Harmoni dalam Tarian Gambyong Kolosal
2017.08.04
Klaten
Lebih dua ribuan orang menarikan Gambyong Pareanom di jalanan Kota Klaten, Jawa Tengah, Minggu, 30 Juli 2017. Mereka menarikan tarian klasik Jawa yang biasa dipertunjukkan dalam upacara dan penyambutan tamu.
Peserta tari gambyong kolosal mulai dari usia Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Mereka sengaja dilibatkan Pemerintah Kabupaten Klaten dalam tari berdurasi kurang sepuluh menit itu dengan harapan mereka akan terpacu untuk selalu melestarikan karya seni adi luhung warisan Keraton Kasunanan Surakarta.
“Klaten diapit dua kota Budaya (Yogyakarta dan Solo) sudah seharusnya melestarikan kesenian tradisional. Saya harapkan melalui tari gambyong kolosal, para pelajar semakin mencintai seni tari tradisional,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Klaten, Joko Wiyono.
Meskipun tarian baru dmulai pukul 08.30 WIB, para peserta sudah mulai berdatangan sejak pukul 05.00 WIB.
Kepala SDN I Keputran, Suparti, menuturkan bahwa murid-muridnya telah melakukan persiapan sejak pukul 02.00 WIB dini hari. Sedangkan latihan untuk gerakan-gerakan tari gambyong dilakukan selama sepuluh hari.
“Tidak ada kendala apapun karena di sekolah kami memang ada guru tari,” ujarnya.
Bagi peserta yang belum pernah menari, tari gambyong cukup menantang karena terdiri dari 11 rangkaian gerakan yang terbagi tiga bagian (awal, utama dan penutup) dengan iringan gamelan gendhing pangkur dengan dominasi suara ketipung dan kendang.
Keindahan tari gambyong terletak pada garis dan gerak yang melibatkan harmoni kaki, tangan, dan kepala jika ditarikan secara bersamaan.