Satu Tewas, Enam Terluka dalam Kekerasan di Papua
2017.08.02
Jayapura

Seorang warga tewas dan enam lainnya mengalami luka-luka setelah personel brigade mobil (Brimob) melepaskan tembakan untuk membubarkan massa di kawasan Tigi Selatan, Kabupaten Deiyai, Papua, Selasa, 1 Agustus 2017.
Saksi mata menyebutkan, insiden itu terjadi setelah seorang warga – Ravianus Douw – ditemukan tenggelam di Sungai Oneibo, Tigi Selatan. Ia masih bernyawa saat ditemukan, sehingga sejumlah pemuda yang kebetulan melintas berusaha meminta pertolongan pekerja konstruksi jembatan di sekitar sungai untuk membawa Ravianus ke rumah sakit.
Namun, pekerja perusahaan Putra Dewa Paniai itu menolak permintaan warga.
“Karena tidak digubris, warga lalu mencari mobil di Wagethe yang jaraknya sekitar 10 kilometer dari lokasi ditemukan Ravianus,” kata Peneas Edowai, seorang saksi mata, kepada BeritaBenar.
Ravianus akhirnya menghembus nafas terakhir saat dalam perjalanan ke rumah sakit.
“Warga yakin, kalau pihak perusahaan mau bantu membawa Ravianus ke rumah sakit, ia bisa diselamatkan. Ini yang membuat warga marah,” kata Paneas.
Menurut polisi, seperti dikutip di AP, para pekerja konstruksi tidak mau mengantarkan Ravianus, karena takut dipersalahkan jika dia meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Paneas mengatakan warga mendatangi lokasi dan mengamuk di kamp perusahaan karena merasa perusahaan itu tidak punya niat membantu masyarakat setempat .
Menurut Frater Santon Tekege, Pastor Pimpinan Paroki Paniai, para pekerja di proyek jembatan itu kemudian menelpon polisi. Ketika gabungan polisi, Brimob, dan tentara datang, tanpa bertanya mereka langsung melepaskan tembakan untuk membubarkan massa.
“Akibatnya sejumlah pemuda terluka. Ada enam orang dirawat di RSUD Paniai. Menurut informasi, tiga orang lagi dirawat di Puskesmas Tendage, Deiyai, dan tujuh anak dirawat oleh keluarganya,” jelas Santon.
Dia menambahkan bahwa korban tewas adalah Marius Pigai. Sedangkan warga lainnya, yaitu Yohanes Pekei, Yunior Pakage, Marinus Dogopia, Deria Pakage, Markus Pigai dan Yohanes Pakage luka-luka karena terkena tembakan.
Membantah
Kabid Humas Polda Papua, Kombes. Pol. Ahmad Kamal yang dikonfirmasi mengakui ada insiden itu. Mungkin karena kecewa, katanya, keluarga korban yang emosi mendatangi kamp proyek, lalu memukul seorang pekerja dan merusak lokasi kamp.
Kamal mengakui pihak perusahaan menelpon ke anggota Brimob yang berada sekitar satu kilometer dari lokasi. Lalu komandan Brimob bersama sekitar sembilan anggota Polsek setempat menuju lokasi dan memeriksa semua pekerja.
“Satu orang pekerja tidak ditemukan. Mungkin dia takut sehingga lari bersembunyi. Tapi akhirnya dia ditemukan,” katanya.
Mengenai korban tewas tertembak, Kombes. Pol. Kamal membantahnya.
“Karena masyarakat melempari anggota Brimob dan Polsek, kemudian menembak ke tanah dan ada peluru memantul dan mengenai empat warga. Tak ada yang meninggal. Hanya korban luka,” katanya.
Ia menambahkan, warga menyerang anggota polisi karena mereka mengira polisi akan membela perusahaan.
Namun, Yanuarius Pekei, petugas medis di RSUD Deiyai mengaku ada tujuh korban yang dibawa ke rumah sakit tersebut. Satu korban meninggal dunia dan enam lainnya menderita luka tembak.
“Yang meninggal dunia itu bernama Marius Pigai. Masih ada peluru di dalam tubuhnya. Ada tiga korban lain luka parah,” kata Yanuarius, seraya menambahkan tiga korban lain mengalami luka ringan.
Minta Brimob ditarik
Menyusul insiden itu, Ketua Dewan Adat Paniai, John Gobay Sebe, mendesak Kapolda Papua untuk menarik personel Brimob di wilayah adatnya, termasuk Deiyai.
“Kami minta Brimob ditarik di wilayah adat Mee Pago sebab telah terindikasi melakukan berbagai kekerasan dan juga berbisnis togel atau membackup penjual togel,” katanya.
Dia mendesak insiden itu harus diselidiki secara terbuka. Kapolda Papua, DPRP, Komnas HAM diminta segera turun melakukan klarifikasi dan penyelidikan atas penembakan itu. “Karena saat ini berkembang dua versi kronologis kejadian dari polisi dan masyarakat,” ujar Gobay.
Hal sama dikatakan anggota DPR Papua asal daerah pemilihan Deiyai, Laurenz Kadepa. Dia mendukung desakan DPRD Deiyai yang meminta personel Brimob ditarik dari Deiyai.
“Ketua DPRD Deiyai sudah mengirim surat kepada Kapolda Papua agar segera menarik personel Brimob dari Deiyai karena sering meresahkan masyarakat,” kata Kadepa.
Sebelumnya, dua orang tewas tertembak di Puncak Jaya, masing-masing pada Sabtu 29 Juli dan Senin 31 Juli 2017 dalam kerusuhan yang dipicu konflik terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di kabupaten tersebut.