Selamat dari Konflik di Yaman, Wahyu Akan Mengajarkan Kebenaran Islam
2015.04.14

Pasangan suami istri, Wahyudianto (43) dan Yatemi (37), beserta 4 anaknya mengaku bersyukur bisa pulang ke kampung halamannya Madiun, Jawa Timur tanggal 10 April. Wahyudianto menceritakan memilih pulang karena lokasi tempatnya belajar Islam sudah tidak aman. Ia bersyukur bisa selamat dari serangan tersebut dan membagikan ceritanya kepada BenarNews.
Saya pergi ke Yaman sejak Agustus 2010. Saya ingin sekali memperdalam ajaran agama Islam ahlussunnah waljamaah (Ajaran Islam yang murni sebagaimana diajarkan dan diamalkan oleh Nabi Muhammad). Tetapi karena saya tahu waktu belajar di Yaman akan cukup lama saya membawa serta anak dan istri saya.
Selama tinggal di Yaman, kami tinggal disebuah bangunan bekas masjid, di Sanaa Selatan.
Tahun-tahun pertama saya tinggal di Yaman adalah seperti surga buat kami. Timur Tengah selalu menjadi tujuan saya untuk belajar, karena saya benar-benar ingin mendekatkan diri dengan Allah. Dan tempat ini memberikan saya perasaan tersebut. Saya melihat keindahan dan keagungan Tuhan di Yaman sebelum sekterian konflik terjadi dan kelompok militan merusak semuanya.
Teman saya yang juga orang Indonesia bernama Minardi (mahasiswa di Universitas Al-Ahgaff Hadhramaut) di Yaman, suatu hari memperingatkan kami bahwa situasi di Yaman semakin menakutkan.
The Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) ISIS menganggap Muslim Syiah sesat, karena itu mereka melancarkan perlawanan terhadap kaum Huthi di Yaman yang mayoritas adalah Syiah.
Waktu itu tanggal 20 Maret hari Jumat. Saya siap akan ke masjid untuk Sholat Jumat.
Seperti biasa Muslim siap menjalankan ibadah tak peduli Sunni atau Syia pada hari suci tersebut.
Ketika sedang sholat tiba-tiba suara ledakan besar terjadi. Ternyata adalah bomb bunuh diri yang di lakukan di Masjid Badr.
Kami menuju tempat kejadian setelah sholat Jumat untuk mengetahui tentang ledakan dan apa yang kami bisa lakukan untuk membantu. Sesampai di masjid Badr orang sudah hilir mudik, saya bengong, tidak tahu apa yang terjadi yang saya saksikan hanyalah jeritan, isak tangis, rasa sakit, bau sengit dan asap yang menghalangi pernafasan saya.
Ternyata dua pelaku bomb bunuh diri telah memasuki Masjid Badr. Seorang bahkan menggunakan tongkat untuk orang cacat agar bomb yang dibawanya tidak terdeteksi. Seorang pembawa bomb lainnya berada di luar Masjid.
Saya kaget, untuk pertamakalinya saya melihat banyaknya mayat diantara reruntuhan masjid. Polisi, militer dan bantuan kemanusiaan segera memenuhi tempat tersebut untuk memberikan bantuan.
Ternyata serangan itu berlanjut dalam waktu yang tidak terlalu lama, dua pelaku bomb bunuh diri juga menyerang Masjid Al-Hashoosh yang berada di kota Sanaa Utara.
Saya segera menemui guru saya dan teman-teman lain untuk membantu memberikan bantuan darah lewat jejaring sosial.
Dari dua tempat pemboman di Kota Sanaa, ISIS mengkalim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
137 orang meninggal. Itu adalah jumlah terakhir yang saya tahu secara resmi diumumkan pemerintah Yaman ketika itu. Lebih dari 350 orang terluka. Ini adalah serangan ISIS paling mematikan di wilayah tersebut. Salah seorang pemimpin agama Huthi, Murtatha Al Mahathwari, juga tewas dalam serangan tersebut.
Teman saya menyuruh saya melihat twitter dengan segara, ia memberitahukan bahwa ISIS adalah pelaku serangan tersebut.
“Biarkan kaum Huthi yang sesat itu mengetahui bahwa tentara ISIS tidak akan beristirahat sampai kita meruntuhkan mereka," saya ikut membaca pernyataan ISIS yang disampaikan melalui twitter.
Ada rasa geram dan sedih saat itu. Saya marah karena tindakan membunuh bukanlah ajaran dari agama kami. Semua tentang Islam yang saya pelajari adalah tentang keimanan, tawakal dan toleransi. Karena itu saya yakin ISIS bukanlah representasi Islam.
Serpihan ledakan ini bahkan sampai di tempat saya tinggal.
Pergolakan di Yaman hingga saat ini belum selesai. Sejak September 2014, kelompok Syiah Huthi melakukan gempuran besar-besaran terhadap pemerintah Yaman dan akhirnya berhasil mengkudeta istana kepresidenan di Sanaa pada Januari 2015.
Bulan lalu, kelompok Huthi memaksa Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi mengundurkan diri. Namun ia berhasil kabur dari tahanan rumah dan kembali menegaskan statusnya sebagai presiden. Hadi menarik jajaran stafnya ke kota pelabuhan Aden di sebelah selatan dan mendirikan pemerintahan tandingan dari kekuasaan Huthi.
Dalam upaya mendirikan negara otonom di Yaman, Huthi tidak hanya harus berhadapan dengan pemerintah, tapi juga al-Qaeda. Di tengah pergolakan tersebut, ISIS kini juga menyatakan perang terhadap Huthi. Sementara ISIS dan al-Qaeda sendiri memiliki paham berseberangan.
Setelah Arab Saudi memimpin koalisi melancarkan serangan udara ke posisi pemberontak Syiah Huthi di Yaman, Ibukota Sanaa luluh lantak namun gerak maju Huthi ke selatan juga sulit dibendung.
Saat-saat terakhir di Yaman setelah kami mengalami masa mengerikan dimana bomb, roket dan mortir melintasi bangunan dimana kami tinggal. Setiap kali ada serangan kami berlindung di bunker di bawah bangunan. Itu satu-satunya tempat yang aman.
Selama konflik merambah Yaman untuk makan keluarga kami hanya mengandalkan bahan makanan kaleng dan instan.
Saya mengandalkan istri saya untuk belanja keluar karena kaum perempuan keluar rumah masih dianggap aman pada jam-jam tertentu. Kaum laki-laki yang keluar rumah akan ditangkap dipenjarakan dan sebagian akan dibunuh dari dua kelompok yang berkonflik karena mereka saling mencurigai.
Setelah saya mendengar tentang evakuasi dari pemerintah Indonesia, kami segera mendaftarkan diri, dan sampailah saya dirumah sekarang ini.
Saya ingin mengajarkan kepada siswa di Madiun tentang kebenaran Islam yang saya pelajari di Yaman, yaitu Islam yang toleran dan yang mendamaikan bukan yang membunuh dan menghancurkan.
Saya menghimbau ke Kedutaan Indonesia di Yaman bisa mengirimkan Kitab-kitab berisi tentang Islam yang masih belum bisa kami bawa pulang, sekarang masih di Kedutaan.
Saya bersusah payah menyelamatkan sekitar 400 kitab tersebut. Saya beserta rekan-rekan lain yang selamat berani membayar mahal.
Pesan saya untuk orang Indonesia yang ingin sekali bergabung dengan ISIS, jangan membuang hidup anda, itu mubazir berbaiklah berdakwalah dengan benar sesuai dengan ajaran Nabi kita Muhammad.