3 Terduga Teroris Tewas Ditembak di Yogyakarta
2018.07.14
Yogyakarta

Aparat Detasemen Khusus Antiteror (Densus 88) menembak mati tiga terduga teroris dalam insiden penyergapan di Jalan Kaliurang, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Sabtu petang, 14 Juli 2018.
"Terjadi beberapa tembakan dari petugas Densus 88 Antiteror yang melakukan upaya penanggulangan terorisme terhadap tiga terduga teroris," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen. M Iqbal, dalam pernyataan tertulis.
"Karena sangat membahayakan nyawa petugas dan masyarakat, maka ketiga terduga teroris terpaksa dilakukan tindakan tegas terukur, yang akibatnya tiga terduga teroris meninggal dunia," kata Iqbal dalam pernyataan tersebut.
Pernyataan itu juga menyebutkan dua petugas Densus 88 menderita luka di bagian tangan akibat serangan terduga teroris.
Kabid Humas Polda Yogyakarta, AKBP Yulianto, ketika meninjau lokasi penembakan menyatakan bahwa polisi masih memburu seorang lagi rekan terduga teroris yang kabur ke perkampungan warga.
“Ini adalah pengembangan dari penangkapan terduga teroris yang diamankan beberapa hari lalu,” katanya kepada wartawan.
Yulianto menjelaskan empat terduga teroris – Sutrisno, Abdul Safei, Ghaniy Ridianto dan Basuki Rahmat – yang mengendarai dua sepeda motor itu telah lama diintai Densus 88.
Ketika dilakukan pengejaran untuk ditangkap, dua di antaranya menyadari kalau mereka diikuti sehingga menyerang Densus 88 dengan senjata tajam yang mengenai bagian punggung.
Aparat segera menembak kedua terduga teroris yang menyerang polisi. Mereka tewas di tempat.
Ketika pengejaran berlanjut ke perkampungan warga, seorang target tiba-tiba berbalik dan menyerang petugas lain yang mengenai pergelangan tangan.
“Saat hendak ditangkap, melakukan perlawanan sehingga dua anggota kita mengalami luka bacok,” ujar Yulianto, seraya menambahkan, aparat melumpuhkan terduga teroris itu.
Polisi masih terus memburu Basuki Rahmat yang berhasil lolos dari penyergapan aparat, tambahnya.
Ketiga jenazah terduga teroris telah dibawa ke RS Bhayangkara, Yogyakarta. Dari tangan mereka, polisi menyita satu senjata api dan lima senjata tajam.
Terkait kemungkinan para terduga teroris akan melakukan aksi di Yogyakarta, Yulianto mengaku belum tahu. Dia juga belum bisa memastikan mereka masuk kelompok teror yang mana.
Sebelumnya, pada 11 Juli 2018, Densus 88 bersama kepolisian setempat menangkap beberapa terduga teroris, termasuk seorang bernama Saefullah bersama istrinya dan empat anaknya di Sleman, Yogyakarta.
Pada hari yang sama, tim Densus 88 juga menangkap dua warga Bantul di Yogyakarta, bernama Gutomo dan Maryanto.
Belum ada pernyataan dari kepolisian mengenai keterlibatan maupun jaringan teroris yang mereka ikuti.
Dua hari sebelumnya, Densus 88 menangkap lima terduga teroris yang diduga berafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok militan yang telah berbaiat kepada ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Pengamat teroris dari Yayasan Prasasti Perdamaian Thayep Malik, mengatakan memang ada sel terorisme di Yogyakarta.
Sedangkan kemungkinan serangan di Yogyakarta seperti di Surabaya, Thayep melihat bahwa hal itu bisa saja terjadi.
“Tetapi aparat jauh lebih sigap pasca bom Surabaya,” ujarnya.
Pada Mei lalu, serangkaian aksi terorisme terjadi di Indonesia. Dimulai dengan serangan di rumah tahanan Mako Brimob oleh para napi terorisme yang menewaskan lima petugas polisi dan seorang napi, kemudian disusul oleh sejumlah serangan bom bunuh diri di Surabaya yang dilakukan pada tiga gereja dan Markas Polrestabes Surabaya.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian, awal Juli lalu menyebutkan, lebih dari 120 terduga teroris ditangkap, sejak insiden serangan Mei tersebut.
Dengan tewasnya tiga orang terduga teroris di Yogya hari ini, 20 terduga teroris telah ditembak mati karena melawan petugas saat hendak ditangkap pasca kejadian aksi terorisme Mako Brimob dan bom Surabaya.