Izin BPOM Keluar, Vaksinasi COVID-19 Kini Prioritaskan Lansia

Sebelumnya vaksin Sinovac-Biotech hanya prioritaskan nakes dan warga usia 18 – 59 tahun.
Tia Asmara
2021.02.08
Jakarta
Izin BPOM Keluar, Vaksinasi COVID-19 Kini Prioritaskan Lansia Bachtiar Surya, seorang dokter yang berusia 76 tahun, menerima vaksinasi COVID-19 di RS Adam Malik, Medan, Sumatra Utara, 8 Februari 2021.
AP

Setelah sebelumnya tidak dimasukkan sebagai kategori penerima vaksin Sinovac-Biotech, kelompok usia di atas 60 tahun akhirnya menerima suntikan vaksin COVID-19 tersebut pada Senin (8/2) setelah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memutuskan untuk melakukan vaksinasi bagi tenaga kesehatan dan juga masyarakat umum berusia di atas 60 tahun, setelah melihat hasil uji klinik vaksin buatan Cina itu di negara asalnya dan Brazil yang mendapati vaksin tersebut juga aman bagi kelompok lanjut usia (lansia).

“Vaksinasi perdana bagi tenaga kesehatan berusia di atas 60 tahun langsung dilaksanakan hari ini juga, pagi tadi, hari Senin, 8 Februari 2021 pukul 09.00 WIB,” kata juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Reisa Broto Asmoro, dalam pernyataan pers di Istana Negara, Jakarta.

“Dengan begitu, seluruh nakes (tenaga kesehatan) akan terlindungi dan semakin aman bekerja dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia,” tambahnya.  

Vaksinasi COVID-19 massal yang diluncurkan pada 13 Januari 2021 lalu memprioritaskan nakes dan penduduk usia produktif 18 – 59 tahun. Kelompok usia 60 tahun ke atas tidak menjadi target karena pemerintah saat itu belum menjamin keamanan CoronaVac, sebutan untuk vaksin Sinovac Biotech, bagi kelompok usia itu.

Diperkirakan ada lebih dari 11 ribu orang tenaga kesehatan yang berusia di atas 60 tahun yang akan divaksinasi di seluruh Indonesia.

“Pemerintah juga akan melakukan vaksinasi kepada lansia kategori non-nakes. Diperkirakan sekitar 10 persen populasi Indonesia adalah kelompok lansia,” sambung Reisa.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan tenaga kesehatan dan penduduk lanjut usia lainnya akan divaksinasi secara berbarengan.

"Kami akan mulai secara paralel. Sekarang ini memang yang diutamakan dulu adalah tenaga kesehatan lansia," ujar Budi, Minggu.

"Tapi kami akan mendata lansia di luar tenaga kesehatan untuk divaksin. Prinsipnya, dengan dikeluarkannya izin penggunaan darurat BPOM, kita akan langsung memvaksinasi semua lansia di atas 60 tahun."

Izin BPOM tersebut ditetapkan setelah melalui pembahasan bersama Komite Nasional Penilai Obat, Indonesian Technical Advisory Group on Immunization, dokter spesialis alergi dan imunologi, dan dokter spesialis geriatrik.

Vaksin CoronaVac buatan Sinovac Life Sciences, anak perusahaan Sinovac Biotech, diberikan dua dosis dalam jangka waktu 28 hari.

Berdasarkan data gugus tugas penanganan COVID-19 per Senin, angka harian COVID-19 di Indonesia bertambah 8.242 orang dalam 24 jam terakhir sehingga total akumulasi angka positif menjadi 1.116.958 orang.

Sementara angka pasien meninggal bertambah 287 orang sehingga total kematian menjadi 31.763 orang.  

Hasil baik

Juru bicara BPOM Rizka Andalusia menjelaskan bahwa pemberian izin penggunaan vaksin bagi warga lanjut usia didasarkan kepada hasil uji klinik fase 1 dan 2 di Cina dan fase 3 di Brazil yang melibatkan subjek lansia dengan usia di atas 60 tahun.

Ia mengatakan hasil uji klinis fase 1 dan 2 yang dilakukan di Cina menunjukkan hasil yang baik dengan melibatkan sebanyak 400 relawan lansia.

