Pokémon Go, yang Disambut dan Dicurigai
2016.07.22
Jakarta

Meski belum dirilis di Indonesia, demam Pokémon Go sudah melanda tanah air. Sejumlah pejabat tinggi negara ikut mengomentari kontroversi game ini karena mereka khawatir bisa mengancam keamanan dan pertahanan negara.
Aplikasi game berbasis teknologi Augmented Reality (AR) yang menggunakan Global Positioning Service (GPS) ini, memang menawarkan pengalaman berbeda. Permainan ini menggunakan GPS dan kamera pada telepon pintar untuk mentransformasi lingkungan nyata di sekitar kita menjadi dunia digital dipenuhi mahluk Pokémon.
Aplikasi game ini diunduh di telepon genggam berbasis iOS atau Android. Dengan menggunakan map pada telepon genggam untuk menavigasi, kita bisa mulai berburu Pokémon. Kamera telepon akan memproyeksikan mahluk digital tersebut ke dunia nyata, dan saat itulah kita “menangkapnya”. Semakin banyak Pokémon tertangkap, semakin tinggi level kita
Ichtra Rifanto (20) dari Jakarta, berbagi pengalaman saat bermain game hasil kolaborasi Nintendo dan Niantic ini bersama teman-temannya. Dia mengunduh aplikasi dari internet.
“Kami keliling kompleks rumah beberapa kali untuk berburu monster. Agak absurd sih. Tapi seru banget. Target saya mau jadi Pokémon master,” ujar Ichtra kepada BeritaBenar, Kamis, 21 Juli 2016.
Sementara, Swastya Rahastama alias Diga (24) rela menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bandung, kota tempatnya menuntut ilmu, bersepeda motor bersama seorang teman, demi berburu Pokémon dan mencari gym, tempat bertarung para monster di sepanjang jalan.
Padahal biasanya Diga menggunakan jasa angkutan bus. Perjalanan bertambah lama dari yang seharusnya hanya 2-3 jam jadi delapan jam.
“Ini pengalaman baru dunia game. Selama ini main game nggak seheboh ini, sampai jalan-jalan ke luar (ruangan). Mungkin karena tantangannya kan harus dapat semua Pokémon, sesuai slogannya “Gotta Catch ‘Em Al,” tutur Diga.
Robbi Baskoro dari Asosiasi Game Indonesia (AGI) mengatakan kesuksesan Pokémon Go ditunjang banyak faktor. Selain sejarah panjang (Pokémon pertama dirilis awal 90-an), teknologi informasi mumpuni, dan tim yang kompak berada di balik kisah sukses game ini.
“Saat ini semua faktor jadi satu. Jadi momentumnya pas untuk membuat (Pokémon GO) sukses. Hampir tidak ada yang memprediksikan Pokémon yang menjadikan augmented reality sukses,” tutur Robbi kepada BeritaBenar.
Pro dan kontra
Robbi mengatakan game ini punya sisi positif yang menjadikannya sukses, yakni mampu mengajak orang secara massal keluar rumah.
“Kalau dulu orang identik main game berada di dalam rumah, ruang gelap, bahkan bisa membuat mereka anti-sosial. Sekarang, tidak sama karena hal itu,” seloroh Robbi.
Sisi negatif Pokémon Go tentu saja ada. Sejumlah kecelakaan dilaporkan terjadi akibat kelalaian pemain.
“Ketika bermain, mereka tidak memperhatikan lingkungan sekitar, sehingga terjadi kecelakaan,” ujar Robbi.
Baru-baru ini di Maryland, Amerika Serikat, seorang pengendara menabrak mobil polisi yang tengah parkir di tepi jalan saat bermain Pokémon.
Kepolisian Australia belum lama ini melaporkan bahwa jumlah kecelakaan di jalan raya meningkat signifikan akibat pengemudi berburu Pokémon Go ketika berkendara.
Nasib tragis dialami dua remaja, Jerson Lopez de Leon (18) dan sepupunya, Daniel Moises Picen (17) di Guatemala. Seperti dikutip dari News.com, Jumat, mereka ditembak orang tak dikenal saat berburu Pokémon.
Akibat penembakan itu, Jerson tewas. Sedangkan Daniel menderita luka parah. Tak jelas motif penembakan, tetapi diduga keduanya tanpa sengaja masuk ke wilayah terlarang.
Robbi berharap developernya mampu memperbaiki aplikasi. Sehingga kasus yang dapat membahayakan pemainnya tidak terulang.
“Contohnya jika lokasi di berada pinggir jurang, dia akan melakukan sesuatu. Kemudian saat di mobil, aplikasi akan tidak aktif,” tambahnya.
Seorang warga sedang berburu Pokémon melalui telepon genggamnya di Jakarta, 21 Juli 2016. (Zahara Tiba/BeritaBenar)
Ancaman bagi negara?
Pemerintah Indonesia menilai Pokémon berpotensi menjadi ancaman pertahanan negara. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menilai ada kemungkinan permainan itu digunakan intelijen asing untuk memetakan objek vital di Indonesia.
"Masalahnya saat ini intelijen bisa masuk melalui semua lini, melalui media apa pun. Makanya kita harus hati-hati. Lewat game Pokémon ini bisa saja," ujar Ryamizard seperti dikutip Kompas.com.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan HAM Luhut Binsar Pandjaitan menambahkan pemerintah tengah memantau Pokémon Go.
"Sekarang perkembangan kejahatan itu macam-macam. Pokémon bisa jadi masalah di kemudian hari. Saat ini kita masih amati. Apakah benar bisa digunakan untuk kepentingan lain. Kami sangat mewaspadai perkembangan teknologi yang begitu cepat," tukas Luhut kepada wartawan.
Badan Intelijen Negara (BIN) pun tak ketinggalan membahas isu keamanan terkait Pokémon Go. "Kami masih kaji untung ruginya. Kami kaji secara serius, sudah ada timnya," kata Kepala BIN, Sutiyoso.
Malah, Menteri Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi menerbitkan surat larangan bagi semua pegawai negeri sipil bermain game berbasis GPS di lingkungan instansi pemerintah.
Larangan ini, menurut Yuddy seperti dalam edaran yang didapat BeritaBenar, merupakan bentuk kewaspadaan nasional dan mengantisipasi potensi kerawanan bidang keamanan dan kerahasiaan instansi pemerintah.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian juga mengeluarkan surat perintah larangan bermain Pokémon untuk anggota Polri yang sedang bertugas karena dikhawatirkan mengganggu kinerja dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Tapi bagi Ichtra, Diga, dan para pemain lainnya, perburuan Pokémon tampaknya belum akan berhenti.