Prabowo melawat ke Rusia, perdalam hubungan bilateral sebagai Presiden Indonesia

Pengamat: Dari pidato Prabowo ke Putin, tidak ada hal baru atau kepentingan mendesak dalam lawatan ini.
Staf BenarNews
2024.07.31
Washington dan Jakarta
Prabowo melawat ke Rusia, perdalam hubungan bilateral sebagai Presiden Indonesia Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) berjabat tangan dengan Presiden terpilih Indonesia dan Menteri Pertahanan saat ini Prabowo Subianto di Kremlin, Moskow, 31 Juli 2024.
Maxim Shemetov/Reuters/Pool

Presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto mengatakan di Rusia pada hari Rabu bahwa kunjungannya ke “sahabat baik” Jakarta yaitu Moskow dimaksudkan untuk menekankan bahwa sebagai pemimpin, ia ingin memperdalam hubungan bilateral di bidang pertahanan, energi nuklir, dan pendidikan.

Prabowo, yang juga Menteri Pertahanan, tiba di Moskow pada Rabu (31/7) di mana ia bertemu dengan mitranya, Menteri Pertahanan Rusia, Andrei Belousov, dan kemudian melanjutkan pertemuan dengan Presiden Vladimir Putin di Istana Kremlin.

Kunjungan ini dilakukan setelah kurang lebih dua bulan lalu dia melawat ke China, negara pertama yang dikunjunginya setelah memenangkan pemilihan presiden Februari lalu. Sementara para analis melihat kunjungan Prabowo ke Beijing dalam konteks investasi besar-besaran China di Indonesia, para pengamat tampak tidak terlalu pasti dalam menjelaskan kunjungan Prabowo ke Moskow.

Putin, dalam pertemuan itu, menyebut Prabowo sebagai “teman baik negara kami”. Tahun lalu, dalam kapasitas sebagai menteri pertahanan, presiden terpilih Indonesia itu memberikan inisiatif kontroversial yang menguntungkan pihak Moskow terkait bagaimana mengakhiri perang di Ukraina yang sejatinya adalah akibat dari invasi militer Putin ke negara tetangganya yang berdaulat itu.

Selama pembicaraan dengan Putin pada Rabu, dalam pidato yang disiarkan televisi di negara itu Prabowo menguraikan panjang lebar tentang bantuan yang diberikan oleh para pemimpin Rusia sebelumnya, menurut transkrip yang disediakan oleh Kremlin dan juga media.

“Dan saya datang ke sini untuk menekankan bahwa saya ingin meningkatkan hubungan ini ketika saya secara resmi mengambil alih Kepresidenan Republik Indonesia pada Oktober mendatang,” katanya.

“[K]ami tidak boleh melupakan mereka yang membantu kami dan saya mengalami kerja sama yang baik sebagai Menteri Pertahanan, dengan para menteri dan tim Anda.”

Prabowo mengatakan bahwa dalam diskusi intensif dengan Putin dan pejabat Rusia lainnya, ia telah meminta bantuan Rusia dalam hal ketahanan pangan dan energi, serta pendidikan.

“Di bidang energi nuklir, kami telah membahas … kemungkinan kerjasama…dengan reaktor modular kecil dan juga reaktor utama. Di bidang lain, kami menantikan kerja sama yang erat di bidang taktis,” kata Prabowo.

Sementara itu, Prabowo dan Belousov memfokuskan pembicaraan pada transfer teknologi pertahanan, kata Kementerian Pertahanan RI dalam sebuah pernyataan.

Prabowo menekankan pentingnya transfer teknologi dari Rusia ke Indonesia untuk membangun industri pertahanan yang mandiri.

Belousov mengatakan Indonesia dianggap sebagai salah satu mitra kunci Rusia di kawasan Asia-Pasifik, lapor Anadolu Agency.

Tidak memihak

Prabowo adalah pemimpin Asia kedua yang mengunjungi Moskow dan Putin bulan ini setelah Perdana Menteri India, Narendra Modi.

Baik India maupun Indonesia tidak memihak dalam menanggapi aksi militer Rusia di Ukraina.

Prabowo mengatakan bahwa ia mendukung sikap Indonesia, "bersahabat dengan semua orang, tidak bermusuhan dengan siapa pun," dan tekadnya untuk tidak ikut serta dalam persaingan antara Amerika Serikat dan China.

"Indonesia selalu menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif, tidak bergabung dengan aliansi atau blok mana pun," kata Prabowo dalam debat presiden pada bulan Januari menjelang pemilihan umum.

