Ratusan Nakes di Jateng Positif COVID-19 Walaupun Sudah Divaksin
2021.06.17
Jakarta

Lebih dari 300 tenaga kesehatan (nakes) di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, terjangkit COVID-19 meski telah menerima dua dosis suntikan vaksin Sinovac, sebut Kementerian Kesehatan pada Kamis, di saat lonjakan kasus harian kembali tertinggi sejak Januari dengan lebih dari 12.600 orang terinfeksi virus corona.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan sebagian besar dari tenaga kesehatan yang terinfeksi COVID-19 di Kudus tidak mengalami gejala yang serius.
“Tidak ada nakes yang dilaporkan meninggal dunia di Kudus. Sebagian besar dari mereka menjalani isolasi mandiri,” kata Siti kepada BenarNews.
Data Kementerian Kesehatan per 15 Juni mencatat sebanyak 1,4 juta tenaga kesehatan telah mendapatkan suntikan kedua vaksin COVID-19 dari target 1,5 juta orang yang menjadi kelompok prioritas vaksinasi pemerintah. Para tenaga kesehatan menerima dosis Sinovac dengan efikasi hingga 65 persen.
Siti mengatakan, meski tingkat efikasi tidak setinggi vaksin lain yang saat ini telah hadir di Indonesia yakni AstraZeneca dan Sinopharm, namun Sinovac tetap ampuh memberikan perlindungan bahkan untuk varian baru COVID-19.
“Sinovac masih efektif untuk melawan varian-varian baru,” katanya.
Kudus menjadi satu dari sembilan kota/kabupaten di Indonesia yang menjadi zona merah pasca-lonjakan kasus di atas 100 persen buntut dari mobilitas warga saat libur Idulfitri, pertengahan Mei. Tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan penanganan COVID-19 di Kudus mencapai 94 persen, per Rabu.
Selain Kudus, Kabupaten Bangkalan di Jawa Timur juga mengalami lonjakan kasus di atas 700 persen dan menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur di Kota Surabaya meningkat hingga 63 persen akibat kedatangan pasien rujukan dari kabupaten di Pulau Madura itu.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada Senin, mengatakan lonjakan kasus di Kudus dan Bangkalan melibatkan varian Delta atau B1617.2 yang terdeteksi pertama kali di India.
Kementerian per Kamis, telah mendeteksi 104 kasus COVID-19 varian Delta yang di antaranya 75 kasus berada di Jawa Tengah, 20 di DKI Jakarta, tiga di Kalimantan Tengah, tiga di Kalimantan Timur, dan tiga lainnya di Sumatra Selatan.
Satu kasus varian Beta atau B.1351 ditemukan di Bali dan 13 varian Alpa atau B.117 ditemukan di Jawa Barat, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, dan Kalimantan Selatan.
Siti mengatakan pemerintah akan meningkatkan cakupan vaksinasi untuk memberikan perlindungan maksimal kepada masyarakat atas sebaran tiga varian mutasi virus itu. “WHO juga sudah meminta kita untuk mempercepat program vaksinasi,” kata Siti.
Hasil kajian cepat Kementerian Kesehatan perihal efektivitas Sinovac terhadap 128.290 tenaga kesehatan yang dirilis Mei 2021, menunjukkan vaksin buatan farmasi Cina itu efektif mencegah kematian akibat COVID-19 hingga 98 persen di hari ke-28 hingga ke-63 setelah penyuntikan dosis kedua.
Vaksin ini juga menurunkan risiko perawatan di rumah sakit hingga 96 persen, sebut Ketua Tim Peneliti Efektivitas Vaksin Kemenkes, Pandji Dhewantara, dikutip dari laman resmi Kemenkes. Namun, Kemenkes juga menyinggung adanya keterbatasan dalam studi mereka salah satunya terkait inakurasi waktu terjadinya sakit yang sesungguhnya.
‘Tindakan mendesak’
Juga pada Kamis, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merilis laporan terbaru perihal situasi terkini di Indonesia, yang disebut mereka memerlukan “tindakan mendesak”.
