Polri Klaim Kelompok MIT Terkepung di Poso

Aktivis mendesak Polri untuk segera menangkap mereka jika memang benar anggota MIT telah terkepung.
Keisyah Aprilia
2019.07.15
Palu
190715_ID_Tinombala_1000.jpg Dua anggota Brimob yang tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala berjaga di sebuah pos di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 12 Oktober 2017.
Keisyah Aprilia/BeritaBenar

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengklaim telah mengepung titik persembunyian kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di pedalaman Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Sementara sudah diketahui titik koordinatnya. Sudah dikepung oleh tim gabungan TNI-Polri,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen. Pol. Dedi Prasetyo kepada wartawan di Jakarta, Senin, 15 Juli 2019.

Pengepungan yang dilakukan Satuan Tugas (Satgas) TNI/Polri tergabung dalam Operasi Tinombala dimulai dari jalur-jalur inti yang berada di hutan dan pegunungan Poso.

“Seluruh jalur klasik baik melalui sungai, jalur langsung ke masyarakat sudah dikepung," tambah Dedi.

Meskipun Dedi tidak menjelaskan lokasi titik pengepungan itu, namun berdasarkan data yang dihimpun BeritaBenar dari sumber-sumber di lapangan menyatakan, pengepungan itu telah dilakukan sejak tiga hari terakhir di Kecamatan Poso Pesisir Selatan.

Jarak persembunyian dan pengepungan dengan pemukiman warga sekitar 5 kilometer.

“Yang pasti kalau kelompok itu bergerak pasti langsung ditangkap. Karena semua jalur pelariannya kita kepung,” kata sumber aparat keamanan di Poso.

Menurut Dedi, Satgas TNI dan Polri juga telah memutus akses masuknya logistik untuk anggota MIT ke lokasi persembunyian kelompok yang terafiliasi dengan ISIS itu.

“Kalau suplainya habis, Insya Allah mereka turun dan pasti tertangkap. Kecuali mereka bertahan lama, bisa mati di hutan,” ujarnya.

"Kita lihat tidak mungkin logistiknya bertahan sampai tiga bulan. Dari situ, kita bisa memastikan TNI-Polri mampu mempertahankan operasi sampai tiga bulan ke depan."

Perpanjangan Operasi

Sementara itu, Kapolda Sulteng Brigjen. Pol. Lukman Wahyu Hariyanto menyatakan untuk memburu anggota MIT yang masih tersisa di Poso, Polri telah memperpanjang lagi Operasi Tinombala hingga tiga bulan ke depan, yang telah dimulai seminggu lalu.

“Operasi memang sengaja kembali diperpanjang untuk mempersempit ruang gerak dari MIT. Dan ini operasi yang sudah ketujuh kalinya kalau tidak salah,” katanya di Palu.

Lukman optimis Ali Kalora dan anak buahnya bisa tertangkap.

Berdasarkan laporan yang diterima Lukman, kekuatan MIT di Poso tinggal kurang dari 10 orang.

“Sekarang laporannya tinggal punya dua senjata api, satu organik dan satu lagi rakitan dengan beberapa bom rakitan. Untuk jumlah pengikut di bawah 10 orang berasal dari Bima, NTB, Poso, dan beberapa daerah lain di Indonesia,” ujarnya.

Operasi Tinombala yang dimulai sejak Januari 2016 adalah perpanjangan dari operasi Camar Maleo IV yang digelar untuk memburu kelompok MIT yang ketika itu dipimpin Santoso alias Abu Wardah.

Santoso tewas dalam kontak senjata dengan pasukan Satgas Tinombala pada Juli 2016. .

Diminta Segera Bertindak

Direktur Lembaga Pengembangan Studi Hukum dan hak Asasi Manusia (LPS-HAM) Sulteng, Mohammad Afandi mendesak Polri untuk segera menangkap jika memang benar anggota MIT telah tergepung.

“Langsung saja gerebek. Pakai semua kekuatan personel yang ada dalam Satgas Operasi Tinombala. Jangan nanti dibiarkan, Ali Kalora Cs bisa kabur lagi,” tegasnya saat dimintai tanggapannya atas klaim Polri.

Ratusan personel gabungan TNI/Polri yang masih berada di Poso, tambah Afandi, harus mampu melumpuhkan pengikut MIT yang tersisa di bawah 10 orang itu.

“Sekarang kendalanya apa. Kalau mau menunggu mereka bergerak, mau sampai kapan. Mana mungkin Satgas bisa mengetahui gerakan bawah tanah MIT. Apa lagi ini kan selalu terjadi, dikepung tapi masih bisa juga lolos,” tegasnya.

Sebelumnya, Polda Sulteng telah merilis bahwa pelaku pembunuhan dua petani dengan cara leher digorok di Desa Tanah Lanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, pada 25 Juni lalu, adalah kelompok MIT.

Kedua korban yang merupakan ayah dan anak, Tamar (49) dan Patmar (27), ditemukan
oleh penduduk setempat di kebun yang berjarak 10 kilometer dari kampung mereka.

“Jadi hasil penyelidikan menyebutkan kalau pelaku adalah MIT,” ujar Kabid Humas Polda Sulteng AKBP Didik Supranoto, beberapa hari lalu.

Menurut Didik, berdasarkan pengakuan keluarga korban bahwa semasa hidup korban pernah bercerita tentang pertemuan mereka dengan anggota MIT pada 2014. Saat itu, kedua korban selamat dari ancaman MIT karena melawan.

“Tahun 2014 memang dua korban sudah jadi target MIT karena diduga membocorkan posisi MIT yang selalu mondar-mandir di perkebunan warga sehingga diketahui petugas. Karena itu MIT dendam,” katanya.

Namun, menurut keluarga, korban tidak pernah membocorkan bahwa mereka pernah bertemu dengan MIT kepada aparat keamanan.

“Mereka takut makanya hanya disampaikan kepada keluarga dan tidak dilaporkan ke petugas. Mungkin anggota MIT dendam karena saat itu kedua korban melawan dan bisa meloloskan diri,” pungkas Didik.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.