Pembom Bunuh Diri di Solo: 'Aku Pergi Dalam Waktu yang Lama'
2016.07.11
Solo

“Aku pergi dalam waktu yang lama. Jaga anak-anak. Buat mereka menjadi anak yang soleh. Kalau ada yang tanya, abi kerja di Kalimantan. Kalau ada thogut yang datang, jawab saja nggak tau apa-apa.”
Penggalan surat tak bertanggal itu menjadi pesan terakhir dari pembom bunuh diri di Mapolresta Solo pada Selasa, 5 Juli 2016, Nur Rohman kepada istrinya Siti Aminah.
Surat yang diakui Siti sebagai tulisan tangan suaminya disita polisi saat menggeledah rumah yang ditinggali Nur dan istrinya di daerah Sangkrah, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Jumat, 8 Juli 2016.
Sekretaris The Islamic Study and Action Center (ISAC) Endro Sudarsono, mengatakan, surat itu diyakini sebagai wasiat kepada Siti yang dititipkan lewat seseorang sebelum Nur melancarkan aksi bom bunuh diri di Mapolresta Solo sehari sebelum hari raya Idul Fitri.
“Surat tersebut berisi pesan Nur untuk istrinya,” ujar Endro pada BeritaBenar, Senin, 11 Juli 2016.
Dalam surat itu, Nur mengaku tak bisa berkomunikasi dengan istrinya karena HP-nya telah dibuang. Siti diminta bersabar karena “Ikwan-ikhwan nanti akan membantumu. Tapi jangan mengharapkan bantuan ikwan-ikhwan kalau bisa kamu mandiri.”
Selain surat, jelas Endro, ada pesan khusus Nur kepada Siti, bila nantinya mendapat arisan, uangnya hendaknya diutamakan untuk melunasi hutang-hutang mereka.
Surat itu diberikan selang beberapa hari setelah Nur pergi dari rumah. “Dia perginya sudah lama, sudah sejak Agustus 2015,” ujar Endro.
Endro dan Tim Pengacara Muslim (TPM) mulai mendampingi Siti setelah ibu dua balita tersebut diperiksa pihak kepolisian setelah ledakan bom bunuh diri di Mapolresta Solo.
Siti yang dalam keseharian mengenakan jubah, berjilbab dan bercadar sempat mengadukan tindakan yang dirasanya sebagai “pelecehan” saat diperiksa oleh pihak kepolisian. Kepada Endro, Siti mengaku dipaksa untuk membuka cadar dan melepas jilbabnya.
Kasat Reskrim Polresta Solo Kompol Saprodin tak menampik kebenaran hal tersebut. Siti memang diminta melepas cadar dan jilbab karena dianggap melakukan gerakan mencurigakan dengan merogoh tas untuk mengambil handphone.
“Kami sudah sesuai prosedur, yang memeriksa juga Polwan, kalau memang mau dilaporkan, silakan,” ujar Saprodin.
Jenazah dijemput
Setelah berada di RS Bhayangkara Semarang untuk keperluan otopsi dan tes DNA, Senin, jenazah Nur dijemput istrinya, yang didampingi pengacara TPM, Muhammad Syaifudin.
“Hasilnya identik. Kami menyimpulkan pelaku adalah Nur Rohman,” ujar Kapolda Jawa Tengah Irjen. Pol. Condro Kirono dalam jumpa pers di Solo, Senin, 11 Juli 2016.
Jenazah Nur tiba di Solo, sekitar pukul 17.45 WIB, kemudian disemayamkan di rumahnya, lalu dibawa ke masjid sebelum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum di Polokarto, Sukoharjo.
Di mata tetangga, Nur adalah warga yang baik.
“Dia sempat jadi ketua RT di RT 01 RW 12 Sangkrah, tetapi hanya setahun kemudian mengundurkan diri,” ujar Lurah Sangkrah, Singgih Bagjono.
Diburu sejak Desember
Condro memastikan Nur Rohman bin Sehno Wigyo Wiyono (30) telah menjadi buruan polisi sejak Desember 2015 karena diduga hendak melancarkan aksi teror saat Natal dan Tahun Baru.
Sidik jari dinyatakan cocok dengan sidik jari Nur yang ada di data base polisi sebagai daftar pencarian orang (DPO) karena diduga terlibat dalam jaringan yang dibongkar pasukan Densus 88 Mabes Polri di Bekasi, Jawa Barat.
Selain itu, Siti juga mengenali jenazah pelaku bom bunuh diri sebagai pria yang dinikahinya sejak 2010 lalu.
Setelah diketahui pembom bunuh diri ialah Nur dan pelaku tewas di tempat, Condro mengatakan proses hukum dihentikan. Tapi, polisi tetap melakukan pengembangan kasus untuk mengetahui siapa saja dalam jaringan Nur.
“Beberapa daerah yang pernah disinggahi Nur Rohman pasti ada jaringannya, kami akan telusuri itu,” ujar Condro.
Dia juga memaparkan pembom bunuh diri memakai casing pressure cooker atau panci presto untuk meracik bom. Bom yang disebut-sebut low explosive berbahan kalium nitrat dan sulfur dilengkapi ratusan butir gotri.
Saat melancarkan aksinya dengan sepeda motor, Nur diketahui membawa dua tas ransel. Tas pertama berisi bom yang meledak, dan tas kedua berisi bahan peledak, jelas Condro.
Para seniman menggelar aksi teaterikal menolak segala bentuk teror di Solo, Jawa Tengah, 10 Juli 2016. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Warga Solo tolak terorisme
Bom bunuh diri yang diledakkan di depan Mapolresta Solo sehari itu menjelang Lebaran memicu respons masyarakat Solo. Minggu 10 Juli, para seniman menggelar aksi menolak segala bentuk teror.
Mereka melakukan aksi secara terpisah di tiga lokasi sekaligus, yaitu di Ngarsopuro, Sriwedari dan Bundaran Gladag.
“Aksi ini kami lakukan untuk mengajak masyarakat agar tidak takut pada teror dan sekaligus menolak segala bentuk aksi teror,” ujar koordinator aksi, Budi Riyanto.
Sementara, Senin 11 Juli, perwakilan sejumlah organisasi massa juga melakukan unjuk rasa mengutuk segala bentuk terorisme yang mengatasnamakan agama.
“Kami siap melawan segala bentuk radikalisme dan terorisme di Solo Raya dan mendukung negara untuk menindak tegas paham radikalisme dan terorisme,” ujar koordinator aksi, Kusumo Putro dalam orasinya.