Korban tewas gempa Cianjur capai lebih dari 260, sekitar 150 orang masih belum ditemukan
2022.11.22
Jakarta

Korban tewas akibat gempa berkekuatan magnitudo 5,6 di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, bertambah menjadi 268 orang, sementara 151 orang masih hilang, demikian menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa (22/11).
Sementara itu, Presiden Joko "Jokowi" Widodo berjanji pemerintah akan memberikan bantuan sampai Rp50 juta kepada warga yang rumahnya rusak dalam gempa yang juga dirasakan di daerah lainnya di Pulau Jawa, termasuk Jakarta, pada Senin pukul 13.21 WIB itu.
“Dari 268 itu yang sudah teridentifikasi siapa-siapanya ini sebanyak 122 jenazah," kata Kepala BNPB Letnan Jenderal Suharyanto di Posko Tanggap Darurat, Kantor Bupati Cianjur, Jawa Barat.
BNPB juga mencatat lebih dari 1000 orang luka-luka dan sekitar 58.362 orang harus mengungsi, sementara infrastruktur dan rumah rusak total berjumlah 22.198 unit.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan banyak korban tewas adalah anak-anak yang tertimpa reruntuhan bangunan saat belajar agama setelah pulang sekolah.
“Menurut laporan yang meninggal banyak anak-anak karena rata-rata sedang di madarasah. Ba’da zuhur, setelah beres sekolah umum, mereka lanjut sekolah agama,” kata Ridwan saat melakukan panggilan video dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Selasa.
Jokowi meninjau langsung lokasi terdampak gempa bumi di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, pada Selasa, dan menginstruksikan jajarannya untuk membantu pembukaan akses yang terkena longsor hingga evakuasi dan penyelamatan korban-korban yang masih tertimbun longsor.
"Akses jalan yang kemarin tertimbun, tadi pagi sudah bisa dibuka, alhamdulillah. Dan ini nanti akan dilanjutkan dengan kecepatan dalam penanganan terutama penyelamatan evakuasi untuk yang masih tertimbun," ujar Jokowi dalam konferensi pers.
Presiden mengatakan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan uang kepada warga yang rumahnya rusak akibat gempa, mulai dari Rp10 juta untuk kerusakan ringan hingga Rp50 juta untuk kerusakan berat.
"Tetapi yang paling penting adalah pembangunan rumah-rumah yang terkena gempa bumi ini diwajibkan untuk memakai standar-standar bangunan yang anti-gempa oleh Menteri PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat),” kata Jokowi.
“Karena tadi disampaikan oleh BMKG bahwa gempa ini adalah gempa 20 tahunan, sehingga pembangunan rumahnya kita arahkan untuk rumah yang anti gempa," tambah Presiden.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya Henri Alfiandi mengatakan kendala yang dihadapi tim SAR (tim pencarian dan penyelamatan) adalah jangkauan wilayah Cianjur yang luas.
"Kendala di persebaran wilayah yang terdampak itu adalah kampung, banyak sekali," ucap Henri dalam konferensi pers di kantor Basarnas, Jakarta pada Selasa (22/11).
Selain itu, kata dia, tim SAR juga mengalami kendala ke lokasi karena akses jalan rusak sehingga upaya menuju tempat kejadian terhambat.
"Jalanan-jalanan yang kita lewati, terutama jalanan kampung itu sudah bisa dilewati, cuman kan memang ada kerusakan itu yang dirasakan," ujar Henri.
Guncangan kuat, rumah saya rubuh
Ishak Wahyudin, 36, salah satu warga Cugenang, yang merupakan wilayah paling terdampak, mengatakan rumahnya mengalami rusak parah akibat gempa.
“Gempanya kuat. Saat gempa, saya masih di tempat kerja. Tapi pas mengecek ternyata rumah tempat tinggal kami dinding-dindingnya sudah pada rubuh. Tapi alhamdulillah keluarga masih bisa terselamatkan karena langsung lari,” ujar Ishak kepada BenarNews.
Akibat rumah hancur, Ishak terpaksa mengevakuasi keluarga ke tempat yang lebih aman. Dia mengatakan ada sekitar 20 rumah di wilayahnya yang terbawa longsor.
Ishak mengatakan warga kini membutuhkan bantuan kemanusiaan berupa obat dan makan-makanan karena banyak warga terluka dan kelaparan.
“Kami membutuhkan logistik sandang pangan dan obat,” ucap Ishak.
BMKG: Gempa susulan melemah
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan kekuatan gempa susulan di Cianjur saat ini kian melemah.
“Gempa susulannya paling besar magnitudo 4.2 dan paling kecil magnitudo 1.2,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers bersamaan dengan pejabat BNPB di Kantor Bupati Cianjur.
Dwikorita juga memprediksi hingga empat hari ke depan intensitas gempa-gempa tersebut sudah makin berkurang. “Secara tren perhitungan, kuantitas gempa sudah menurun,” kata Dwikorita.
Berdasarkan analisis BMKG, kata Dwikorita, gempa yang terjadi di Kabupaten Cianjur merupakan periode berulang tiap sekitar 20 tahun sekali. Dia mencatat gempa di wilayah yang sama sebelumnya terjadi pada tahun 2000 dan 1982.
“Artinya apa? Gempa dapat terulang kemudian kurang lebih 20 tahun kemudian,” ujar Dwikorita.
Pada 12 Juli 2000, gempa Cianjur-Sukabumi berkekuatan magnitudo 5,4 dan 5,1 menyebabkan 1.900 rumah rusak berat.
Sebelumnya pada tahun 1982, gempa berkekuatan magnitudo 5,5 menyebabkan banyak rumah rusak dan korban jiwa.
Dwikorita mengatakan rekonstruksi bangunan pasca-gempa harus memperhatikan kekuatan bangunan untuk menahan gempa dan lokasi yang tidak rawan longsor.
“Rumah yang runtuh berada di kawasan lahan longsor. Jadi kalau mau bangun baru harus mencari tempat aman. Untuk itu, BMKG sedang melakukan survei untuk melakukan identifikasi soal tanah-tanah mana yang relatif aman dari gempa,” jelas Dwikorita.
Selain itu, Dwikorita tetap meninta masyarakat Jawa Barat untuk waspada bencana karena saat ini sudah memasuki musim hujan yang puncaknya terjadi pada Desember.
Bupati Cianjur Herman Suherman meminta warganya untuk segera mengungsi, terutama pada malam hari guna menghindari gempa susulan yang mengakibatkan korban jiwa.
"Terutama saat malam hari, warga di titik rawan ... untuk mengungsi ke tenda yang sudah disiapkan di lapangan terbuka yang dekat dari perkampungan warga atau ke pusat pengungsian di Lapangan Prawatasari," kata Herman dalam konferensi pers, merujuk pada posko pengungsian di Cianjur itu.
Herman menjelaskan proses evakuasi jelang malam hari ini melibatkan ratusan kendaraan milik organisasi kemanusiaan, TNI-Polri, dan relawan perorangan.
"Untuk memudahkan proses evakuasi, tenda-tenda darurat di 12 titik telah didirikan," kata dia.
Menurut BMKG, Indonesia terletak di ring of fire yang merupakan lokasi gunung berapi aktif yang banyak dan tempat pertemuan lempeng tektonik. Oleh karena itu, Indonesia menjadi salah satu negara yang berisiko tinggi mengalami bencana gempa bumi dan tsunami.