Terduga Teroris Bom Bekasi Diduga Sel JAKDN
2016.12.14
Klaten

Polisi membenarkan tujuh terduga teroris ditangkap, akhir pekan lalu, adalah jaringan Jamaah Anshorut Khilafah Daulah Nusantara (JAKDN), sementara perempuan yang diduga dipersiapkan sebagai pembom bunuh diri mengaku terpengaruh paham radikal melalui media sosial.
"Iya, sementara ini, kita sinyalir demikian seperti yang kita terima dari Densus 88 ,” tutur Kabag Mitra Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Kombes Pol. Awi Setiyono, saat dikonfirmasi terkait jaringan kelompok tersebut.
“Nanti kalau sudah ada koherensi pemeriksaan, kita sampaikan lagi. Kita masih menunggu hasil labfor (laboratorium forensik). Tujuh hari ya, mungkin hari Jumat,” tambahnya ketika dihubungi BeritaBenar, Rabu, 14 Desember 2016.
Sementara itu dalam interview oleh sebuah stasiun TV swasta Selasa malam, DYN, perempuan yang menurut polisi disiapkan sebagai pembom bunuh diri di Istana Kepresidenan mengaku terpapar radikalisme melalui Facebook.
Perempuan 27 tahun bercadar itu mengaku sempat menjadi buruh migran di Singapura dan Taiwan sebelum akhirnya tertarik paham radikal dengan membaca status jihadis di Facebook.
“Kurang lebih selama satu tahun saya aktif Facebook. Tapi, saya tidak ikut grup apapun. Saya menyimak dan semakin penasaran. Makanya saya beranikan bertanya,” ujarnya, seraya menambahkan ia rajin membaca dan mengoleksi artikel-artikel dari Facebook.
Lewat Facebook pula, ia berkenalan dengan MNS, Oktober lalu. Lalu, hubungan mereka berlanjut melalui aplikasi Telegram. MNS dan rekannya, AS ikut ditangkap Densus 88 di Bekasi, Sabtu lalu.
Meski tahu MNS telah beristri dan punya anak, DYN tetap mau dinikahi tanpa ada wali. Malahan dia tidak hadir saat pernikahannya dengan MNS.
“Saya serahkan semuanya kepada ‘Aa. Saya tidak tahu siapa yang wakilkan. Sebelum nikah, ‘Aa bilang, ‘Neng, sebentar lagi pernikahan akan dilaksanakan’,” ujarnya kepada wartawan TV One.
Bekas aktivis JAT
Tim Densus 88 Mabes Polri menangkap tujuh terduga teroris di Bekasi, Karanganyar, Ngawi, dan Klaten, Sabtu dan Minggu lalu. Mereka, menurut polisi, akan melakukan bom bunuh diri di Istana Kepresidenan saat pergantian pasukan pengamanan presiden hari Minggu lalu.
Dalam penangkapan di Bekasi, polisi menemukan bom berdaya ledak tinggi yang dirakit dalam panci (rice cooker bomb) seberat 3 kilogram siap meledak.
Ketujuh terduga teroris diduga punya hubungan dengan Bahrun Naim, warga Indonesia yang disebut telah menjadi tokoh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan menurut polisi berada di balik serangan teror di Jakarta, pertengahan Januari lalu.
Seorang dari tujuh yang ditangkap yaitu AS cukup dikenal di antara para aktivis jihad di Solo Raya, terutama oleh bekas anggota Jamaah Anshorut Tauhid (JAT).
“Dia dulu aktivis JAT, sama seperti saya,” kata Endro Sudarsono, sekretaris Islamic Study and Action Center Surakarta yang ketika ikut JAT berperan sebagai Humas.
Setelah JAT bubar, AS mendirikan Azzam Dakwah Center (ADC), organisasi yang diikuti mantan aktivis JAT. ADC bergerak dalam bidang dakwah dan berkantor di sebuah rumah tokoh yang digeledah tim Densus 88, Minggu siang lalu.
“ADC lembaga resmi, struktur organisasi jelas, manajemen juga jelas, anggota juga jelas dan bergerak di bidang dakwah,” terang Endro kepada BeritaBenar.
Terkait JAKDN, Endro mengaku sering mendengar nama itu.
“Pergerakannya sangat tertutup, sama sekali tidak diketahui siapa bergabung. Mungkin memang berbaiat pada ISIS. Tapi sesama mantan anggota JAT tidak saling tahu kejelasan JAKDN,” jelas Endro.
Organisasi bawah tanah
Sekitar dua tahun lalu, JAT yang didirikan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sejak tahun 2008 membubarkan diri karena perbedaan pandangan di internal JAT atas kemunculan ISIS.
“Ada yang setuju dengan ISIS, ada yang tidak. Yang tidak setuju sekitar 95 persen beralih ke Jammah Ansharusy Syariah (JAS), sedangkan sisanya bertahan di JAT meski kemudian berubah nama jadi Jamaah Ansharut Daulah (JAD) pimpinan Aman Abdurrahman,” ujar Thayyep Malik, peneliti di Yayasan Prasasti Perdamaian.
Aman adalah terpidana kasus terorisme atas keterlibatannya dalam pelatihan militer Jamaah Islamiyah di pegunungan Jalin, Kabupaten Aceh Besar, awal 2010. Aman disebut ikut terlibat dalam aksi teror di Jakarta Januari lalu.
Meski namanya hampir mirip, tetapi antara JAD dan JAKDN adalah dua organisasi yang berbeda. JAD adalah organisasi yang mewadahi simpatisan ISIS di Indonesia, yang telah berubah nama jadi Khalifah Syuhada.
“JAKDN hanya semacam kelompok kolektivitas yang tidak diketahui secara pasti struktur organisasi dan siapa pengikut,” kata Thayyep, “tapi, JAKDN sering digunakan pendukung ISIS.”
Tapi, pakar dan peneliti terorisme di Asia Tenggara, Sidney Jones meminta lebih berhati-hati karena tidak ada organisasi bernama JAKDN.
Yang ada, katanya, Jamaah Ansyarul Khilafah Islamiyah (JAKI) yang berpusat di Malang dan tak ada kaitan langsung dengan Bahrun, tetapi bisa saja ‘ansharul daulah’ menjadi anggota JAT, JAKI, atau NII.
“Bahrun Naim memang anggota ISIS dan semua yang sudah berbaiat pada Al-Baghdadi, (pemimpin tertinggi ISIS) dikenal sebagai ‘Ansharul Daulah’, tapi tidak bersifat organisasi yang punya struktur,” katanya kepada BeritaBenar.
Sidney menambahkan, menurut kajian yang dilakukan Institute For Policy Analysis of Conflict (IPAC) tentang Bahrun Naim, dia dekat dengan hampir semua jaringan garis keras di Solo.
“Walaupun mungkin ada yang tidak senang karena orangnya dianggap sombong,” papar Sidney.
Sidney juga mengatakan bahwa Bahrun Naim tidak berada dibalik serangan Bom Thamrin 14 Januari lalu. Menurutnya aksi tersebut dilakukan oleh kelompok lokal, Partisan Khilafah, atau Jamaah Anshar Khilafah (JAK), dengan Aman Abdurrahman, sebagai pemimpin ideologinya.