Mekotek, Tradisi Peringati Kemenangan dengan ‘Perang Tongkat’
2017.04.18
Badung
Ribuan warga Munggu di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali memenuhi jalanan desa, Sabtu, 15 April 2017. Dengan berpakaian adat Bali dominan putih, mereka berjalan mengelilingi desa dekat jalan raya Denpasar dan Tanah Lot itu.
Sore itu, warga Desa Munggu tak hanya merayakan Kuningan, seperti umat Hindu Bali pada umumnya. Mereka juga menggelar ritual mekotek yang dilakukan tiap enam bulan sekali.
Peserta ritual ini adalah laki-laki dari remaja hingga orang tua. Mereka membawa tongkat kayu pulet kering yang telah dikupas kulitnya. Tongkat sekitar 3 meter itu melambangkan tombak perang dari besi yang dulu dipakai pasukan Kerajaan Mengwi.
Bendesa Adat Munggu, I Made Rai Sujana, mengatakan mekotek merupakan ritual untuk merayakan kemenangan Kerajaan Mengwi melawan Kerajaan Blambangan dalam perang pada abad ke-16.
Waktu itu Raja Mengwi berjanji untuk merayakan di Desa Munggu jika mereka menang. Setelah menang, ritual mekotek pun dilakukan dengan tombak besi dan tameng.
Saat ini, setiap tongkat diisi daun pandan sebagai simbol mata tombak dan hiasan disebut tamiang sebagai lambang tameng.
Dalam ritual mekotek, para peserta mengadu tongkat dalam kelompok yang berisi 20-30 orang yang kemudian bersatu membentuk piramida dengan 100-an pembawa tongkat.
Kadang satu dua peserta menaiki tongkat berbentuk susunan piramida itu. Suara riuh pecah saat dua piramida kayu beradu, lalu diikuti jatuhnya peserta. Mereka merayakannya penuh suka cita.
Ritual mekotek dilakukan dengan berjalan mengelilingi desa. Mereka mampir juga ke sejumlah pura yang disambut percikan air suci oleh pendeta untuk memberkati acara itu.
Ribuan warga lain, termasuk turis, ikut menikmati ritual unik ini.