Pembunuhan Dua Petani Diduga Dilakukan oleh Kelompok Santoso
2015.09.15
Palu

Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tengah mengatakan pembunuhan terhadap dua petani perkebunan kakao di Kabupaten Parigi Moutong dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata Poso pimpinan Santoso. Dugaan itu diperkuat berdasarkan keterangan istri korban yang melihat para pelaku ada yang membawa pelbagai jenis senjata api.
“Dugaan sementara pelakunya adalah kelompok tersebut. Untuk memastikan kami belum bisa, karena proses olah TKP (Tempat Kejadian Perkara) untuk pengumpulan barang bukti juga masih dilakukan oleh tim identifikasi,” kata Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto kepada BeritaBenar di Palu, Selasa 15 September.
Warga Desa Balinggi, Kecamatan Balinggi, I Nyoman Astika (71) dan warga Desa Tolai Barat, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Simon Taliko (55) ditemukan tewas dengan kondisi yang mengenaskan dan tanpa kepala di perkebunan mereka pada hari Senin.
Kabupaten Parigi Moutong berjarak sekitar 125 km dari Kabupaten Poso. Kedua wilayah itu dipisahkan oleh wilayah hutan luas yang diduga menjadi tempat persembunyian kelompok Santoso.
Kelompok bersenjata Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso masuk dalam Daftar Pencarian Orang Polri terkait sejumlah kasus terorisme, khususnya di Kabupaten Poso. Kelompok itu diketahui juga telah tegabung dalam Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), menurut video deklarasi mereka yang diunggah di laman YouTube dan ditemukan pasca baku tembak April lalu di Poso.
Polda Sulteng mengatakan menurunkan 200 personel di TKP untuk melakukan pengejaran terhadap pelaku yang diduga masih berada di sekitar TKP.
Korban ditemukan istri
Berdasarkan informasi, korban yang pertama kali ditemukan adalah I Nyoman Astika di kebunnya di Dusun Baturiti. Polisi memperkirakan Astika tewas pada hari Minggu sekitar pukul 13.00 WITA.
Istri Astika, Ni Nengah (65), mengatakan pada hari itu dia didatangi oleh lima orang yang tidak dikenalnya. Kelompok tersebut menurutnya membawa ransel dan senjata laras panjang, pistol serta parang.
"Saya dibawa ke pondok (di perkebunan) kemudian ditanya, ‘Nenek punya anak?’ Saya jawab ada empat. ‘Ada yang jadi aparat?’ Saya jawab tidak," akunya saat dimintai keterangan oleh sejumlah wartawan pada hari Senin.
Saat ditanya, lanjut Nengah, ia dilarang untuk turun dari pondok. Tapi kelompok tersebut kemudian membawa suaminya turun dari pondok. Saat itu suaminya sehat tanpa diberi perlakukan kasar.
"Saya dilarang turun dan teriak. Kata kelompok itu, kalau saya turun teman lain dari kelompok mereka yang sudah ada di bawah pondok mau bunuh saya. Jadi saya tidak turun dan bertahan di pondok," tuturnya.
"Saya menunggu lama di pondok. Saya beranikan diri turun dari pondok dan melihat suaminya saya sudah meninggal dunia dengan posisi kepala tidak ada," ungkapnya.
Nengah kemudian lari ke rumahnya di perkampungan yang berjarak sekitar 4 km dari perkebunan dan melaporkan kejadian tersebut kepada polisi.
Polisi menemukan seorang korban mutilasi lain
Senin pagi petugas dari Polres Parigi Moutong datang ke TKP untuk mengevakuasi korban. Tidak berselang lama, aparat Polres Parigi Moutong mendatangi Desa Tolai Barat, Kecamatan Torue, setelah masyarakat melaporkan bahwa ada seorang warga desa bernama Simon Taliko (55) ditemukan tewas mengenaskan di kebunnya di Dusun VI Buana Sari, Desa Tolai Induk.
Kepala Simon juga dalam kondisi terpisah dari badannya.
“Jadi tepat pukul pukul 18.30 WITA, jenazah Simon berhasil dievakuasi,” jelas Kapolres Parigi Moutong, AKBP Novia Jaya usai evakuasi kepada sejumlah wartawan.
Teror menjelang Sail Tomini
Kepolisian menduga kelompok Santoso beraksi sebagai aksi teror menjelang festival bahari internasional Sail Tomini yang puncaknya berlangsung tanggal 19 September. Sekitar 10 ribu peserta dari pelbagai provinsi dan negara tetangga ikut serta.
Gubernur Sulteng Longki Djanggola mengatakan aksi teror tersebut tidak akan mempengaruhi rangkaian kegiatan di lokasi Sail Tomini di Parigi Moutong.
“Polda akan menurunkan 600 personel lagi untuk pengamanan di lokasi. Jadi tidak perlu ragu pasca kejadian itu. Karena pelaksanaan Sail Tomini akan tetap berjalan sesuai jadwal, begitu juga kehadiran presiden juga dipastikan akan tetap datang,” kata Longki kepada BeritaBenar.
Acara tersebut menurut rencana akan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, para menteri dan para wakil dari sekitar 30 kedutaan besar negara-negara sahabat.