China Bangun Pabrik Vaksin COVID-19 di Indonesia, Target Produksi 2022

Sejumlah anggota DPR mengecam hal itu mengatakan pemerintah seharusnya utamakan produksi vaksin nasional Merah Putih.
Ronna Nirmala
2021.08.26
Jakarta
China Bangun Pabrik Vaksin COVID-19 di Indonesia, Target Produksi 2022 Seorang tenaga kesehatan mengambil kontainer vaksin COVID-19 Sinovac buatan China dari tempat penyimpanan di Bandung pada hari dimulainya vaksinasi massal di Indonesia, 13 Januari 2021.
AFP

Perusahaan bioteknologi asal China akan membangun pabrik vaksin COVID-19 di Indonesia dengan rencana mulai produksi akhir tahun depan, demikian kata Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kamis (26/8). 

Anhui Zhifei Longcom Pharmaceutical melalui PT BHCT Bioteknologi Indonesia bekerja sama dengan PT Jakarta Biopharmaceutical Industry (Jbio) untuk memproduksi vaksin COVID-19, kata juru bicara Menko Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi.

“Betul, memang kita akan membangun pabrik vaksin di Indonesia. Indonesia terbuka untuk bekerja sama dengan negara manapun, dan sejauh ini telah aktif bekerja sama dengan China dan Korea Selatan,” kata Jodi kepada BenarNews. 

Jodi menolak memberikan detail perihal nilai investasi, kapasitas produksi, juga jenis vaksin yang akan dibuat di pabrik itu. 

Dia hanya mengatakan saat ini kedua pihak tengah melakukan evaluasi lokasi pendirian pabrik di sekitar Jabodetabek dan menargetkan pembangunan selesai selambat-lambatnya pada akhir tahun depan. 

Anhui Zhifei saat ini juga terus mengembangkan produksi vaksin Zifivax berbasis DNA rekombinan (rDNA) yang tengah menjalani uji klinis tahap ketiga di laboratorium Universitas Padjajaran di Bandung, Jawa Barat.

Juni lalu, vaksin ini juga telah diserahkan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk diuji kehalalannya. 

“Untuk percepatan produksi vaksin Zifivax, kita sudah kerja sama dengan dua perusahaan farmasi di Indonesia. Kalau semua berjalan lancar, kuartal IV/2021 sudah bisa mulai produksi,” kata Jodi. 

Tak sampai di situ, perusahaan farmasi China ini juga tengah mengembangkan vaksin berbasis messenger ribonucleic acid (mRNA) dengan perusahaan farmasi nasional dengan target filling trial dimulai Desember 2021, dan drug substance trial pada Maret 2022. 

“Semua ini sejalan dengan tujuan kita mewujudkan impian Indonesia mengembangkan kemandirian industri kesehatan,” kata Jodi. 

Selain COVID-19 Anhui Zhefei juga merupakan produsen vaksin untuk influenza, TB, meningitis dan rabies. Dua juta dosis vaksin meningitis telah diekspor ke Indonesia, menurut Kementerian Luar Negeri.

Dukungan Pemerintah China menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi vaksin COVID-19 di Asia Tenggara muncul dalam pertemuan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dengan Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan di Kabupaten Toba, Sumatra Utara, Januari 2021. 

Komitmen itu kembali diungkapkan melalui sambungan telepon antara Presiden Xi Jinping dengan Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada April 2021. 

Indonesia saat ini telah menerima pengiriman total 202 juta dosis vaksin, dengan sekitar 160 juta dosis di antaranya adalah vaksin buatan perusahaan farmasi China, Sinovac. Kementerian Kesehatan mengatakan Indonesia telah menandatangani kontrak pembelian 225 juta dosis Sinovac yang akan dikirim secara bertahap hingga Maret 2022. 

‘Kontra-produktif’ 

Anggota Komisi VII DPR Mulyanto mengkritisi langkah pemerintah yang memberikan karpet merah bagi pembangunan pabrik dari China ketimbang mendukung riset dan produksi vaksin nasional, Merah Putih. 

