Mendaur Ulang Kapal Rusak di Kalibaru

Belum ada pedoman khusus untuk melindungi pekerja dan lingkungan atas dampak aktivitas ini.
Afriadi Hikmal
2020.02.14
Jakarta
Belah_Kapal_3(002).JPG

Pekerja memotong lempengan besi yang telah berkarat di Kalibaru, Jakarta, 13 Februari 2020. (Afriadi Hikmal/BenarNews). Untuk satu kapal diperlukan 20 pekerja membongkar lapisan hingga mesin mulai dari jam 8 pagi sampai 4 sore.

Belah_Kapal_11(003).JPG

Kapal yang sedang dalam proses bongkar di Kalibaru, Jakarta, 13 Februari 2020. (Afriadi Hikmal/BenarNews)

Belah_Kapal_2(002).JPG

Pekerja menggunakan mesin las sederhana pada bagian pelindung mesin kapal yang sudah dibongkar di Kalibaru, Jakarta, 13 Februari 2020. (Afriadi Hikmal/BenarNews)

Belah_Kapal_9(002).JPG

Pekerja beristirahat di atas lempengan besi yang akan dipotong di Kalibaru, Jakarta, 13 Februari 2020. (Afriadi Hikmal/BenarNews)

Belah_Kapal_7(002).JPG

Mandor memantau para pekerja di Kalibaru, Jakarta, 13 Februari 2020. (Afriadi Hikmal/BenarNews)

Belah_Kapal_13(003).JPG

Seorang pekerja beristirahat di Kalibaru, Jakarta, 13 Februari 2020. (Afriadi Hikmal/BenarNews). Tergantung pekerjaannya, buruh ini mendapat Rp 80.000 sampai Rp 190.000 per hari.

Belah_Kapal_8(002).JPG

Daeng, 60, merupakan salah satu pekerja tertua di tempat itu. Rajin minum susu kaleng adalah rahasia kenapa staminanya tetap fit untuk melakukan kerja fisik membongkar kapal-kapal tua itu, demikian jawabnya ketika ditanya, di Kalibaru, Jakarta, 13 Februari 2020. (Afriadi Hikmal/BenarNews)

Belah_Kapal_15(003).JPG

Bahan-bahan kapal yang sudah dibongkar di darat saat malam hari di Kalibaru, Jakarta, 13 Februari 2020. (Afriadi Hikmal/BenarNews)

Belah_Kapal_12(003).JPG

Bayangan seorang pekerja di atas tongkang di Kalibaru, Jakarta, 13 Februari 2020. (Afriadi Hikmal/BenarNews)

Belah_Kapal_10(002).JPG

Pekerja membawa ketel berisi alat kerja di Kalibaru, Jakarta, 13 Februari 2020. (Afriadi Hikmal/BenarNews)

Setelah masa penggunaannya selama beberapa dekade di laut selesai, sekitar 90 persen kapal peti kemas di dunia berakhir di pantai Indonesia, India, Pakistan, atau Bangladesh, di mana terdapat tenaga kerja murah, permintaan baja tinggi, dan peraturan lingkungan lemah.

Kapal-kapal yang sudah tidak laik laut tersebut didorong ke garis pantai yang disediakan untuk kemudian dihancurkan para pekerja dengan alat sederhana sampai semua bahan yang dapat digunakan telah dilucuti untuk dijual atau didaur ulang.

Pembongkaran kapal di Kalibaru, Jakarta Utara, merupakan salah satu tempat terakhir kapal-kapal rusak di Indonesia.

Pengerjaan bongkar satu kapal rata-rata 30 hari, yang dalam tiap harinya menghasilkan 90 ton terdiri dari steel, copper, zinc, bronze dan mesin yang dijual untuk di daur ulang menjadi produk baru dan dapat masuk kembali dalam rantai pasok pasar.

Pekerja melakukan pekerjaan ekstrim menggunakan perlengkapan sederhana untuk menghindari paparan bahan-bahan berbahaya termasuk zat kimia beracun yang dapat terakumulasi dalam tubuh manusia yang dapat menyebabkan berbagai penyakit mulai dari kanker hingga kerusakan reproduksi.

Sampai saat ini belum ada peraturan perlindungan para pekerja di bidang ini. Pejabat terkait mengatakan Kementerian Perhubungan akan membuat pedoman perlindungan dari dampak kegiatan pemotongan kapal yang berpotensi membahayakan keselamatan jiwa dan lingkungan.

Namun hingga pedoman tersebut terwujud yang baru dijadualkan selesai pertengahan tahun ini, tampaknya para buruh harus tetap bekerja dengan segala risikonya. Atau seperti kata Daeng, 60, mereka harus terus mengkonsumsi susu kaleng, seperti apa yang mereka yakini selama ini bisa meminimalisir dampak buruk pekerjaan itu terhadap kesehatan mereka.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.