Citra Satelit NASA Tunjukkan Wilayah Kebakaran di Indonesia
2016.09.22
Washington DC

Siapapun dapat memantau kebakaran hutan dan lahan ilegal di Indonesia atau di tempat lain.
Citra satelit NASA mampu memperlihatkan hotspot (titik panas, yang menjadi penanda sebuah wilayah sedang mengalami kebakaran) dengan memberikan data suhu pada saat yang hampir menyamai waktu sebenarnya.
Silakan klik link NASA Worldview untuk melihat hotspot hari ini.
Titik merah mewakili hotspot atau aktivitas gunung berapi. Untuk mendapatkan keadaan hotspot pada hari tertentu geser alat petunjuk abu-abu di bagian bawah layar ke tanggal yang dituju.
Gunakan +, - ikon di sisi kanan layar untuk memperbesar atau memperkecil tampilan.
Ilmuwan mengatakan, tidak semua kebakaran bisa teridentifikasi, karena terselubung awan atau intensitasnya relatif rendah. "Kebakaran gambut bisa sudah membara di bawah permukaan selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sejak awal terbakar, namun karena suhu terlalu rendah sering tidak terdeteksi secara akurat dari ruang angkasa," demikian kajian terbaru para peneliti di Universitas Columbia dan Harvard, Amerika Serikat.
Kajian tersebut juga mengungkapkan bencana asap pada tahun 2015 di Indonesia menyebabkan lebih dari 100.000 kematian di Indonesia, Malaysia, dan Singapura, - jumlah yang dibantah oleh pemerintah Indonesia.
Bank Dunia pada Desember 2015 menyebutkan akibat kebakaran hutan dan lahan 2015, Indonesia mengalami kerugian hingga US$15,72 miliar atau setara Rp221 triliun. Angka itu dua kali lipat dari dana untuk membiayai rekonstruksi Aceh pascatsunami tahun 2004.
Kabut asap menjadi masalah tahunan di Indonesia pada musim kemarau, ketika hutan dibakar untuk membuka lahan baru untuk perkebunan, terutama perkebunan sawit. Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Presiden Joko Widodo pada April 2016 telah menyatakan rencana moratorium pembukaan lahan baru untuk sawit dan pertambangan, namun hingga saat ini instruksi presiden mengenai hal itu belum terwujud.