Indonesia Mengirim Tim Khusus Untuk Mengivestigasi 16 WNI Di Perbatasan Turki
2015.03.13

Updated at 7.36 pm ET on 2015-03-13
Polisi Republik Indonesia (Polri) menduga bahwa beberapa Warga Negara Indonesia (WNI) yang ditangkap oleh para pejabat Turki karena dicurigai berusaha menyeberangi perbatasan ke Suriah terkait dengan Abu Jandal al Yemeni al Indonesi - alias Salim Mubarok Attamimi, the Jakarta Globe melaporkan tanggal 13 Maret.
Abu Jandal berasal dari Malang, Jawa Timur, diyakini telah bergabung dengan the Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS). Ia dilaporkan telah meninggalkan dua istri dan lebih dari lima anak sejak Maret, 2014 lalu. Pada tanggal 24 Desember, 2014 Abu Jandal muncul dalam sebuah video YouTube.
Abu Jandal mengancam bahwa dia akan membantai tentara dan polisi Indonesia atau anggota Nahdlatul Ulama (NU) yang menentang pembentukan hukum Syariah di Indonesia.
Dalam video empat menit, Abu juga meminta Indonesia lainnya untuk bergabung dengannya.
Enam belas WNI yang sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan telah ditahan oleh pihak berwenang Turki di bawah dugaan akan bergabung dengan ISIS. Mereka ditangkap 97 kilometer sebelah utara Aleppo, Suriah, di kota perbatasan Gaziantep, The Jakarta Post melaporkan tanggal 13 Maret.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno menegaskan pada hari Kamis bahwa kelompok itu bukan bagian dari kelompok Smailing Tour. Berbeda dengan kelompok sebelumnya, 16 warga negara Indonesia yang ditahan di perbatasan ini tidak menggunakan agen perjalanan, The Jakarta Post melaporkan.
"Ini adalah kelompok kedua. Ada satu pria, empat wanita dan 11 anak-anak," kata Tedjo Edhy di Kantor Presiden seperti dikutip Jakarta Post.
Dalam sambutannya Tedjo Edhy mengatakan bahwa motif 16 orang yang di tahan perbatasan Turki-Suriah.
"Kami masih menyelidiki ... tetapi jelas bahwa mereka ingin bergabung ISIS untuk memiliki kehidupan yang lebih baik sesuai dengan hukum syariah Islam," kata Tedjo Edhy kepada wartawan seperti dilansir AFP tanggal 13 Maret.
Mereka saat ini berada di penjara Kota Gaziantep, AntaraNews melaporkan pada tanggal yang sama.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi juga menegaskan penangkapan tapi masih tidak bisa memastikan motif.
"Saya tidak bisa mengkonfirmasi hal ini karena kita belum menerima konfirmasi resmi dari pihak berwenang Turki," katanya seperti dikutip oleh The Jakarta Post .
Pembentukan tim investigasi khusus
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan untuk membentuk tim khusus guna menyelidiki dan memeriksa kasus ini.
"Pemerintah akan kirim tim keamanan ke Turki untuk menginvestigasi lebih dalam tujuan mereka dan meningkatkan kerja sama dan koordinasi dengan pihak keamanan Turki," kata Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir di Jakarta, Jumat tanggal 13 Maret seperti dilaporkan oleh AntaraNews.
Menurut Arrmanatha, tim gabungan ini akan melibatkan pejabat dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Badan Intelijen Nasional (BIN), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
Rute simpatisan ISIS
Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Turki Tanju Bilgic mengatakan bahwa lokasi penangkapan 16 WNI di perbatasan Turki-Suriah juga dikenal sebagai rute yang sering telah digunakan oleh simpatisan ISIS, menurut AntaraNews tanggal 13 Maret.
Kepala BIN Marciano Norman mencatat bahwa banyak sekali motif yang membuat WNI bergabung dengan ISIS.
"Beberapa WNI bergabung dengan kelompok ISIS karena janji gaji tinggi sementara yang lain benar-benar ingin bergabung dengan ISIS untuk berperang," katanya seperti dilansir The Jakarta Post.
Marciano menyarankan bahwa pemerintah Indonesia harus mempunyai program deradikalisasi yang efektif.
"Kami akan membutuhkan banyak dialog untuk menyebarkan ajaran Islam yang baik, dan ini kemungkinan akan melibatkan banyak tokoh agama," katanya.
Oleh Staf BenarNews dengan masukan dari Newswire dan media lokal