Jadi, meskipun Prabowo mungkin menjadikan China sebagai tempat persinggahan pertamanya setelah memenangkan pemilihan umum, ia kemudian mengunjungi sekutu-sekutu Amerika Serikat seperti Jepang, Korea Selatan, dan Prancis, di antara negara-negara lainnya.

Dalam pidatonya, Putin mengatakan bahwa tahun depan akan menandai 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia – Rusia, dan Rusia siap untuk “meningkatkan pengiriman pertanian dan melaksanakan proyek investasi dalam energi, transportasi, dan infrastruktur.”

Tanpa menyebutkan sanksi Washington terhadap Rusia atas invasi militernya di Ukraina, Putin berbicara tentang peningkatan hubungan perdagangan dan ekonomi dengan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

“Terlepas dari pandemi dan perkembangan terkini di sekitar Rusia, termasuk pembatasan terkait, perdagangan kami telah tumbuh. Ini telah berlipat ganda selama beberapa tahun terakhir,” kata Putin.

“Ini adalah tren yang sangat positif, yang membuat kami senang. Saya berharap ini akan terus berlanjut.”

Salah satu dari dua jet tempur Sukhoi SU-30 MK2 Rusia sedang diturunkan dari pesawat kargo Antonov di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin di Sulawesi Selatan, 16 Mei 2013. [Jalin/AFP]
Salah satu dari dua jet tempur Sukhoi SU-30 MK2 Rusia sedang diturunkan dari pesawat kargo Antonov di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin di Sulawesi Selatan, 16 Mei 2013. [Jalin/AFP]

“Tidak ada kepentingan mendesak”

Guru besar Ilmu politik dan keamanan Universita Padjajaran Bandung, Muradi, mengatakan bahwa kunjungan Prabowo ini hanya bersifat penjajakan.

Saya melihat penjajakan soal kerja sama energi nuklir hanya sebatas diskursus saja.Karena jika Indonesia bekerja sama dengan Rusia, itu akan menimbulkan problem baru dengan AS dan tidak mudah bagi Indonesia menghadapi sinyal negatif dari AS,” ujar Muradi.

"Prabowo masih memilih menggunakan alutsista barat ketimbang Rusia. Kita saja lebih membeli Rafale ketimbang membeli pesawat Sukhoi. Padahal secara teknologi Sukhoi masih lebih baik dari Rafale. Tapi Prabowo kan masih ingin menjaga perasaan Amerika Serikat yang berkonflik dengan Rusia," tambahnya.

Hal senada disampaikan Raden Mokhamad Luthfi Pengamat Pertahanan Universitas Al Azhar Indonesia, yang mengatakan sebenarnya apa yang dipaparkan Prabowo ke Putin bukanlah hal yang baru.

“Kerjasama energi dalam pengembangan energi nuklir, misalnya, sudah diwacanakan sejak bulan lalu oleh Menko Perekonomian,” ujarnya.

Ia mengatakan Indonesia perlu tetap membuka opsi kerja sama energi nuklir dengan negara lain selain Rusia, karena Uni Soviet sendiri pernah punya rekam jejak bencana nuklir di Chernobyl pada 1986 dan Kyshtym Disaster pada tahun 1957.

“Indonesia bisa menjajaki energi nuklir dengan negara yang aman secara teknologi dan juga politik,” ucapnya, menambahkan bahwa Indonesia tetap harus berhati-hati untuk tidak terjebak secara politik dalam sphere of influence Rusia mengingat invasi Rusia di Ukraina merupakan sebuah penjajahan terhadap negara berdaulat.

Terkait dengan pengiriman mahasiswa untuk studi kedokteran dan teknik, seperti yang disampaikan Prabowo dalam pidatonya ke Putin, Luthfi mempertanyakan mengenai ilmu kedokteran dan teknik apa yang dimaksud sehingga secara spesifik harus belajar ke Rusia.

“Setelah mendengarkan paparan dari Prabowo kepada Putin, saya justru tidak melihat kepentingan mendesak dari Prabowo untuk bertemu dengan Putin,” tegasnya.

Sementara itu Muradi menilai bahwa tur Prabowo ke Rusia ini juga menandakan bahwa Jokowi sudah tidak tertarik lagi melakukan kunjungan ke luar negeri.

“Jokowi ingin menghabiskan masa jabatannya untuk fokus ke Ibu Kota Nusantara dan memastikan dinasti politinya berjalan dengan menaruh mantunya di Pilkada Sumatra Utara dan memastikan anaknya Kaesang bisa menjadi gubernur di Pilkada Jawa Tengah,” jelasnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.