNews tanggal 16 April.
Muhyiddin menambahkan Indonesia mempunyai kesempatan untuk menjadi pendamai.
“Lokasi Indonesia yang jauh dari tempat konflik akan menjadi tempat ideal untuk perdamaian,” lanjutnya.
Muhyiddin mengingatkan seluruh umat Islam bahwa konflik di Yaman sangat menyedihkan karena melibatkan umat Islam dari kedua belah pihak dan membuang uang untuk berperang yang seharusnya bisa digunakan untuk perdamaian dan pembangunan umat islam.
“Jumlah dana yang digunakan untuk berperang bisa mencapai billion USD bukan untuk membantu umat tapi membunuh sesama muslim. Yang diuntungkan dalam konflik ini adalah pembuat senjata termasuk Amerika dan Inggris,” katanya menerangkan.
Muhyiddin menyerukan agar Indonesia menggunakan posisi politiknya dengan baik.
“Kami yakin Indonesia bisa melakukannya,” katanya.
Peran Indonesia
Pengamat politik Timur Tengah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hamdan Basyar, setuju bahwa konflik di Yaman membutuhkan pendamai.
“Kita tidak harus memposisikan diri membela salah satu kelompok yang berkonflik, tetapi peran kita adalah netral sebagai peace broker, pendamai. Dunia melihat posisi dan peran Indonesia sebagai negara Islam terbesar yang masih bisa menjamin kebebasan beragama dan menerapkan demokrasi,” kata Hamdan kepada BenarNews tanggal 16.
“Karenanya kepercayaan tersebut harus kita jaga demi perdamaian dunia,” katanya.
Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Nadhlatul Ulama (NU) mengatakan Indonesia sebaiknya tidak terlibat dalam konflik militer di Yaman.
“Politik Indonesia adalah bebas dan aktif. Karena itu sebaiknya kita tidak ikut terlibat dan membenarkan cara-cara perang untuk menyelesaikan masalah atau melakukan intervensi terhadap serangan di Timur Tengah,” kata Nusron Wahid kepada BenarNews via telefon tanggal 16 April.
"Perang di Yaman adalah ancaman kepentingan dan politik masing-masing negara dan arena itu tidak seharusnya kita terlibat," katanya.
Konflik Timur Tengah menjadi topik penting KAA
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa negara anggota OKI akan membahas masalah ini dalam Konferensi Asia Afrika (Asia Africa Conference/AAC) yang akan dilaksanakan tanggal 19-24 April di Bandung, Jawa Barat.
“Konflik di Timur Tengah akan menjadi prioritas dalam peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika di Bandung,” katanya kepada wartawan setelah pertemuan dengan anggota OKI di Istana Negara.
Kalla tidak memberikan jawaban detail bagaimana Indonesia akan menjadi penengah.
“Presiden Joko Widodo telah merundingkan himbauan ini dengan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan,” lanjut Kalla.
Kalla mengatakan kedua pemimpin negara tersebut setuju bahwa AAC diharapkan dapat menghasilkan solusi damai untuk Yaman dan konflik lainnya yang melanda Timur Tengah, Asia dan Afrika.