“Terus terang saya kurang mengerti logika Pak Luhut ini. Kalau logika sederhana saya, kita harus genjot dan kawal riset dan produksi Vaksin Merah Putih dengan berbagai kebijakan yang mungkin diterapkan Pemerintah. Jangan belum apa-apa sudah mempromosikan pembangunan pabrik vaksin asing di Indonesia,” kata Mulyanto, dalam keterangan tertulis. 

Mulyanto mengatakan, sikap pemerintah yang hanya berfokus pada pertumbuhan investasi akan berdampak buruk bagi kemajuan riset dan industri dalam negeri secara jangka panjang. 

“Semestinya pemerintah memprioritaskan pembangunan pabrik vaksin Merah Putih, bukan malah mempromosikan pabrik vaksin dari China. Apalagi para ahli kita mampu memproduksi vaksin tersebut. Inikan kontra produktif,” kata Mulyanto. 

Jodi menolak tudingan pemerintah mengesampingkan pengembangan vaksin dalam negeri.

“Penelitian dan pengembangan Vaksin Merah Putih tetap berjalan dan akan terus didukung. Tentunya semua kerja sama yang dijalin tujuannya juga untuk melengkapi berbagai teknologi vaksin yang ada di Indonesia,” katanya. 

Vaksin Merah Putih yang saat ini tengah dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Ejikman dan Universitas Airlangga Surabaya dalam waktu dekat akan segera memasuki tahap uji klinis pertama dan diharapkan bisa beroleh izin penggunaan darurat dari BPOM pada tahun depan, sebut Ketua Tim Peneliti Vaksin Unair Fedik Abdul Rantam pada Senin. 

Selain pengembangan vaksin dari China, Kemenkomarves mengatakan Indonesia bersama Korea Selatan juga berkolaborasi dalam mengembangkan Vaksin GX-19N antara Genexine Korea Selatan dengan PT Kalbe Farma yang saat ini tengah memasuki tahapan uji klinis. 

Sementara perusahaan farmasi Korea Selatan, Daewoong Pharmaceutical Korea, akan segera melakukan uji klinis obat casmostat dan niclosamide, kepada pasien COVID-19 di Indonesia pasca-penandatanganan nota kerja sama dengan Kementerian Kesehatan pada Maret 2021. 

Panggung ‘perang baru’

Muhammad Zulfikar Rachmat, Dosen Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII), mengatakan kerja sama pembangunan pabrik vaksin antara Jakarta dan Beijing, dan pada saat bersamaan Amerika Serikat meresmikan kantor Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Vietnam, menunjukkan adanya arena baru persaingan dua negara adidaya di Asia Tenggara. 

“Setelah Laut Cina Selatan, kemudian infrastruktur, sekarang adanya COVID-19, kita bisa bilang ini jadi panggung perang baru antara AS dan China bukan hanya bagi Indonesia tapi di kawasan,” kata Zulfikar melalui sambungan telepon dengan BenarNews. 

Zulfikar menilai AS mengambil langkah strategis dengan mendirikan kantor CDC di negara yang secara geografis berdekatan dengan China, sebagai respons atas pengaruh Beijing yang meluas di kawasan sejak pandemi terjadi. 

“Selain memang Vietnam dipilih karena di sana kasus COVID-19nya relatif paling terkendali. Tapi bagi Indonesia, ini membuka peluang untuk menyeimbangi pengaruh China juga, yang sebenarnya sekarang sudah terlihat dari pasokan vaksin yang mulai berdatangan dari beragam merek dan negara asal produksi,” kata Zulfikar. 

Di sisi lain, bagi China, langkahnya untuk membangun pabrik vaksin di negara terbesar di kawasan menunjukkan adanya upaya untuk memperbaiki citranya sebagai negara yang ‘dikambinghitamkan’ sebagai sumber virus COVID-19. 

“Memang kalau dari China, vaksin ini dijadikan sebagai alat untuk banyak hal. Selain memang untuk bisnis, meletigimasi kepentingan ekonomi lainnya, dan juga imagenya. Karena China selama ini dituduh sebagai sumber COVID-19 berasal,” katanya. 

“Pendirian pabrik ini jadi salah satu langkah untuk membenahi image itu,” tambahnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.