Operasi Diperpanjang, Polri Yakin Tangkap 9 Sisa Anggota MIT
2017.01.04
Palu

Operasi Tinombala untuk mengejar sisa anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang jumlahnya tinggal sembilan orang di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), diperpanjang hingga April mendatang.
Penanggung jawab Operasi Tinombala, Brigjen Pol. Rudy Sufahriadi mengaku pihaknya telah mengevaluasi sebelum melanjutkan operasi yang telah dilakukan sejak awal 2016 lalu.
Dia meyakini sembilan sisa anggota MIT yang masih berada di hutan dan pegunungan Poso bisa tertangkap.
"Operasi akan terus berlangsung hingga seluruh anggota MIT yang tersisa tertangkap," jelasnya saat dikonfirmasi BeritaBenar di Palu, Rabu, 4 Januari 2017.
Perpanjangan Operasi Tinombala, kata Kapolda Sulteng itu, bukan tanpa alasan karena targetnya adalah seluruh anggota MIT ditangkap.
"Untuk taktik dan pola operasi sudah pasti diubah, karena sudah dievaluasi. Kami tak mungkin jelaskan di media. Yang pasti strategi itu kami yakini bisa menangkap seluruh pengikut MIT yang tersisa," ujarnya.
7 DPO asal Bima
Rudy menjelaskan tujuh dari sembilan anggota MIT yang ada dalam daftar pencarian orang (DPO) berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka adalah Baroq alias Daus alis Rangga, Asgar alias Pak Guru, Abu Alim, Qatar alias Farel, Kholid, Galuh alias Nae, dan Basir.
Sedangkan dua lagi adalah warga Poso, yaitu Ali Kalora dan Khobar. Ali diyakini sebagai pimpinan kelompok MIT setelah Santoso tewas dalam kontak tembak dengan pasukan TNI pada 18 Juli 2016 dan penggantinya, Basri alias Bagong, ditangkap 14 September tahun lalu.
Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto, mengatakan tujuh anggota MIT yang berasal dari Bima tidak akan menyerah kepada aparat keamanan.
"Karena mereka tidak punya keluarga di Poso sehingga tidak ada alasan menyerah. Beda dengan dua DPO asal Poso, kemungkinan mereka bisa menyerah," katanya.
Hari meyakini sembilan DPO itu tak lagi dalam satu kelompok karena aparat keamanan kadang memergoki mereka hanya berjalan delapan orang.
"Kemungkinan yang pisah dari mereka Ali Kalora. Dia memilih berjalan sendiri,” jelasnya kepada BeritaBenar.
Untuk mengantisipasi masuknya para simpatisan MIT dari luar Poso, polisi memperketat pengamanan kabupaten itu. Namun, tambah Hari, caranya tak lagi seperti dulu dengan merazia sejumlah pintu masuk ke Poso.
Polda Sulteng juga telah merilis hasil Operasi Tinombala sepanjang 2016. Sebanyak 22 militan, termasuk enam warga suku Uighur, China, tewas dan 12 lainnya ditangkap.
Sedangkan barang bukti yang disita, berupa empat bom rakitan, tiga pucuk senjata api pabrikan, dua senjata api laras pendek, 16 senjata rakitan laras panjang, 10 senjata rakitan laras pendek, tiga senjata angin, dan 368 butir amunisi berbagai kaliber.
Jangan sampai gagal
Direktur Lembaga Pengembangan Studi Hukum dan Advokasi Hak Asasi Manusia (LPS-HAM) Sulawesi Tengah, Moh. Affandi mengatakan, TNI/Polri kali ini tidak boleh gagal lagi, apalagi sampai mengulur waktu operasi.
"Dilanjutkan operasi ini tentu membutuhkan anggaran lumayan banyak. Makanya saya sangat berharap kali ini tidak gagal lagi. Artinya, aparat harus benar-benar menumpas mereka yang tersisa," katanya.
Anggota Komisi III DPR RI, Ahmad HM Ali, mengatakan DPR pada akhir tahun 2016 telah membahas anggaran lanjutan operasi di Poso. Meski tidak merinci jumlahnya, menurut dia, angkanya cukup besar.
"Operasi selama beberapa bulan ke depan dengan melibatkan seribuan personel Polri dan TNI, pastinya membutuhkan tambahan anggaran,” katanya.
Seorang warga Poso, Riyan Darmawan, berharap daerahnya bisa benar-benar aman dan tidak ada lagi konflik karena mereka ingin hidup damai.
Dia meminta aparat yang terlibat dalam operasi segera menangkap sisa pengikut MIT.
"Harus tuntaslah. Ini kesannya seperti disetting kalau tidak bisa ditangkap semua. Masa dari 2010 sampai sekarang tidak bisa ditangkap," katanya saat dihubungi via telepon.
Ditangkap
Hari menyatakan Densus 88 pada 31 Desember lalu, telah menangkap seorang laki-laki bernama Irwanto alias Abu Muhammad yang diduga mau meledakkan tempat ibadah dan tempat tinggal kelompok minoritas di Palu.
"Dia merencanakan ingin meledakkan sejumlah gereja dan tempat kelompok Syiah di Palu. Beberapa bahan peledak yang ingin dirakitnya juga sudah siap," katanya.
Sebelum ditangkap, jelas Hari, tersangka sudah masuk dalam target operasi Densus 88.
Setelah Irwanto ditangkap, tim Densus menggeledah rumah yang dikontrak tersangka di Kecamatan Palu Timur.
Di tempat itu, polisi menyita sejumlah barang bukti seperti pisau, buku panduan jihad dan cara merakit bom, dua botol parfum, dan ponsel.