Polisi Tangkap 6 Terduga Teroris di Jabar dan Kalteng

Keenamnya disebut terkait pelatihan militer di Aceh, namun pengamat terorisme meyakini mereka tidak terlibat GAM.
Rina Chadijah
2019.06.12
Jakarta
190612_ID_Militan_1000.jpg Dalam foto tertanggal 23 Februari 2010 ini, polisi menyusuri hutan di wilayah Jantho, Aceh, yang disinyalir menjadi tempat pelatihan militer kelompok militan Jamaah Islamiyah.
AFP

Densus 88 Polri kembali menangkap enam terduga teroris di Bekasi, Jawa Barat, dan Kalimatan Tengah (Kalteng), yang disebutkan telah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) karena terlibat jaringan terorisme.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri, Kombes Pol. Asep Adi Saputra, mengatakan Rabu, 12 Juni 2019, bahwa operasi penangkapan mereka dilakukan Densus 88 dalam dua hari terakhir.

Di Bekasi, jelasnya, empat terduga teroris yang ditangkap masing-masing Harin alias Abu Zahra dan Ahmad Adhi Sudiro, Ikhsan, dan Khairul Amin alias Amin.

Abu Zahra ditangkap di Jalan Lampirin Raya, Kelurahan Jatibening Baru, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, Senin malam.

Sementara tiga orang lagi ditangkap di sebuah rumah kontrakan Kelurahan Jatibening Baru, Kecamatan Pondok Gede pada Selasa dini hari.

“Keempatnya diduga terlibat menyembunyikan buron terorisme atas nama Wahyudin Sarwani  dan Tengku Rendi Risuda Santun, yang pernah mengikuti pelatihan militer di Aceh,” kata Asep.

Di Kalteng, lanjut Asep, Densus 88 juga menangkap terduga teroris berinisial T dan A di Kecamatan Pahandut, Palangkaraya dan di Kabupaten Gunung Mas.

“Keduanya adalah para pelarian yang terlibat pelatihan militer di Gunung Salak, Aceh,” katanya seraya menyebutkan polisi menyita sejumlah barang bukti antara lain alat-alat komunikasi, buku tentang jihad dan tata cara pembuatan bom.

Asep menuturkan, pelatihan militer yang dilakukan di daerah Gunung Salak, Kabupaten Aceh Utara, pada akhir 2018 dipimpin terduga teroris bernama Abu Hamzah.

Saat berupaya dibekuk polisi, sejumlah orang yang terlibat pelatihan militer itu berhasil kabur.

Polisi saat itu menangkap enam orang di beberapa lokasi yang diduga ikut pelatihan tersebut.

"Ketika terjadi penangkapan di situ, tidak semuanya tertangkap para pelaku. Ada yang melarikan diri ke beberapa daerah. Ada yang ke Bekasi dan Kalimantan Tengah,” katanya.

Asep juga memastikan, Abu Hamzah yang memimpin pelatihan militer di Aceh bukanlah Abu Hamzah yang ditangkap di Sibolga, beberapa waktu lalu.

Asep memastikan bahwa mereka merupakan jamaah Abu Zahra yang merupakan sel kelompok Jamaah Ansarut Daulah (JAD).

"Jadi informasi dari Densus, Abu Hamzahnya ini berbeda, bukan Abu Hamzah Sibolga. Memang banyak teroris yang memakai nama samaran Abu Hamzah," jelas Asep.

Amankan anggota keluarga

Dalam upaya penangkapan dua terduga teroris di Kalteng, Densus 88 ikut membawa sejumlah orang lain yang merupakan keluarga dan kolega mereka.

Kantor Berita Antara melaporkan bahwa selain dua orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka, Densus 88 juga membawa 31 orang terdiri dari istri, anak dan juga kerabat terduga teroris itu.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Kalteng, Kombes Pol Agung Prasetyoko, mengatakan, mereka masuk ke provinsi tersebut sebagai pekerja tambang mas dan juga berencana menggelar pelatihan militer di daerah itu.

"Mereka datang ke Kalteng, karena dijanjikan pekerjaan menambang emas di Gunungmas dan ingin membabat kayu di kawasan tambang emas tersebut. Mereka juga merencanakan akan melakukan pelatihan serta mengumpulkan logistik sebelum bertemu kelompoknya di Jakarta, mendatang," ujarnya.

Menurut Asep, Densus 88 turut membawa kerabat dua tersangka tersebut ke kantor polisi untuk mengetahui apakah paparan paham radikal yang diyakini T dan A telah menular ke orang-orang sekelilingnya.

"Yang lain yang diamankan di Kalteng adalah famili dari yang bersangkutan (T dan A) dan masih terus dilakukan pendalaman. Yang perlu dicatat adalah dua orang ini saja yang menjadi target DPO,” katanya.

Sesuai aturan Undang-undang Terorisme, polisi memiliki waktu 90 hari untuk menahan dan memeriksa orang yang diduga terkait terorisme.

"Ini masih dalam proses pendalaman, apakah mereka terpapar atau tidak," ujar Asep.

Tak terkait GAM

Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh Lhoksemawe, Al Chaidar meyakini tidak ada keterkaitan mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dalam pelatihan militer di Gunung Salak.

Menurutnya, kontur hutan di Aceh yang memiliki medan yang sulit, memang menarik minat kelompok teroris untuk melakukan pelatihan militer.

“Sama seperti pelatihan militer teroris di pegunungan Jalin, Kabupaten Aceh Besar pada 2010 lalu. Tidak ada kaitannya dengan GAM. Jadi mereka hanya memanfaatkan lokasi di Aceh saja,” katanya saat dihubungi BeritaBenar.

Al Chaidar juga yakin kelompok tersebut memiliki keterkaitan dengan JAD, organisasi pimpinan Aman Abddurahman.

Aman dan kelompoknya pernah terlibat dalam pelatihan militer di pegunungan Jalin.

“Tentu saja ada orang lokal yang ikut menunjukkan jalan. Tapi lebih dominan adalah orang dari Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sebab JAD besar di dua daerah ini,” ujarnya.

Sementara itu, pengamat terorisme dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak mengatakan jumlah anggota JAD makin berkurang seiring gencarnya penangkapan yang dilakukan Polri, tapi upaya perekrutan anggota baru terus berlangsung.

“Mereka menyadari semakin banyak anggota yang ditangkap, mereka harus merekrut orang-orang baru. Latihan militer adalah salah satu cara yang ampuh untuk menambah jumlah anggota,” ujarnya saat dihubungi.

Meski penangkapan terus dilakukan, Zaki meminta agar Polri tetap waspada terhadap potensi serangan teror.

“Setiap ada penangkapan, apalagi yang ditangkap adalah tokoh berpengaruh, sudah pasti ada aksi balas dendam. Targetnya tentu polisi,” ujarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.