KPUD Sulteng Minta Kawalan Ketat Pasca Kasus Pengeroyokan
2015.08.31

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sulawesi Tengah meminta agar kepolisian memberikan pengamanan ketat terhadap seluruh kantor KPU. Selain itu, KPUD juga meminta kepolisian agar memberikan pengawalan khusus kepada para komisioner KPU.
Permintaan itu disampaikan setelah terjadi aksi pengeroyokan yang dilakukan massa pendukung salah satu calon bupati dan wakil bupati Tolitoli terhadap Ketua KPU Tolitoli Hambali Mansyur, Selasa, 25 Agustus siang.
"Untuk seluruh kantor dan komisioner KPU yang ada di Sulteng, kami minta diberi pengamanan ketat. Jangan sampai kejadian yang menimpa Hambali terulang dan menimpa kantor apa lagi komisoner KPU lainnya," kata Ketua KPUD Sulteng, Sahran Raden kepada BeritaBenar di Palu, Senin, 31 Agustus.
Menurut dia, dua permintaan itu juga telah disampaikan secara langsung melalui surat resmi kepada Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Idham Aziz.
Akibat pengeroyokan itu, Hambali terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit di Tolitoli pada hari Selasa, dan kemudian dipindahkan ke RS Bhayangkara di Palu keesokan harinya untuk menjalani perawatan intensif karena menderita luka dalam di beberapa bagian tubuhnya.
Musibah yang menimpa Hambali, kata Sahran, merupakan bukti bahwa penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Tolitoli dan pada umumnya di Sulteng masuk kategori tidak aman dan perlu pengawalan yang ketat dari pihak kepolisian.
Pasalnya, lanjut dia, sekarang saja sudah terjadi tindakan anarkis yang dilakukan oleh pendukung salah satu pasangan calon. Dia juga menyesalkan tindakan anarkis itu ditujukan kepada penyelenggara Pilkada.
"Padahal kami sebagai penyelenggara Pilkada ingin pesta demokrasi ini berjalan damai, berintegritas, dan profesional. Namun seketika dicoreng oleh tindakan kekerasan oleh massa salah satu pasangan calon," tegas Sahran.
Dia mengingatkan masyarakat bahwa apabila ada sengketa Pilkada, harus dilakukan dengan proses hukum yang ada dan tidak bertindak anarkis.
Empat terduga pelaku pengeroyokan ditangkap
Kapolres Tolitoli AKBP Christ Reinhard Pusung mengatakan, sampai saat ini sudah ada empat pelaku yang ditangkap dan telah ditetapkan sebagai tersangka pengeroyokan.
"Tersangka itu berinisial S, I, A, dan M. Mereka ditangkap berdasarkan 20 saksi yang diperiksa dan (dari) hasil rekaman (CCTV) pengeroyokan di TKP, terbukti ikut dalam aksi pengeroyokan," akunya kepada BeritaBenar.
Christ menjelaskan bahwa S dan I ditangkap pada hari Jumat, sedangkan A dan M pada hari Minggu. Keempat tersangka itu ditangkap di rumah mereka masing-masing.
Berdasarkan hasil penyelidikan, lanjut Christ, Hambali dikeroyok karena adanya protes dari massa salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati Tolitoli bernama Amran Yahya-Zainal Daud.
"Protes itu karena massa Amran Yahya-Zainal Daud tidak terima kalau KPU meloloskan pasangan Azis Bestari-Sarpan. Makanya merasa KPU tidak mengindahkan protes tersebut, sehingga mengeroyok Hambali," ungkapnya.
Kronologis penganiyaan massa terhadap Hambali terjadi tepat di depan kantor KPU Tolitoli. Saat itu baru akan dilangsungkan pengundian nomor urut pasangan calon bupati dan wakil bupati Tolitoli periode 2015-2020.
Massa dari pasangan Amran Yahya-Zainal Daud yang sudah berada di kantor KPU menunggu Hambali keluar kantor. Ketika melihat Hambali keluar, massa kemudian mengajukan protes, mengejar Hambali lalu mengeroyoknya.
"Pas kejadian itu untung sudah ada anggota kita di TKP dan langsung membubarkan massa, lalu membawa Hambali ke rumah sakit," imbuh Christ.
Hambali dirawat intensif di Palu
Sementara itu Ketua KPU Tolitoli Hambali Mansyur menjalani perawatan intensif di RS Bhayangkara Palu. Hambali mengaku belum bisa kembali bekerja karena masih merasa sakit di beberapa bagian tubuhnya karena mengalami pendarahan internal.
"Kata dokter perlu perawatan dan istirahat lebih dulu. Karena bagian kepala, leher, dan kemaluan saya ditemukan benjolan seperti darah yang membeku," ujarnya saat ditemui di RS Bhayangkara.
Dia mengaku tidak mengetahui berapa banyak jumlah orang yang memukul dan menginjak-injaknya hingga tersungkur ke tanah. Pasalnya, saat kejadian itu kantor KPU ramai dipadati pendukung dari empat pasangan calon.
"Waktu itu saya cuman pasrah dan tidak melakukan perlawanan. Karena massa begitu banyak," jelasnya.
Atas kejadian ini, Hambali meminta agar pihak kepolisian bertindak adil dan menindak tegas para pelaku pengeroyokan.
Kamis lalu Komisioner KPU Pusat Hadar Nafis Gumay mengatakan pihaknya telah mengirim surat kepada Presiden Jokowi untuk meminta agar ada penjagaan ketat dan pengawalan khusus terhadap para anggota KPU di daerah-daerah rawan konflik.
Sebelumnya Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan bahwa potensi konflik menjelang Pilkada 9 Desember mendatang lebih tinggi dibandingkan konflik dalam pemilihan presiden dan legislatif.
Pasca kejadian ini seluruh tahapan Pilkada di Tolitoli tetap berjalan. Kondisi di kantor KPU mulai kondusif, pengamanan dan pengawalan ketat juga ditingkatkan oleh kepolisian setempat.