Pakar: Kematian Militan Filipina, Tokboy, Kehilangan bagi ISIS Asia Tenggara
2017.01.06
Jakarta dan Kuala Lumpur

Terbunuhnya seorang pemimpin kelompok militan di Filipina yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) merupakan pukulan signifikan bagi kelompok ekstrim tersebut, kata pakar terorisme.
Mohammad Jaafar Maguid, yang dikenal sebagai Tokboy yang juga pendiri dan pemimpin Ansarul Khilafah Filipina (AKP), telah ditembak di sebuah kawasan wisata pantai di pulau Mindanao, Filipina selatan oleh pasukan keamanan pada hari Kamis, demikian polisi melaporkan. Tiga tersangka anggota lain dari AKP, yang telah berbaiat kepada ISIS yang juga dikenal dengan Negara Islam (IS) juga ditangkap.
“Tewasnya Tokboy, kehilangan besar bagi kelompok ISIS di Asia Tenggara. Untuk saat ini, peluang ISIS di Asia Tenggara lebih besar di Filipina, karena faktor kelompok separatis yang masih bisa bergerak bebas,” kata Nasir Abbas pengamat terorisme dari Consultant Centre for Police and Terrorism Research yang berbasis di Jakarta.
“Kehilangan besar karena Tokboy cukup berpengaruh di kalangan pemberontak di Filipina, baik dari AKP atau Abu Sayyaf. Di Filipina, kemungkinan besar bisa terjadi aksi pembalasan,” ujar Nasir.
Menurut Rohan Gunaratna, direktur Pusat Kajian Internasional untuk Kekerasan Politik dan Terorisme di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura, AKP yang dipimpin Tokboy adalah salah satu dari tiga kelompok militan yang membentuk cabang resmi ISIS di Filipina.
ISIS di Filipina terdiri dari AKP, al Harakat ul Islamiyah Basilan, yang dipimpin oleh Isnilon Hapilon, dan Jund ul Tauhid, yang dipimpin oleh Amin Baco. Ketiga kelompok itu telah berbaiat kepada ISIS, yang berbasis di Raqqa, Suriah, dan telah resmi diterima oleh kelompok teroris itu, menurut Gunaratna, kontributor BenarNews.
"Sampai kematian pemimpinnya, Tokboy, (AKP) adalah kelompok ISIS yang paling signifikan menjadi ancaman di Filipina. Meskipun keanggotaannya sebagian besar adalah Moro, AKP memelihara hubungan yang luas dengan kelompok teroris asing. Ini termasuk hubungan operasional dengan MIT (Mujahidin Indonesia Timur ), JI (Jemaah Islamiyah) dan beberapa kelompok ancaman lain di Asia Tenggara, termasuk penyediaan senjata dari AKP ke MIT," kata Gunaratna kapada BeritaBenar, Jumat.
"Tokboy bekerja dengan berbagai kelompok ancaman di Filipina, terutama dengan ISIS Filipina, yang dipimpin oleh Isnilon Hapilon, untuk mempromosikan agenda ISIS di Asia Tenggara," tambahnya.
Filipina: Basis baru ISIS?
Sementara itu, saat ini, ISIS di Asia Tenggara tengah mencoba memetakan kekuatan karena berdasarkan laporan dari berbagai pihak, kekuatan mereka di Irak dan Suriah makin lemah, kata Brigjen Pol. Hamidin, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dikutip dari berbagai sumber.
Mereka, ujarnya, sudah tidak memiliki kemampuan menggaji dan terbatasnya pemberian uang logistik kepada para pejuang ISIS.
Bahkan, lanjutnya, pemimpin ISIS Abu Bakar Al Bagdadi diketahui sedang bersembunyi di lorong-lorong markas ISIS.
“ISIS saat ini berencana memindahkan markas pasukan ke Afganistan Utara (perbatasan Rusia) dan Filipina digadang sebagai alternatinf kedua,” jelasnya.
