Aplikasi Menangani Kebakaran Hutan

Ismira Lutfia Tisnadibrata
2016.05.29
Jakarta
160527_ID_applicationforestfire_1000.jpg Personel TNI dan BNPB sedang memadamkan kebakaran lahan gambut di wilayah Duri, Riau, 2 Juli 2013.
Ismira Lutfia Tisnadibrata/BeritaBenar

Tiga aplikasi ponsel pintar dan komputer, “Bantu Asap”, “Melawan Asap”, dan “SOS”telah diciptakan untuk membantu pencegahan dan penanganan bencana tahunan kebakaran hutan dan asap di Indonesia.

Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menyatakan pihaknya menyambut baik adanya aplikasi-aplikasi tersebut.

“Sangat membantu masyarakat dan aparat dalam penanggulangan bencana. Dengan adanya aplikasi, maka masyarakat akan semakin mudah mengakses informasi dan peta (bencana),” ujarnya ketika diminta tanggapannya, Jumat, 27 Mei 2016.

Ketiga aplikasi itu adalah pemenang bersama tanpa urutan dalam kompetisi membuat aplikasi secara marathon atau “hackaton Merdeka 2.0” kategori penanganan bencana asap pada 2015 lalu yang hasilnya diumumkan awal Mei tahun ini.

Kompetisi tersebut diselenggarakan komunitas teknologi informasi dan pembuat piranti lunak, Code4Nation, bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam), Telkom Indonesia dan beberapa pihak lain.

Bermanfaat

Aplikasi “Bantu Asap” dapat digunakan oleh tiga pihak yaitu para korban, pemberi bantuan dan organisasi penyalur bantuan, demikian dikatakan oleh pembuatnya, Muhammad Mustadi, Sonny Lazuardi Hermawan, dan Muhammad Harits Elfahmi, yang tergabung dalam tim SS Ceria.

“Aplikasi ini menyajikan informasi berdasarkan permintaan dan pasokan bantuan serta apa yang dibutuhkan korban di lapangan secara real-time,” ujar Mustadi.

Berdasarkan informasi itu, diharapkan penyediaan bantuan terkait bencana kebakaran hutan dan asap seperti masker dan tabung oksigen dapat disalurkan secara efektif dan efisien sesuai kondisi dan kebutuhan.

Sementara aplikasi “Melawan Asap” berfungsi mendeteksi titik panas atau lokasi kebakaran hutan melalui satelit NASA, ujar Adjie Pratama, yang menciptakan aplikasi tersebut terinspirasi konsep yang digagas pacarnya, Eka Susilowati.

“Fungsi lain adalah melaporkan dimana ada lokasi kebakaran lahan dan korbannya, atau bila sedang terjadi aksi pembakaran hutan dan mengetahui tingkat kualitas udara yang dipengaruhi oleh asap kebakaran hutan,” ujar Adjie ketika diwawancara BeritaBenar, Kamis, 26 Mei 2016.

Adjie mulai menciptakan dan meluncurkan aplikasi itu pada September 2015. Sejak itu, ia terus menyempurnakan aplikasi melalui keikutsertaannya di Hackaton Merdeka 2.0.

Ia mengatakan sejauh ini aplikasinya sudah diunduh lebih dari 8.000 kali melalui telepon pintar berbasis Android atau komputer.

“Sekarang sudah ada tambahan baru, yaitu fitur untuk membagi informasi yang ada di aplikasi melalui media sosial,” ujar Adjie.

Sebelumnya Adjie pernah membangun aplikasi telepon pintar “Stop Terrorism” untuk mengadukan tindakan radikal dan terorisme. Aplikasi itu dibuatnya tidak lama setelah terjadi serangan bom di Jalan Thamrin, Jakarta, pertengahan Januari lalu.

Sedangkan “SOS” adalah aplikasi yang diciptakan oleh Narendra Hanif Wicaksana bersama dua teman kuliahnya Wahyu Kukuh Herlambang dan Hamdi Ahmadi Muzakky dari jurusan Teknologi Informasi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya, Jawa Timur.

“Aplikasi ini untuk mendata kebutuhan bantuan bencana di lapangan,” ujar Narendra Hanif Wicaksana, yang biasa dipanggil Hanif kepada BeritaBenar.

Melalui aplikasi berbasis web ini, pengguna dapat mendaftarkan titik berkumpul untuk para relawan, memperbarui data bantuan terkumpul baik berupa barang maupun jasa seperti tenaga medis atau relawan.

Hanif mengatakan keikutsertaan kelompoknya dalam hackato awalnya untuk kategori pendidikan. Namun ketika diumumkan ada kategori baru tentang kebakaran hutan, dia dan kedua temannya langsung memutuskan mengambil kategori tersebut.

“Karena ini kategori baru, saat pengumuman pemenang hackaton pada November 2015 hanya diumumkan 10 besar peserta. Kami baru mendapat kabar bahwa kami dan dua kelompok lain dinyatakan sebagai pemenang bersama pada awal Mei,” jelas Hanif.

Menurut Adjie, Kemenko Polhukam telah memberikan komitmen untuk membina ketiga kelompok pemenang. Ketiga aplikasi rencananya akan digabung sebagai aplikasi terpadu dalam penanganan bencana kebakaran hutan di Indonesia.

Bank Dunia mencatat kerugian yang dialami Indonesia akibat kebakaran hutan pada tahun lalu mencapai Rp221 triliun. Sementara biaya yang dikeluarkan BNPB untuk menangani kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan mencapai Rp500 miliar.

Kegiatan ekonomi, sosial dan budaya juga terpengaruh dengan masa sekolah anak-anak diliburkan selama beberapa lama serta ribuan penerbangan dibatalkan akibat bencana kebakaran tersebut.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.