Antusiasme Menyambut Super Blue Blood Moon

Terakhir terjadi 152 tahun silam, fenomena alam ini menarik minat masyarakat di Indonesia dan Thailand.
Staf BeritaBenar
2018.01.31
180131-TH-ID-moon-1.jpg

Imej “super blue blood moon” diambil dari Pantai Cha-am di Phetchaburi, Thailand, 31 Januari 2018. (Pimuk Rakkanam/BeritaBenar)

180131-TH-ID-moon-2.jpg

Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan warga melakukan pemantauan gerhana bulan total di pelataran Jam Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat. (M. Sulthan Azzam/BeritaBenar)

180131-TH-ID-moon-3.jpg

Ratusan warga melaksanakan shalat gerhana di kawasan Monas. (Rina Chadijah/BeritaBenar)

180131-TH-ID-moon-4.jpg

Orang-orang mengabadikan “super blue blood moon” di Cha-am di Petchaburi, di Thailand Selatan, 31 Januari 2018. (Pimuk Rakkanam/BeritaBenar)

180131-TH-ID-moon-5.jpg

Seorang bocah perempuan duduk di antara warga yang sedang melaksanakan shalat gerhana di kawasan Monas. (Rina Chadijah/BeritaBenar)

180131-TH-ID-moon-6.JPG

Ribuan Warga menyaksikan fenomena "super blue blood moon" di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat. (Rina Chadijah/BeritaBenar)

Gerhana-Bulan-7.jpg

Pemuda Kampung Cempluk, Kabupaten Malang, Jawa Timur, membunyikan tetabuhan untuk “mengusir raksasa” mitologi yang dipercaya warga setempat saat terjadinya gerhana bulan total. (Eko Widianto/BeritaBenar).

180131-TH-ID-moon-8.jpg

Perubahan saat terjadi gerhana bulan total yang terpantau di pelataran Jam Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat. (M. Sulthan Azzam/BeritaBenar)

Mendung menyelimuti langit Jakarta, Rabu malam, 31 Januari 2018. Tapi minat warga untuk menyaksikan fenomena alam langka gerhana bulan “super blue blood moon” tak surut, walaupun secara kasat mata mereka hanya bisa melihat sekitar 15 menit saat bulan berubah warna menjadi merah darah. Selebihnya awan menutup pandangan ratusan mata yang menantikannya sejak petang.

Warga Jakarta memenuhi lapangan parkir Monumen Nasional (Monas) untuk menyaksikan fenomena langka yang terakhir terjadi 152 tahun silam. Dua teleskop tersedia di sana.

Sebagian melakukan shalat gerhana bulan di lapangan basket pelataran Monas, seperti juga ribuan warga Muslim lainnya di masjid-masjid mulai dari Aceh hingga ke Papua.

Warga Hindu di Bali melaksanakan persembahyangan upacara Purnama.

Di beberapa daerah, warga memukul kentongan dan bunyi-bunyian.

Selain itu, warga Jakarta juga berkumpul di halaman Planetarium dan Observatorium di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Ada 16 teleskop yang digunakan warga bergantian.

Seperti juga di Indonesia, kombinasi tiga peristiwa terjadi dalam waktu bersamaan ini; yaitu super moon, blue moon, dan blood moon, menarik masyarakat Thailand. Mereka melihatnya dari Pantai Cha-am di Phetchaburi dan di wilayah lainnya di Negara Gajah Putih tersebut.

Disebut dengan super moon karena penampakan bulan yang terlihat lebih besar dari normal yang disebabkan oleh posisi bulan pada titik terdekat dengan bumi.

Blue moon, karena merupakan bulan purnama kedua yang terjadi dalam sebulan.

Sementara blood moon mengacu pada warna merah yang disebabkan oleh gerhana bulan dimana cahaya matahari ke bulan tertutup oleh bumi.

Rina Chadijah di Jakarta, Eko Widianto di Malang, Jawa Timur, M. Sulthan Azzam di Bukittinggi, Sumatra Barat, dan Pimuk Rakkanam di Phetchaburi, Thailand, ikut berkontribusi dalam galeri foto ini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.