Baku Tembak di Poso, Santoso Diduga Tewas

Keisyah Aprilia
2016.07.18
Palu
160718_ID_Santoso_1000.jpg Foto dari rekaman video tampak Santoso dan seorang anak buahnya dalam hutan di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Februari lalu.
Keisyah Aprilia/BeritaBenar

Seorang dari dua pria yang tewas dalam baku tembak dengan Satuan Tugas (Satgas)Tinombala di Pegunungan Tambarana, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), Senin, 18 Juli 2016, diduga Santoso, militan paling diburu aparat keamanan Indonesia.

Tapi, polisi belum dapat memastikan pria berjenggot dan punya tahi lalat di dahi yang tewas itu sebagai Santoso, pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), kelompok bersenjata yang berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian yang ditanya wartawan di Istana Negara, Jakarta, membenarkan ciri-ciri pria yang tewas itu mirip Santoso alias Abu Wardah.

"Memang ada tanda-tanda tahi lalat di dahinya yang menjadi ciri khas Santoso. Tapi sekali lagi saya belum bisa konfirmasi, teman-teman juga sedang melakukan evakuasi untuk identifikasi siapa yang bersangkutan," tegas Tito seperti dikutip detik.com.

Kabid Humas Kepolisian Daerah (Polda) Sulteng, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Hari Suprapto yang dikonfirmasi di Palu membenarkan baku tembak tersebut. Hanya saja, dia juga belum bisa memastikan kalau satu dari dua anggota MIT yang tewas itu adalah Santoso.

"Benar kejadian tadi sore, hanya saja kami belum bisa memastikan kalau yang tewas itu adalah Santoso," katanya kepada BeritaBenar di Palu, Senin malam.

Menurutnya, proses evakuasi masih dilakukan dari lokasi dan belum bisa dipastikan kapan selesai.

"Medannya cukup sulit di sana. Yang pasti kalau proses evakuasi selesai, kedua jenazah langsung diberangkatkan ke RS Bhayangkara di Palu untuk identifikasi," imbuhnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, bentrokan senjata itu berawal dari patroli tim Alfa 29 dari kesatuan TNI SatgaS Tinombala di kawasan hutan Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, sekitar pukul 18.30 WITA.

Saat itu, pasukan TNI memergoki lima orang yang diduga anggota MIT – tiga laki-laki dan dua perempuan-  dan terjadi kontak senjata selama sekitar setengah jam.

Dalam baku tembak itu, dua pria dari kelompok itu tewas, sedangkan yang lainnya melarikan diri.

“Ketika dilakukan pembersihan, tim Alfa 29 menemukan sepucuk senjata api organik jenis M-16 beserta beberapa selongsong dan amunisi aktif,” kata Hari.

Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Komisaris Besar Polisi Leo Bona Lubis yang dihubungi terpisah melalui telepon mengatakan bahwa pasca baku tembak pengejaran dilakukan di dua titik.

"Anggota MIT yang laki-laki lari ke arah barat, sedangkan dua perempuan lari ke arah selatan. Makanya dilakukan pengejaran ke dua titik itu," jelas Leo.

Dalam pelarian itu dipastikan kalau ketiganya masih bersenjata api lengkap dengan amunisinya.

"Dari laporan anggota mereka masih membawa senjata api M 16. Olehnya seluruh anggota yang masuk dalam Satgas diintruksikan untuk tetap berhati-hati," tandas Leo.

Operasi buru Santoso

Pemerintah Indonesia selama dua tahun terakhir telah meluncurkan dua operasi khusus untuk perburuan Santoso, militan yang masuk dalam daftar teroris global Pemerintah Amerika.

Pada 26 Januari 2015, Operasi Camar Maleo I diluncurkan di Poso yang diperpanjang tiga kali  hingga diakhiri oleh Camar Maleo IV, pada 8 Januari 2016. Operasi yang menurunkan 1000 polisi  dan sekitar 700 TNI tersebut tidak berhasil menangkap Santoso, namun menewaskan tujuh anggota Santoso dan menangkap 31 anggota MIT.

Operasi ini dilanjutkan dengan peluncuran Operasi Tinombala, dengan melibatkan lebih dari 2000 personel Polisi dan TNI. Sejak operasi ini diluncurkan pada 10 Januari 2016, tercatat lima anggota MIT ditangkap hidup dan 13 lainnya termasuk lima suku etnis Uighur, tewas. Angka ini diluar dua laki-laki yang tewas 18 Juli 2016.

Kapolri Tito Karnavian yang juga adalah mantan kepala Detasemen Khusus Anti Teroris (Densus) 88 seusai pelantikannya Rabu 13 Juli 2016 mengatakan bahwa salah satu target utamanya adalah perburuan kelompok Santoso.

“Kita akan tetap tingkatkan operasi, sampai dengan selesai, baik yang bersangkutan tertangkap hidup atau mati. Atau mungkin dengan cara-cara soft,” ujar Tito.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.