Pemerintah Masih Sulit Tangkal Arus TKI Ilegal ke Malaysia
2016.01.27
Jakarta

Pemerintah Indonesia mengaku masih kesulitan mengawasi arus keluar-masuk tenaga kerja ilegal ke Malaysia, menyusul ditemukannya lima lagi korban tewas kapal karam di perairan Kelisa, Kota Tinggi, Johor pada hari Rabu (27/1).
Saat ini jumlah korban tewas kapal yang diduga berlayar dari perairan Batam itu menjadi 18 orang, setelah sehari sebelumnya warga setempat menemukan 13 mayat yang terhempas di pantai. Mereka diduga kuat sebagai warga negara Indonesia yang berupaya masuk ke Malaysia secara gelap.
Pemerintah mengatakan sulit untuk mencegah pendatang haram atau imigran ilegal dari Indonesia, meskipun beberapa titik yang dianggap pelabuhan keberangkatan dan kepulangan secara ilegal sudah dipantau ketat.
"Kucing-kucingan. Pas dijaga, enggak ada," kata Konsul Jenderal Indonesia di Johor Baru, Taufiqur Rijal kepada BeritaBenar.
Di kawasan Johor saja, kata Taufiqur, setidaknya ada sepuluh titik yang diwaspadai sebagai pelabuhan keluar-masuk tenaga kerja Indonesia secara ilegal dan penjagaan sudah diperketat. Hanya saja tetap ada pekerja ilegal yang berhasil menerabas masuk.
"Padahal, kami juga sudah mensosialisasikan bahaya masuk lewat jalur ilegal kepada warga negara Indonesia yang ingin ke Malaysia," ujarnya.
Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah sepakat mengenai sulitnya pengawasan tenaga kerja gelap karena terlalu banyaknya daerah yang bisa dijadikan pelabuhan, baik di Indonesia maupun Malaysia.
Sehingga, walau pemerintah kedua negara telah mengawasi titik-titik yang dinilai menjadi pelabuhan ilegal, tetap saja banyak TKI yang ingin mencari pekerjaan menyeberang ke negeri jiran secara gelap.
"Kami mencatat sekitar 100 titik. Itu menyulitkan kontrol kedua negara karena mobilitasnya tak bisa diawasi secara penuh," ujar Anis saat dihubungi.
Pekerja gelap diminati
Malaysia memang telah lama menjadi tujuan pekerja ilegal Indonesia. Berdasarkan data Migrant Care, ada sekitar 1,6 juta pekerja gelap di negara itu saat ini. Angka ini, menurut organisasi itu, jauh lebih besar dibandingkan pekerja legal yang tercatat, yaitu sekitar 800 ribu orang.
Analis Migrant Care Wahyu Susilo menyebut mahalnya bea keberangkatan resmi sebagai salah satu pangkal masalah.
"Jika lewat prosedural resmi, biayanya sangat mahal dan penuh dengan potongan gaji," kata Wahyu, tanpa merinci jumlahnya.
Sedangkan Anis menambahkan, faktor lain adalah masih banyaknya perusahaan dan rumah tangga di Malaysia yang menyukai pekerja gelap dari Indonesia.
"Mereka masih dua kaki. Di satu sisi, mereka concern menangkal pekerja ilegal, tapi di sisi lain mereka sebenarnya lebih menyukai pekerja ilegal karena bisa dibayar lebih murah."
Satu mayat berhasil diidentifikasi
Sementara itu, satu dari 13 jenazah yang ditemukan pada hari Selasa di Johor Selatan telah berhasil diidentifikasi secara pasti.
Jenazah pria bernama Agus Susanto, warga Desa Botomulyo RT 05/06, Kecamatan Cepiring, Kendal, Jawa Tengah itu diketahui setelah petugas konsulat mencocokkan foto di identitas jenazah dengan keluarga.
"Mudah-mudahan ia bisa dipulangkan besok (Kamis, 28/1). Kami masih mengurus administrasi kepulangannya saat ini. Sedangkan yang lain menunggu hasil identifikasi," ujar Taufiqur.
Dari 18 orang total korban yang ditemukan, sembilan diantaranya adalah perempuan. Dari hasil visum, menurut Taufiqur, mereka semua diketahui meninggal karena tenggelam.
Namun pihak berwenang Malaysia maupun perwakilan Indonesia setempat tidak bisa memastikan jumlah penumpang sebenarnya dalam kapal nahas tersebut, karena sejauh ini belum ditemukan korban selamat yang bisa menjabarkan kronologis perjalanan.
Namun kantor berita AFP menyebutkan bahwa kepala polisi setempat, Rahmat Othman, mendengar laporan dari masyarakat lokal bahwa ada beberapa korban selamat dari kapal yang diperkirakan berkapasitas sekitar 30 orang itu yang berhasil sampai ke darat.
"Kami menduga sejumlah pendatang yang masih hilang mungkin sudah tenggelam atau bersembunyi di hutan sekitar, menunggu penyelundup membawa mereka ke tempat yang lebih aman," kata Rahmat seperti dilansir kantor berita tersebut.
Bangkai kapal nahas yang membawa orang-orang itu kini telah diangkat oleh aparat Malaysia.