Densus 88 Polri Tangkap Terduga Penyalur Teroris di Kalimantan Utara

Pakar mengatakan Reza Nurjamil bisa dijadikan pintu masuk untuk mengungkap jaringan rekrutmen penyaluran teroris ke luar negeri.
Putra Andespu
2018.01.05
Jakarta
180105_ID_JAD_1000.jpg Seorang polisi memeriksa kendaraan di sekitar lokasi penggeledahan rumah terduga teroris di Malang, Jawa Timur, 9 Desember 2017.
Eko Widianto/BeritaBenar

Densus 88 Antiteror Polri menangkap pria asal Jawa Barat bernama Reza Nurjamil (26) di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, karena diduga berperan jadi penyalur teroris dari Indonesia ke luar negeri, terutama Suriah dan Filipina.

“Perannya adalah salah satunya melakukan pengiriman beberapa orang dari luar negeri ke Indonesia maupun Indonesia ke luar negeri," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Muhammad Iqbal, kepada wartawan di Jakarta, Jumat, 5 Januari 2018.

Sebelum dikirim ke luar negeri atau orang asing yang dimasukkan ke Indonesia, jelas Iqbal, Reza memberi pendidikan khusus.

“Akan dididik dan didoktrinasi dulu,” ujarnya.

Tapi, Iqbal tidak mau menyebutkan sudah berapa teroris yang dikirimkan Reza ke luar negeri atau yang dimasukkan ke Indonesia, dengan alasan mengganggu pengembangan penyelidikan Polri.

“Pokoknya ada beberapalah,” tukasnya.

Reza ditangkap Densus 88 Antiteror di rumah kontrakannya di Nunukan pada Minggu, 31 Desember 2017.

Dia sudah dibawa ke Jakarta dan kini masih diperiksa intensif oleh penyidik. Polri punya waktu 7x24 jam untuk menaikkan statusnya jadi tersangka terorisme atau dibebaskan jika tak terlibat.

"Sekarang ditangani oleh Densus 88," jelas Iqbal.

Hasil penyelidikan sementara diketahui Reza merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) asal Tasikmalaya, Jawa Barat.

JAD yang dulu bernama Tauhid Waljihad merupakan jaringan teroris yang berafiliasi ke Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan menurut polisi berada di balik sejumlah kasus teror di Indonesia seperti serangan di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat pada 2016 dan bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur pada Mei 2017.

Polri menduga Reza ditugaskan JAD di pos wilayah Nunukan sebagai “panitia hijrah Filipina” atau agen yang membantu menyalurkan teroris.

‘Pemain utama’

Al Chaidar, pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh di Lhokseumawe, Aceh, menduga Reza punya peran sentral di jaringan JAD dalam menyalurkan teroris ke Suriah dan Filipina.

“Dia pemain utama,” katanya saat diihubungi BeritaBenar.

Chaidar menyebutkan dari data yang diperolehnya, Reza diduga sudah mengirimkan 12 orang teroris dari Indonesia ke Filipina dan Suriah.

“Dari luar (negeri) dimasukkan ke dalam (Indonesia) itu baru empat orang,” ujarnya, yang menyebutkan mereka orang Uighur yang berasal dari China dan Turki.

Namun, peneliti terorisme dan intelijen dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, menganggap Reza bukan pemain utama.

“Tentu bukan (pemain) utama. Namanya belum pernah muncul dalam kasus-kasus besar, jadi kami duga dia hanya semacam petugas perantara antara manager yang ada di Indonesia dan manager di luar negeri,” ujarnya kepada BeritaBenar.

Reza, menurut Ridlwan, hanya membantu mengirim orang-orang yang sudah yakin ingin “berjihad” dalam jaringannya.

“Reza hanya sebagai operasional traveling, mencarikan tiket, mencarikan jalur, teknis banget,” katanya.

Ridlwan menambahkan Reza bisa dijadikan pintu masuk bagi Polri untuk mengungkap jaringan rekrutmen dan mekanisme atau cara menyalurkan teroris ke luar negeri.

“Ketika seseorang itu akan berangkat ke luar negeri apakah berdiam diri dulu di suatu tempat, kalau iya mereka berdiamnya di mana? Apakah menggunakan kontrakan atau mengunakan apa?”

“Bagaimana mekanisme dia dilindungi, apakah dijemput diam-diam atau berangkat dengan angkutan umum dan seterusnya. Ini sangat menarik kalau kita pelajari pola-pola mereka mengirimkan orang ke luar negeri,” ujarnya.

Polri telah menangkap 172 terduga teroris selama 2017. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2016 yang 163 orang dan 2015 sebanyak 73 orang.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan meningkatnya penangkapan terduga teroris karena jajarannya gencar melakukan penindakan.

“Densus 88 bekerja dengan giat,” katanya saat merilis laporan akhir tahun kepada pers di Jakarta, 29 Desember 2017.

Dari 172 orang yang ditangkap, 16 di antaranya tewas ditembak karena melawan. Dua orang tewas dalam aksi bom bunuh diri di Kampung Melayu, pada 24 Mei 2017.

Tito menyebutkan ada 18 polisi menjadi korban serangan teror selama 2017, empat di antaranya tewas – termasuk dua orang dalam aksi di Kampung Melayu.

Wilayah perbatasan

Chaidar mengatakan, Polri harus memperketat pengawasan wilayah perbatasan untuk mengantisipasi keluar masuknya teroris, karena pelaku bisa mudah kabur ke luar negeri saat aksinya diintai polisi.

“Wilayah perbatasan perlu dijaga karena rawan sekali,” ujarnya sembari mencontohkan kasus Reza di Nunukan.

“Nunukan ini memang daerah paling strategis untuk menyeberangkan orang-orang yang sudah direkrut, orang-orang yang mau direkrut juga gampang.”

Untuk membendung keluar-masuknya teroris di perbatasan, Ridlwan menyebut Imigrasi dan Densus 88 perlu meningkatkan kerja sama dan sinergi.

“Intelijen imigrasi harus lebih dilibatkan dalam penanganan terorisme lintas negara ini,” pungkasnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.