Kematian Mohammad Jaafar Maguid, menurut dia memungkinkan potensi jaringan tersebut bergerak ke wilayah Indonesia karena di masa lalu Indonesia dinilai lebih baik dalam mengelola jaringan terorisme global.
“Potensi aksi teror balas dendam itu sangat mungkin karena sebetulnya perintah ISIS itu selalu sama yaitu apabila mereka ingin berjuang maka tidak perlu dengan pergi ke Iraq dan Suriah melainkan melakukan amaliyah (aksi terror) di wilayah masing-masing,” kata Hamidin.
“Apalagi, salah satu ciri khas ISIS adalah apabila diserang dan kalah di suatu lokasi maka mereka menyuruh jaringan luar untuk bergerak sendiri-sendiri,” tambahnya.
Meski begitu, ujarnya, BNPT dan sejumlah institusi, termasuk Polri, sudah memetakan secara baik antisipasi pencegahan dari ancaman terorisme. Salah satunya adalah dengan memperketat keamanan di berbagai pintu masuk perbatasan.
“Otoritas Indonesia sudah melakukan penebalan keamanan dan memetakan kelompok teroris secara baik sehingga mereka tidak bisa bergerak bebas di sini. Kami juga melakukan surveillance undercover yang sangat massif, termasuk di dunia maya sehingga tahu langkah strategis apa yang bisa dilakukan selanjutnya,” ujarnya.
Malaysia: dampak minimal
Di Malaysia, kepala polisi nasional untuk kontra terorisme mengatakan ia tidak mengharapkan adanya banyak perubahan di Malaysia dengan tewasnya Tokboy.
“Dampak pada ASEAN (Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara) dan Malaysia adalah minimal, kapanpun seorang pemimpin meninggal akan selalu ada penggantinya,” kata Ayob Khan Mydin Pitchay kepada BeritaBenar.
Ia menunjuk Abu Sayyaf Group (ASG), yang juga telah berbaiat kepada ISIS, adalah kelompok militan terkuat di Filipina.
"Polisi Malaysia mengakui afiliasi kelompok Tokboy, tapi meragukan jika hal itu memiliki efek pada Malaysia. Kelompok tersebut adalah salah satu dari empat kelompok yang ada. Ada tiga orang lain yang masih aktif," kata Ayob.
Ia menyebut kelompok Pejuang Pembebasan Islam Bangsa Moro dan kelompok Maute (ISIS di Lanao) sebagai kelompok militan lainnya di Filipina selatan.
Masa lalu Tokboy
Menurut Abbas Tokboy tidak begitu terkenal di Indonesia. Menurut mantan Ketua Mantiqi III JI Asia Tenggara itu, bagi kelompok teror ISIS di Indonesia, tewasnya Tokboy tidak memberi pengaruh kepada gerakan “perjuangan” mereka di Indonesia.
Menurutnya Tokboy tidak terkait dengan JI, kelompok jaringan al-Qaeda-yang melakukan teror Bom Bali 2002, atau dengan MIT kelompok militan bersenjata yang berbasis di Poso, Sulawesi Tengah, yang kini anggotanya tinggal sembilan orang, setelah pemerintah melancarkan operasi militer selama dua tahun disana.
“Polisi Indonesia sudah membuktikan bahwa ada kelompok ISIS yg ingin melakukan aksi teror di Indonesia,” ujarnya.
Pada November 2015, Tokboy berhasil melarikan diri ketika Marinir Filipina menyerbu sebuah kamp AKP di Barangay Butril, Palimbang. Delapan anggota AKP tewas dalam baku tembak selama empat jam di sana, demikain disebutkan dalam sebuah kajian yang diterbitkan oleh Institut Analisis Kebijakan Konflik (IPAC) pada Oktober 2016.
AKP yang dipimpin Tokboy bertanggung jawab atas serangan Agustus 2008 di Mindanao yang menewaskan dua warga sipil dan serangkaian perampokan dan kejahatan lainnya
Tokboy ditangkap pada bulan Juli 2008, tapi melarikan diri dari penjara pada Maret 2010.