Festival Kuliner Raja Mataram

Melalui festival kuliner diharapkan masyarakat tertarik untuk ikut melestarikan peninggalan sejarah masa lalu.
Kusumasari Ayuningtyas
2017.02.24
Klaten
Culinary-Festival-1.jpg

Rajamangsa yang dahulu hanya bisa dinikmati para raja siap disajikan untuk disantap pengunjung. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Culinary-Festival-2.jpg

Sajian nasi jagung yang merupakan makanan langka juga dihadirkan dalam festival kuliner. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Culinary-Festival-3.jpg

Nasi jali, makanan para Raja Mataram yang saat ini banyak disantap karena diyakini mampu memperbaiki fungsi ginjal. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Culinary-Festival-4.jpg

Pengunjung diperbolehkan memilih sendiri makanan yang dipamerkan. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Culinary-Festival-5.jpg

Pengunjung sedang menikmati makanan tradisional yang disajikan. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Culinary-Festival-6.jpg

Aneka minuman tradisional juga bisa dicicipi langsung di lokasi. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Culinary-Festival-7.jpg

Seorang panitia memperkenalkan dan menjelaskan berbagai jenis minuman masa lampau yang dikemas secara modern kepada pengunjung.

Culinary-Festival-8.jpg

Sejumlah perempuan mencicipi minuman sari tebu atau nalaka rasa. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Culinary-Festival-9.jpg

Belut dimasak melingkar atau Dundhu Puyengan, makanan yang banyak ditemui pada relief candi. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Culinary-Festival-10.jpg

Koin dari batu bata yang dibakar sebagai alat tukar untuk jual beli pada masa lampau. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Ada banyak cara melestarikan kebudayaan leluhur. Salah satu contohnya adalah lewat Festival Kuliner Raja-Raja Mataram yang diselenggarakan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Selasa, 22 Februari 2017, di pelataran Candi Sojiwan, Kebondalem Kidul, Kabupaten Klaten.

Masakan yang dipilih bukan sembarangan, tetapi sajian yang dulu hanya boleh disantap raja dan pemimpin wilayah yang telah diangkat jadi Sima atau orang berjasa kepada raja. Sajian khusus ini disebut rajamangsa atau mahamangsa.

Rajamangsa yang disajikan sesuai relief-relief yang ada di Candi Prambanan dan Candi Borobudur serta candi-candi sekitarnya yang merupakan bangunan cagar budaya peninggalan Kerajaan Mataram. Tidak semua rajamangsa bisa disajikan dalam festival ini karena ada perubahan nilai, budaya, dan keyakinan.

Beberapa makanan yang tidak disajikan meski ada dalam relief candi, misalnya kura-kura, kambing bunting, babi hutan dikebiri, anjing dikebiri, penyu, ikan taluwah dan ikan asin.

Sedangkan makanan yang disajikan sesuai relief candi di antaranya hadangan harang (sate lilit daging kerbau), hadangan madhura (daging kerbau masak manis), dundu puyengan (belut dibentuk melingkar), maneka kuluban (sayur-sayuran rebus dengan bumbu wijen hitam) serta phalamula (umbi-umbian rebus). Sedangkan minuman yang disaji adalah nalaka rasa (minuman sari tebu), jati wangi (minuman sari melati) dan kinca (minuman sari asam).

Beberapa makanan mulai sulit ditemui saat ini seperti nasi jali yaitu nasi dari jagung jali yang dimakan dengan campuran aren dan air gula merah. Sejumlah umbi-umbian yang mulai langka seperti enthit dan lembong yang bentuknya menyerupai jahe tetapi berukuran besar tetap dipamerkan.

Pengkaji Festival Kuliner Raja-Raja Mataram, Riris Purbasari, melihat bahwa festival ini menjadi bukti bahwa dunia kepurbakalaan dan sejarah masa lalu bisa dikolaborasikan dengan aktivitas kekinian. Dampak positif yang diharapkan, warga bisa mengenal dan merasa memiliki sehingga tertarik untuk ikut melestarikan.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.