Mekotek, Tradisi Peringati Kemenangan dengan ‘Perang Tongkat’

Ritual merayakan kemenangan prajurit Mengwi melawan Kerajaan Blambangan dalam perang abad ke-16 ini dilakukan sampai sekarang.
Anton Muhajir
2017.04.18
Badung
Mekotek-3.JPG

Peserta mekotek berjalan mengelilingi desa membawa tongkat berhiaskan daun pandan dan tamiang. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

Mekotek-4.JPG

Pendeta memercikkan tirta (air suci) untuk memberkati peserta mekotek. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

Mekotek-5.JPG

Saat mekotek, peserta mengadu kayu satu demi satu sampai mengerucut membentuk piramida. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

Mekotek-6.JPG

Seorang pecalang, penjaga keamanan tradisional, memberikan aba-aba kepada peserta untuk mengadu kayu. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

Mekotek-7.JPG

Dua kelompok saling beradu kayu dalam ritual mekotek. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

Mekotek-8.JPG

Seorang peserta terjatuh dan tertimpa piramida kayu yang rubuh. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

Mekotek-9.JPG

Kaum perempuan ikut menyaksikan ritual mekotek. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

Mekotek-10.JPG

Meskipun saling mengadu kayu dan terjepit, peserta mekotek saling tertawa dan tidak ada dendam. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

Ribuan warga Munggu di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali memenuhi jalanan desa, Sabtu, 15 April 2017. Dengan berpakaian adat Bali dominan putih, mereka berjalan mengelilingi desa dekat jalan raya Denpasar dan Tanah Lot itu.

Sore itu, warga Desa Munggu tak hanya merayakan Kuningan, seperti umat Hindu Bali pada umumnya. Mereka juga menggelar ritual mekotek yang dilakukan tiap enam bulan sekali.

Peserta ritual ini adalah laki-laki dari remaja hingga orang tua. Mereka membawa tongkat kayu pulet kering yang telah dikupas kulitnya. Tongkat sekitar 3 meter itu melambangkan tombak perang dari besi yang dulu dipakai pasukan Kerajaan Mengwi.

Bendesa Adat Munggu, I Made Rai Sujana, mengatakan mekotek merupakan ritual untuk merayakan kemenangan Kerajaan Mengwi melawan Kerajaan Blambangan dalam perang pada abad ke-16.

Waktu itu Raja Mengwi berjanji untuk merayakan di Desa Munggu jika mereka menang. Setelah menang, ritual mekotek pun dilakukan dengan tombak besi dan tameng.

Saat ini, setiap tongkat diisi daun pandan sebagai simbol mata tombak dan hiasan disebut tamiang sebagai lambang tameng.

Dalam ritual mekotek, para peserta mengadu tongkat dalam kelompok yang berisi 20-30 orang yang kemudian bersatu membentuk piramida dengan 100-an pembawa tongkat.

Kadang satu dua peserta menaiki tongkat berbentuk susunan piramida itu. Suara riuh pecah saat dua piramida kayu beradu, lalu diikuti jatuhnya peserta. Mereka merayakannya penuh suka cita.

Ritual mekotek dilakukan dengan berjalan mengelilingi desa. Mereka mampir juga ke sejumlah pura yang disambut percikan air suci oleh pendeta untuk memberkati acara itu.

Ribuan warga lain, termasuk turis, ikut menikmati ritual unik ini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.