“Vaksin CoronaVac menunjukkan hasil imunogenisitas yang baik yaitu dengan nilai seroconversion rate sebesar 97,96 persen,” jelas Rizka, merujuk pada antibodi yang dihasilkan dari suntikan yang dapat melindungi pasien dari penyakit COVID-19.

Sementara itu, ujarnya, uji klinis fase 3 yang berlangsung di Brazil juga menunjukkan hasil baik dengan melibatkan relawan lansia sebanyak 600 orang.

“Diperoleh hasil bahwa pemberian vaksin CoronaVac pada kelompok usia 60 tahun ke atas menunjukkan vaksin tersebut aman,” tegasnya.

BPOM kemudian mengevaluasi hasil sementara uji klinis tersebut untuk mendapatkan data keamanan dan khasiat dari vaksin (efficacy)

“Mengingat populasi lansia merupakan populasi berisiko tinggi maka pemberian vaksin harus dilakukan secara hati-hati,” paparnya.

Vaksinasi perdana untuk tenaga kesehatan lanjut usia digelar di RS Cipto Mangunkusumo. Dari total 90 orang, sebanyak 15 dokter dengan usia di atas 60 tahun telah menerima vaksinasi.    

Direktur Utama Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Lies Dina Liastuti, mengatakan peserta vaksinasi ini adalah para guru besar yang merupakan tenaga pendidik pelayanan spesialis.

"Diharapkan kita bisa melindungi para senior kita yang sangat dibutuhkan tenaganya dalam memberikan pelayanan maupun pendidikan di RSCM ini," ucap Lies.

Salah satu dokter senior, Med Ali Baziad (69) mengaku tidak merasakan apapun setelah diberikan vaksin COVID-19 CoronaVac.

“Semuanya baik dan saya tidak merasakan apa-apa. Jadi jangan khawatir untuk divaksin,” ujarnya dalam rilis Kemenkes.

Hal yang sama dirasakan Hindra Irawan Satari (66). Ia mengaku sampai jam observasi pertama tidak merasakan gejala apapun.

“Akhirnya kami lansia juga bisa divaksin karena dari bukti penelitian di dunia vaksin Sinovac aman,” ujarnya.

Efektif

Pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan pemberian vaksin terhadap kaum lansia harus menjadi prioritas karena mereka rentan mengalami komplikasi parah.

“Vaksin ini bisa mencegah orang yang terinfeksi menjadi berat dan dirawat di RS tidak meninggal,” ujarnya, “dua kelompok nakes dan lansia sangat beresiko terhadap COVID-19.”

Ia mengatakan berdasarkan hasil studi di Israel, ujar dia, angka kematian lansia di usia 60 tahun ke atas yang tadinya 30 persen turun menjadi 7 persen apabila pemerintah memprioritaskan lansia untuk divaksinasi.

“Apabila seluruh lansia divaksinasi maka angkanya bisa lebih turun lagi,” ujarnya.

Ia menjelaskan, lansia merupakan kelompok prioritas nomor 3 yang harus diberikan vaksin sebagai jalan untuk mengatasi pandemi.

“Orangtua juga punya hak untuk hidup, dan sudah ada buktinya bahwa pemberian Sinovac meningkatkan imunitas jadi anggapan orang tua tidak penting itu salah,” tambahnya.

“Yang paling harus dicegah adalah vaksin mandiri (bayar sendiri) karena pasti akan mengambil jatah prioritas dan ini akan mengganggu penanganan pandemi di Indonesia. Bisa gagal terus pemerintah,” tegasnya.

Pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyambut baik keputusan pemerintah untuk memberikan vaksin bagi tenaga kesehatan lansia karena data yang dipakai pemerintah dan BPOM dalam memberikan izin masih memadai.

“Saya dukung dengan catatan harus ingat bahwa uji klinis fase 3 di Cina masih berlangsung. Kemudian uji klinis fase 3 di Brazil meskipun sudah selesai juga belum merilis hasil.”

“Jadi walaupun tidak ada data mengkhawatirkan, namun karena adanya keterbatasan data untuk pemberian vaksin Sinovac pada lansia di atas 70 tahun maka kita harus berhati-hati,” ujar dia.

Ia menyarankan usia maksimal pemberian vaksin yaitu 70 tahun dengan kondisi bugar karena data untuk imunogenisitas belum memadai dari hasil fase uji klinis 1,2 dan 3 yang dilakukan di Brazil dan Cina.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.