Harmoni dalam Tarian Gambyong Kolosal

Memupuk cinta pada tari tradisional, Pemerintah Klaten mengajak warga turun ke jalan menari Gambyong.
Kusumasari Ayuningtyas
2017.08.04
Klaten
GAMBYONG-1.jpg

Seorang guru memasangkan hiasan pada sanggul penari gambyong kolosal. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

GAMBYONG-2.jpg

Kepala SD Negeri Srebengan 1 Ceper, Sri Aminah, memasangkan pita di rambut siswinya yang akan mengikuti tari gambyong kolosal. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

GAMBYONG-3.jpg

Seorang penari Gambyong bercanda dengan teman di barisan belakang sebelum mulai menari. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

GAMBYONG-4.jpg

Para siswi menarikan Pareanom Joko Tarub, salah satu tarian klasik Jawa, dalam acara tari gambyong kolosal. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

GAMBYONG-5.jpg

Bayangan penari saat pemanasan dengan gaya Kebyok saat menari gambyong kolosal. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

GAMBYONG-6.jpg

Tiga penari cilik bercanda di tepi jalan sembari menunggu giliran tampil. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

GAMBYONG-7.jpg

Seorang penari mengangkat telapak kakinya untuk menghindari panasnya aspal. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

GAMBYONG-8.jpg

Ukel adalah satu gerakan tangan dasar dalam tari tradisional Jawa. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

GAMBYONG-9.jpg

Seorang penari berpose saat dipotret temannya dengan kamera ponsel. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

GAMBYONG-10.jpg

Para penari meriung dan saling berangkulan untuk berdoa setelah tari gambyong kolosal sukses digelar. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Lebih dua ribuan orang menarikan Gambyong Pareanom di jalanan Kota Klaten, Jawa Tengah, Minggu, 30 Juli 2017. Mereka menarikan tarian klasik Jawa yang biasa dipertunjukkan dalam upacara dan penyambutan tamu.

Peserta tari gambyong kolosal mulai dari usia Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Mereka sengaja dilibatkan Pemerintah Kabupaten Klaten dalam tari berdurasi kurang sepuluh menit itu dengan harapan mereka akan terpacu untuk selalu melestarikan karya seni adi luhung warisan Keraton Kasunanan Surakarta.

“Klaten diapit dua kota Budaya (Yogyakarta dan Solo) sudah seharusnya melestarikan kesenian tradisional. Saya harapkan melalui tari gambyong kolosal, para pelajar semakin mencintai seni tari tradisional,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Klaten, Joko Wiyono.

Meskipun tarian baru dmulai pukul 08.30 WIB, para peserta sudah mulai berdatangan sejak pukul 05.00 WIB.

Kepala SDN I Keputran, Suparti, menuturkan bahwa murid-muridnya telah melakukan persiapan sejak pukul 02.00 WIB dini hari. Sedangkan latihan untuk gerakan-gerakan tari gambyong dilakukan selama sepuluh hari.

“Tidak ada kendala apapun karena di sekolah kami memang ada guru tari,” ujarnya.

Bagi peserta yang belum pernah menari, tari gambyong cukup menantang karena terdiri dari 11 rangkaian gerakan yang terbagi tiga bagian (awal, utama dan penutup) dengan iringan gamelan gendhing pangkur dengan dominasi suara ketipung dan kendang.

Keindahan tari gambyong terletak pada garis dan gerak yang melibatkan harmoni kaki, tangan, dan kepala jika ditarikan secara bersamaan.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.