Indonesia mengutuk serangan ISIS terhadap Palestina
2015.04.10

Serangan kelompok bersenjata Negara Islam Irak Suriah (ISIS) ke kamp pengungsi Palestina di Yarmouk, Suriah Selatan menimbulkan kecaman keras dari berbagai pihak di Indonesia.
Pengamat politik Timur Tengah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hamdan Basyar, mengatakan bahwa penyerangan itu semakin menunjukkan bahwa ISIS sama sekali tidak Islami walau mereka membawa nama Islam, karena mereka menyerang siapa saja yang dianggap tidak sejalan dengan mereka.
“Mereka bahkan menghancurkan situs-situs sejarah peninggalan Islam. Ini menunjukkan ISIS bukan Islam dan mereka adalah kelompok yang mau menyerang Islam,” ujar Hamdan kepada BenarNews.
ISIS tidak menyuarakan Islam
Fika Komara, koordinator bidang perempuan di kawasan Asia Tenggara untuk kantor media pusat Hizbut Tahrir, juga menyuarakan hal yang sama, terutama karena serangan tersebut menempatkan perempuan dan anak-anak sebagai pihak yang paling rentan.
"Hal itu sangat bertentangan dengan kepemimpinan Islam yang menjamin perlindungan akan kehormatan dan darah perempuan dan bertentangan dengan sikap seorang pemimpin yang melindungi serta jadi tameng bagi mereka yang lemah," ujar Fika kepada BenarNews tanggal 10 April.
Menurutnya, kelompok bersenjata ISIS adalah gerakan yang sengaja dibentuk untuk menciptakan kesan “monster” terhadap Islam dan untuk meredam kebangkitan Islam, sehingga dia tidak heran bahwa ISIS bisa melakukan penyerbuan terhadap warga Palestina dan menyerang sesama umat Islam.
“Mereka bukan pemimpin umat dan bukan kepemimpinan politik Islam yang sesungguhnya. Gerakan ini proyek pembangunan opini yang mencitrakan kepemimpinan Islam sebagai jahat, keras dan kejam,” ujar Fika.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyesalkan sedalam-dalamnya serangan di kamp pengungsi tersebut karena memakan korban warga Palestina yang dalam pengungsian.
"Ini semakin membuktikan secara nyata bahwa ISIS dibentuk oleh kaki tangan dan antek Israel. ISIS tidak pernah menyuarakan keberpihakannya kepada Palestina," ujar Muhyiddin Junaidi, kepala bidang kerjasama hubungan internasional di MUI kepada BenarNews.
Muhyiddin menyesalkan penyerangan terhadap pengungsi yang tidak berpihak ke pihak mana pun dan merupakan warga sipil yang tidak bersalah dan tidak bersenjata.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri juga menyuarakan hal yang sama.
“Pemerintah Indonesia mengutuk semua bentuk kekerasan yang dilakukan terhadap warga sipil yang tidak bersalah dalam hal ini penyerangan kepada kelompok pengungsi Palestina,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir.
Indonesia harus bersuara
Salah satu wujud nyata dari kedekatan Indonesia dan Palestina dan dukungan Indonesia terhadap Palestina yang merdeka adalah usulan Indonesia agar Konferensi Asia Afrika ke-60 yang akan berlangsung akhir April ini mengeluarkan deklarasi dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.
Namun Fika mengatakan bahwa sikap pemerintah Indonesia yang mengecam dan seruan diplomatik yang keras tidak akan cukup.
“Harus ada tindakan nyata, kalau perlu kirim pasukan sebagai bentuk solidaritas untuk melindungi umat Islam di sana,” ujar Fika.
Muhyiddin dari MUI juga menyerukan agar Indonesia harus mengambil peran yang lebih nyata sebagai juru damai di tengah situasi dimana dunia Islam sudah terpecah belah akibat adanya berbagai keberpihakan politik.
“Indonesia harus menggunakan politik tingkat tinggi untuk menyuarakan kepentingan umat Islam di dunia,” ujar Muhyiddin.
Menurutnya, kondisi dunia Islam saat ini sudah terkoyak akibat rekayasa konspirasi musuh-musuh Islam yang mengadu domba umat Islam sehingga tidak ada rasa solidaritas sesama Muslim dan tidak ada pegangan terhadap nilai-nilai Islam.
“Walau berbeda secara politik, dari sisi moralitas Islamnya harus ada netralitas,” ujar Muhyiddin.
Menurutnya, bila ISIS memang hendak menyuarakan kepentingan Islam, mereka harus berhenti membunuh sesama Muslim karena tindakan itu kontradiktif dengan hukum dan nilai-nilai Islam yang membawa berkah dan kebaikan bagi seluruh umat atau rahmatan lil'alamin.
Akibat dari perbedaan pandangan politik dan potensi perpecahan dalam dunia Islam ini berpotensi menjauhkan umat Islam dari agamanya sendiri.
“Efek jeleknya adalah umat Muslim memiliki persepsi jelek terhadap Islam. Umat Islam dibuat bingung mana syariah Islam yang benar dan sosok khilafah Islam yang benar seperti apa, karena dalam hal ini kepemimpinan dan sistem politik Islam dicitrakan sebagai kejam dan membenarkan kekerasan,” ujar Fika.
Kelompok garis keras menolak kekerasan ISIS
Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto mengatakan bahwa sejak awal HTI sudah menolak keabsahan deklarasi kekhilafahan atau sistem politik pemerintahan ISIS karena dianggap tidak sah secarah syariat Islam.
Ismail menambahkan bahwa tindakan ISIS yang menyerang kamp pengungsian warga Palestina di Yarmouk itu adalah juga tidak lepas dari dari rencana mereka untuk bisa masuk Damaskus.
“Ini adalah salah satu cara mereka untuk masuk Damaskus sehingga menjadikan Yarmouk sebagai arena pertempuran,” ujarnya.
Ismail menambahkan bahwa situasi ini berpangkal dari rejim Presiden Suriah, Bashar al-Assad yang tetap mempertahankan kekuasaan dan menolak mendengar tuntutan rakyat agar mundur dari jabatannya.
Menurutnya, bila Bashar mau mendengar aspirasi rakyatnya, tidak akan ada korban jatuh yang berlarut-larut hingga kini.
“Keadaannya telah memakan ongkos yang besar dan nyawa yang banyak, akibatnya jadi komplikasi seperti sekarang ini,” ujar Ismail.