Perempuan Terakhir di MIT, Istri Ali Kalora, Ditangkap

Komisioner Komnas HAM sempat menemui Tini Kalora yang ditangkap dalam keadaan hamil, di Poso.
Keisyah Aprilia
2016.10.12
Palu
161012_ID_MITWife_1000.jpg Petugas membawa Tini Kalora (bercadar) masuk ke ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Bhayangkara Palu, Sulawesi Tengah, 12 Oktober 2016.
Keisyah Aprilia/Berita Benar

Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala menangkap Tini Kalora alias Susanti Kaduku alias Umi Fadel (30), perempuan terakhir dalam kelompok militan Mujahidin Indonesia Timur (MIT)– di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), Selasa sore, 11 Oktober 2016.

Kapolda Sulteng Brigjen Pol. Rudy Sufahriadi mengatakan bahwa Tini, yang juga adalah istri Ali Kalora, tokoh yang diyakini sekarang memimpin kelompok yang telah berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu, ditangkap tanpa perlawanan di sebuah rumah warga Kelurahan Moengko Lama, Kecamatan Poso Kota, sekitar pukul 16.00 WITA.

Penangkapan Tini berawal dari informasi intelijen yang dikembangkan Satgas selama sepekan.

"Setelah ditangkap, Tini dibawa ke Polres Poso untuk interogasi awal. Dari sana langsung diberangkatkan ke Palu, karena kondisi kesehatannya tidak begitu baik," kata Rudy di Palu, Rabu siang.

Pantauan BeritaBenar, ketika tiba di Palu, Rabu dini hari sekitar pukul 00.15 WITA, Tini yang sedang hamil itu, dikawal anggota Satgas yang bersenjata lengkap dan langsung dibawa ke ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit (RS) Bhayangkara.

"Tiba di Palu, Tini langsung dirawat di RS Bhayangkara untuk menjalani pemeriksaan kesehatan," jelas Rudy.

Dia menambahkan saat ditangkap, Tini tidak bersama anggota MIT lainnya yang ada dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Juga tidak ada barang bukti yang ditemukan selain baju terusan dan cadar yang dipakainya.

"Kami menunggu hasil pemeriksaan kesehatannya. Kalau nanti bisa dimintai keterangan lebih lanjut, pasti langsung diperiksa penyidik. Yang pasti saat ini kondisinya dipulihkan dulu," imbuh Rudy.

Dari catatan Polri, Tini diduga terlibat aksi MIT setelah bergabung pada 2014 antara lain pelatihan menembak dan mengetahui beberapa teror yang dilakukan anggota MIT.

Sedangkan, Ali Kalora masih tercatat sebagai DPO yang paling dicari setelah pimpinan MIT, Santoso alias Abu Wardah tewas pada 18 Juli lalu, dan penangkapan orang kepercayaan Santoso, Basri alias Bagong, 14 September 2016.

Berikan haknya

Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Sulteng, Dedy Azkari, menyebutkan bahwa penangkapan Tini sudah diketahuinya. Apa lagi usai ditangkap, Komisioner Komnas HAM, Siane Indriani, sempat bertemu Tini di Polres Poso.

"Kebetulan Ibu Siane ada di Poso sehingga diundang Kapolda untuk bertemu Tini," kata Dedy kepada BeritaBenar.

Ia berharap, Polda tak mengabaikan hak Tini. Apalagi, dia tengah hamil dengan umur kandungan cukup tua.

"Haknya termasuk pemulihan kesehatan jangan sampai diabaikan petugas. Selain itu, jangan dipaksa untuk dimintai keterangan jika kesehatannya belum benar-benar pulih," harap Dedy.

Komnas HAM, tambahnya, hingga saat ini terus melakukan upaya persuasif terhadap sejumlah keluarga anggota MIT yang berada di Poso.

Pihaknya juga ikut menyebarkan maklumat Kapolda Sulteng agar sisa-sisa anggota MIT yang masih bersembunyi segera menyerahkan diri.

"Kapolda sudah menyampaikan tak ada lagi pertumpahan darah di Poso. Makanya DPO yang tersisa untuk segera menyerahkan diri," ujar Dedy.

Sementara itu, anggota Tim Pengacara Muslim (TPM), Andi Akbar, menyatakan pihaknya telah menerima laporan istri Ali Kalora ditangkap.

Meski belum ada panggilan dari keluarga Tini atau Polda Sulteng, TPM akan mengawal kasus yang bakal dijalani Tini.

"Kami tetap pantau. Harapannya Tini cepat pulih, biar pemeriksaan segera dilakukan penyidik," ujarnya kepada BeritaBenar.

Menurut Akbar, kalau nanti Tini menjalani persalinan, lebih baik penyidik menunggu dan baru meminta keterangan setelah dia benar-benar sehat.

Tersisa 10 orang

Dengan ditangkapnya Tini, maka tidak ada lagi tersisa anggota perempuan dalam kelompok MIT. Dua perempuan anggota MIT lainnya telah ditangkap sebelumnya.

Perempuan asal Bima, Jumiatun Muslimayatun alias Umi Delima, janda seorang pejuang MIT yang tewas yang kemudian menjadi istri kedua Santoso ditangkap Juli lalu, dan Nurmi yang juga adalah janda seorang anggota MIT asal Bima yang tewas yang kemudian menjadi istri kedua Basri, ditangkap bulan September.

Polisi meyakini masih tersisa 10 orang lagi anggota MIT. Mereka adalah Ali Kalora, Firdaus alias Daus alias Barok Rangga, Kholid, Askar alias Jaid alias Pak Guru, Qatar alias Farel, Suhartono alias Yono Sayur alias Pak Hiwan, Abu Alim, Muh Faisal alias Namnung alias Kobar, Nae alias Galuh, dan Basir alias Romzi.

"Hingga kini, operasi pengejaran masih digencarkan. Satgas mendeteksi 10 anggota yang tersisa masih di seputaran hutan dan pegunungan Poso Pesisir," kata Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto.

Selain kekuatan yang makin melemah, mereka juga sudah kekurangan logistik. Satgas diharap bisa segera menangkap mereka semua hidup.

Sejak Operasi Tinombala 2016 digelar pada 10 Januari lalu tercatat belasan anggota MIT, termasuk enam orang militan suku Uighur, tewas dan beberapa lainnya ditangkap atau menyerahkan diri.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.