Antisipasi Virus Corona, 3.000 Pekerja Asal Cina di Morowali Dikarantina
2020.01.28
Palu

Kompleks industri nikel milik perusahaan Cina di Morowali, Sulawesi Tengah, mengkarantina 3.000 pekerja asal Cina menyusul kedatangan ratusan buruh baru dari negara itu pekan lalu, di tengah kekhawatiran akan menyebarnya virus corona baru.
Para pekerja itu diperiksa dan dimonitor agar bisa dipastikan terbebas dari virus mematikan tersebut, kata juru bicara PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Dedy Kurniawan.
“Sejak kabar wabah itu mulai merebak, manajemen PT IMIP langsung menerapkan prosedur ketat,” terang Dedy saat dimintai keterangan BenarNews dari Palu, Senin (28/1/2020).
Namun demikian, belum ada karyawan yang ditemukan positif terinfeksi virus corona baru dari Cina.
“Jadi agar mudah diperiksa 3.000 TKA (Tenaga Kerja Asing) itu dikarantina dulu. Kalau mereka benar-benar tidak ada terkontaminasi virus baru kita lepas dari karantina,” ungkapnya.
Langkah itu menyusul kedatangan 600 pekerja baru dari Cina pekan lalu, termasuk 15 orang dari Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei di Cina di mana virus itu pertama kali ditemukan.
Dedy mengatakan bahwa IMIP mempunya 31.000 karyawan oleh karena itu perusahaan tidak mau mengambil resiko, dan telah menghentikan kedatangan pekerja baru dari Cina untuk sementara mulai tanggal 25 Januari.
Wabah virus corona telah membunuh 106 orang dan 4.500 orang lainnya telah terjangkit virus tersebut di daratan Cina.
IMIP, kata Dedy telah berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah untuk mengantisipasi peyebaran virus itu.
“Kami juga terus mengupdate perkembangan tindakan pemantauan untuk antisipasi penyebaran virus itu,” ungkap Dedy.
Dalam kawasan IMIP telah ditempatkan alat pengukur suhu tubuh sebagai langkah prefentif untuk mendeteksi awal penyebaran virus tersebut, katanya.
“Termasuk di wilayah pelabuhan di mana terdapat balai karantina untuk melakukan pemeriksaan setiap kapal dari luar negeri,” jelas Dedy.
Prioritas utama
Kepala Dinas Kesehatan Sulteng, dr. Reny Lamadjido, mengungkapkan bahwa banyaknya tenaga kerja Cina di Morowali membuat pihaknya menjadikan daerah tersebut sebagai prioritas utama dalam upaya pencegahan masuknya virus corona.
Di Morowali saat ini menurut Reny, dua rumah sakit telah disiagakan guna melakukan respons cepat, yakni di Wilayah Bungku dan Kolonodale.
"Karena di sana ada ribuan TKA asing yang mayoritas dari Cina, maka daerah itu jadi fokus kami. Tapi wilayah lain juga tetap kami antisipasi," jelasnya saat dimintai keterangan terpisah.
Saat ini koordinasi antara Dinkes baik provinsi maupun kabupaten setempat dengan pihak perusahaan PT IMIP terus dilakukan.
Di kawasan tersebut, tambah Reny, telah ada sejumlah petugas kesehatan dari Dinkes Morowali yang bersama-bersama dokter internal perusahaan memeriksa puluhan ribu pekerja di sana.
Reny juga menegaskan, meski perusahaan tersebut merupakan investasi Cina, PT IMIP tetap harus selalu melibatkan petugas Dinkes.
"Tapi sejauh ini belum ada laporan yang terjangkit,” tutup Reny.
Perketat pintu masuk
Anggota Komisi IV DPRD Sulteng, Ibrahim A. Hafid, meminta pemerintah juga harus mencegah masuknya pekerja dan turis Cina untuk sementara.
“Bukan hanya memperketat turis atau tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia, tetapi alur keluar masuk warga ke Indonesia perlu diperketat. Pemerintah dan masyarakat harus waspada atas potensi masuknya virus ke Indonesia, khususnya Sulteng,” terang Ibrahim.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah menyatakan hingga saat ini pihaknya belum mengeluarkan instruksi untuk menahan kedatangan pekerja asal Cina.
“Saya kira kita mengikuti kebijakan pemerintah secara keseluruhan saja ya, apakah itu berlaku bagi TKA maupun WNA yang akan berkunjung ke Indonesia. Kami sekarang masih ikut kebijakan Kementerian Kesehatan saja,” kata Ida di halaman Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (28/1/2020).
Pemerintah Indonesia memang belum mengeluarkan instruksi pembatasan kunjungan warga negara asal Cina ke Indonesia, ataupun sebaliknya. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menyebut sampai saat ini pemerintah hanya mengeluarkan travel warning (larangan bepergian) ke provinsi Hubei, dan hanya mengeluarkan travel advisory (waspada bepergian) ke wilayah Cina lainnya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, peringatan perjalanan (travel warning) baru akan dikeluarkan pemerintah jika sudah ada rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Adapun salah satu implikasi dari travel warning tersebut adalah penutupan rute penerbangan dari dan menuju Cina.
Kendati belum ada larangan, pemeriksaan ketat tetap diberlakukan salah satunya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang.
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno Hatta, Anas Maruf, menyebut pihaknya telah menyiapkan satu peralatan evakuasi medis khusus sebagai antisipasi jika ditemukan pendatang yang diduga terinveksi virus corona.
Pihaknya juga masih memberlakukan pengecekan tiap pendatang asal Cina dengan menggunakan alat pemindai suhu tubuh (thermal gun).“Kita tetap awasi pendatang yang lain, tapi memang konsentrasi utama masih terpusat ke pendatang asal Cina,” kata Anas, melalui sambungan telepon.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Sulteng, Arnold Firdaus, meminta perusahaan di daerahnya untuk memperketat pengawasan pekerja Cina.
“Kami juga secepatnya akan berkoordinasi dengan pihak Imigrasi sebagai langkah antisipasi,” sebutnya.
Dari sekitar 108.084 orang tenaga kerja di Sulteng, sebanyak 5.220 orang merupakan TKA asal Cina dan sejumlah negara lainnya, menurut data pemerintah daerah.
Para buruh tersebut bekerja di 3.145 perusahaan yang bergerak diberbagai bidang diantaranya perdagangan, pertambangan, perkebunan dan industri. Keberadaan para TKA terus dipantau tim pengawas Disnakertrans se-Sulteng.