“Implementasi protokol kesehatan yang ketat dan pembatasan sosial sangat diperlukan di seluruh pelosok negeri, meski program vaksin sedang berlangsung. Protokol kesehatan akan tetap bekerja bahkan dalam konteks sebaran varian baru seperti yang ditunjukkan di India dan negara lain yang menghadapi peningkatan kasus,” tulis WHO.
WHO mengingatkan tingkat keterisian tempat tidur yang terus melonjak memerlukan perhatian lebih dari pemerintah.
“Ada kebutuhan untuk segera bersiap menghadapi lonjakan kasus, termasuk memastikan ketersediaan ruang isolasi, suplai oksigen, peralatan medis, alat pelindung diri, kantong jenazah, serta tambahan sumber daya manusia,” lanjut WHO.
Per Kamis, kasus terkonfirmasi positif COVID-19 melonjak 12.624 menjadi 1.950.276 dalam 24 jam terakhir. Angka kematian bertambah 277 menjadi 53.753 orang. Lonjakan kasus tertinggi tercatat terjadi di semua provinsi di Pulau Jawa, sebut laporan harian Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kemenkes.
Jumlah orang yang telah mendapatkan vaksinasi hingga tahap kedua mencapai 11,9 juta, dari total 21,9 juta orang yang telah disuntik vaksin tahap pertama. Pemerintah menargetkan 181,5 juta penduduk tervaksinasi pada April 2022 untuk menciptakan herd immunity atau kekebalan komunitas.
Indonesia telah menerima suplai vaksin hingga 93,7 juta dosis yang terdiri dari 84,5 juta dosis vaksin Sinovac, AstraZeneca dari Inggris sebanyak 8,2 juta dosis, dan 1 juta dosis dari Sinopharm Cina.
Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith di Australia, Dicky Budiman, sebelumnya mengatakan lonjakan kasus di beberapa kabupaten/kota di Indonesia bakal terjadi secara drastis pada akhir Juni dan awal Juli akibat varian Delta yang menyebar begitu cepat.
“Yang perlu diwaspadai varian Delta karena memenuhi kriteria super-strain dan sudah pasti akan meluluhlantakkan sistem kesehatan kita. Yang harus dilakukan saat ini adalah merespons dengan peningkatan kapasitas kesehatan,” kata Dicky.
Antisipasi tenaga kesehatan
Siti Nadia dari Kementerian Kesehatan memastikan jumlah tenaga kesehatan saat ini masih mencukupi untuk menangani lonjakan kasus di sejumlah daerah. Meski begitu, pihaknya telah menyiapkan relawan untuk mengantisipasi kekurangan tenaga kesehatan di wilayah dengan lonjakan kasus tinggi.
“Tenaga kesehatan masih cukup, tapi memang ada yang kita tambahkan relawan,” kata Siti.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers harian mengatakan pemerintah bakal berkaca dari pengalaman lonjakan kasus pada tahun lalu dalam merespons kejadian saat ini.
“Dengan sumber daya yang tentunya meningkat dibandingkan tahun lalu, seharusnya dapat menjadi modal yang kuat dalam memperbaiki penanganan COVID-19 pada tahun ini,” kata Wiku.
“Pemerintah perlu untuk terus menguatkan penanganan hingga level terkecil dengan melakukan tindakan-tindakan konkret dalam keadaan genting.”
Data Kemenkes per 31 Desember 2020 mencatat Indonesia memiliki 1.500.541 tenaga kesehatan dengan jumlah perawat mencapai 460.267 orang dan tenaga medis atau profesi dokter 123.691 orang.
Hingga pekan pertama Juni 2021, sebanyak 374 dokter meninggal dunia akibat COVID-19 yang terdiri dari 210 dokter umum, 159 dokter spesialis, dan lima dokter residen, sebut Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Pemerintah belum memutuskan kebijakan pelarangan mobilitas atau lockdown untuk wilayah zona merah di Indonesia.