Tiga Jemaah Lagi Dinyatakan Tewas di Mekkah, Proyek Ekspansi Dikritik

Arie Firdaus
2015.09.14
150914_ID_MECCA_620.jpg Para calon haji dari seluruh dunia beribadah dan lalu lalang di sekitar area Masjidil Haram, Mekkah, yang dikelilingi alat-alat derek raksasa, 14 September, 2015.
AFP

Tiga lagi jemaah haji Indonesia dinyatakan tewas hari Senin 14 September akibat robohnya crane atau alat derek raksasa hari Jumat, lalu, sementara 24 dari 41 korban luka-luka masih dirawat di sejumlah rumah sakit di Mekkah.

Menurut laman Kementrian Agama RI, jumlah total WNI calon haji yang dinyatakan meninggal sampai saat ini mencapai 10 orang. Kementrian agama mengatakan sebagian besar keluarga korban tewas meminta agar para korban dimakamkan di Mekkah.

Salah satu alat derek yang berada di sekitar Masjidil Haram roboh menimpa masjid hari Jumat sekitar pukul 17.30 waktu setempat, ketika angin kencang melanda dan menewaskan 107 calon jemaah haji yang sedang berada di sana, sementara 238 orang luka-luka.

Pada saat itu pemerintah Saudi memperkirakan sekitar 800 ribu orang sudah tiba untuk melaksanakan ibadah haji yang puncaknya diperkirakan pada tanggal 23 September.

Jemaah haji yang menjadi korban diantaranya berasal dari Indonesia, Malaysia, India dan Pakistan.

Pemeritah Saudi dinilai abaikan keselamatan

Tragedi jemaah haji ini membuat prosedur keselamatan proyek perluasan dan pembangunan infrastruktur di Mekkah dan Madinah yang sudah berlangsung sejak tahun 1980-an ini dikecam. Dr Irfan Al Alawi, Direktur Eksekutif Islamic Heritage Research Foundation yang bermarkas di Mekkah, menilai pemerintah Saudi mengabaikan keselamatan.

Menurutnya, semua alat derek besar yang berada di sekitar Masjidil Haram seharusnya dipindahkan, mengingat masjid itu harus tetap dibuka 365 hari setahun 24 jam sehari.

“Pemerintah Saudi sudah tahu ini adalah saatnya para calon haji datang dari seluruh penjuru dunia. Seharusnya mereka memindahkan alat-alat derek itu sekitar 2 mil (3,2 km) dari masjid,” kata Al Alawi ketika dihubungi BeritaBenar lewat sambungan telepon.

Ia mencontohkan negara-negara Barat yang selalu menutup lokasi konstruksi demi keselamatan sebuah proyek. Namun hal itu, katanya, tak tampak di proyek ekspansi Masjidil Haram.

“Saat ini ada 800 ribu orang keluar dan masuk masjid, termasuk anak-anak. Seratus tujuh orang tewas. Bayangkan di puncak musim haji ketika 2-3 juta orang ada di sini, korbannya akan jauh lebih banyak,” ujar Al Alawi.

Pada hari Senin, Raja Salman sudah berjanji akan menyelidiki penyebab robohnya alat derek itu.

Penghancuran situs-situs sejarah Nabi Muhammad

Al Alawi juga menyoroti penghancuran situs-situs bersejarah di Mekkah dan Madinah yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW masih hidup, sekitar tahun 600-an Masehi.

Salah satu sejarawan Mekkah dan Madinah terkemuka dunia itu bersama organisasinya selama bertahun-tahun berupaya mendokumentasikan beragam artefak yang sangat berharga sebagai peninggalan Islam sebelum dihancurkan untuk membangun gedung-gedung pencakar langit bergaya Barat.

Dia adalah salah satu pengkritik keras cara pemerintah Saudi melakukan pembangunan yang menurutnya tidak menghargai peninggalan sejarah Islam.

“Saya tidak menentang ekspansi,” ujar Al Alawi. “Proyek perluasan sangat penting, karena jumlah jemaah haji akan terus meningkat”.

Namun, katanya, proyek itu harus dibarengi dengan perlindungan situs-situs sejarah, seperti di banyak tempat lain di dunia.

Jika tidak, ia khawatir generasi muda Islam tidak akan pernah melihat situs-situs peninggalan itu untuk belajar sejarah Nabi Muhammad dan Islam.

Al Alawi mencatat, setidaknya 98 persen situs-situs bersejarah warisan Nabi Muhammad kini sudah menghilang di akibat proyek perluasan Mekkah dan Madinah.

Pemerintah Arab Saudi, antara lain, telah menggusur rumah Abu Bakar -- salah satu sahabat Rasulullah dan khalifah pertama setelah Nabi Muhammad wafat -- pada 2008.

Rumah Abu Bakar sudah dijadikan Hotel Hilton. Sedangkan rumah istri pertama Nabi Muhammad, Siti Khadijah, yang terletak tak jauh dari pintu Bab Al-Salaam pun kini bersalin rupa menjadi fasilitas toilet umum.

‘Mencabut umat Islam dari akarnya’

Pemerintah Arab Saudi mengatakan ekspansi di Mekkah dan Madinah dibutuhkan untuk menampung jumlah jemaah haji yang terus meningkat. Mereka memprediksi, jumlah jemaah haji akan mencapai 7 juta jiwa pada 2040, dari sekitar 3 juta jiwa pada saat ini.

Secara terpisah, cendekiawan Muslim yang juga mantan Ketua Umum Muhammadiyah Prof Dr Ahmad Syafii Maarif juga mengecam sikap pemerintah Saudi yang menghancurkan sebagian besar situs bersejarah.

Menurutnya tindakan itu ibarat mencabut umat Islam dari akarnya.

"Anak-cucu umat Islam akan kehilangan jejak," kata Buya Syafii kepada BeritaBenar, Senin, 14 September 2015.

Buya Syafii memahami bahwa pemerintahan Arab Saudi yang dikuasai kaum Wahabi memang ingin mencegah sifat syirik (menyamakan sesuatu dengan Tuhan) dari para peziarah sehingga menghancurkan situs-situs bersejarah di masa lampau.

"Tapi, kan, masih ada jalan lain," kata pakar sejarah Islam tersebut.

"Enggak akan mungkin juga orang menyembah situs bersejarah. Jangan karena ingin menegakan tauhid, maka menghancurkan situs lama. Itu adalah cara berpikir yang tak benar," tutupnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.