Atraksi Damai ‘Perang Suku' Lembah Baliem

Festival Budaya Lembah Baliem tahun ini memecahkan rekor dunia pelemparan tombak terbanyak dengan dilemparnya 1.350 sege.
Victor Mambor
2017.08.18
Jayapura
Lembah-Baliem-1.jpg

Siswa dan siswi SMA YPPK Santo Thomas menggelar tarian kolosal saat pembukaan Festival Budaya Lembah Baliem 2017. (Islami Adisubrata/BeritaBenar)

Lembah-Baliem-2.jpg

Tarian mengisahkan bagaimana riwayat sebuah perkawinan antar suku memicu terjadinya perang antar mereka. (Islami Adisubrata/BeritaBenar)

Lembah-Baliem-3.jpg

Para anggota suku dan juga sejumlah wisatawan ikut berpartisipasi memecahkan rekor dunia pelemparan sege terbanyak. (Islami Adisubrata/BeritaBenar)

Lembah-Baliem-4.jpg

Peserta dari salah satu distrik dengan membawa anak panah dan tombak menari tarian khas daerah mereka. (Islami Adisubrata/BeritaBenar)

Lembah-Baliem-5.jpg

Peserta dari salah satu suku bersiap-siap melemparkan sege. (Islami Adisubrata/BeritaBenar)

Lembah-Baliem-6.jpg

Peserta dari salah satu suku di Lembah Baliem menampilkan tarian tradisional. (Islami Adisubrata/BeritaBenar)

Lembah-Baliem-7.jpg

Para perempuan lokal ikut berpartisipasi memeriahkan Festival Budaya Lembah Baliem. (Islami Adisubrata/BeritaBenar)

Festival Lembah Baliem di Kabupaten Jayawijaya adalah festival budaya paling tua di Tanah Papua. Tahun ini, festival ke-28 yang digelar pada 8-11 Agustus lalu berhasil memecahkan rekor dunia pelemparan tombak terbanyak dengan dilemparnya 1.350 sege (tombak kayu tradisional).

Lebih dari 1.300 laki-laki, termasuk sejumlah wisatawan, ikut melempar sege, hal yang terjadi untuk pertama kalinya sejak festival ini digelar pertama kali pada 1989.

Sekitar 50.000 wisatawan lokal dan mancanegara ikut larut dalam suka cita festival ini.

Sejatinya festival ini mempertontonkan atraksi perang tradisional yang pernah terjadi di bumi La Pago, Lembah Baliem, Jayawijaya.

Sejumlah suku di dataran Wamena dan Lembah Baliem, seperti Suku Dani, Suku Yali, dan Suku Lani datang berkumpul di lembah untuk memperagakan simulasi perang dan pertunjukan tarian tadisional.

Dengan damai, “perang” diikuti hampir 3.000 peserta dari 40 distrik di Jayawijaya. Mereka memamerkan adu kekuatan antarsuku sebagai penghormatan terhadap kekayaan budaya.

Tidak hanya melihat “perang”, pengunjung juga dihibur oleh pagelaran tari dan musik tradisional, permainan lempar rotan Puradan dan lempar tombak Sikoko, peragaan memasak, pameran kerajinan tangan, hingga berbagai lomba, termasuk balap babi.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.