Militan Asal Indonesia Ditangkap di Marawi

Pemerintah Filipina menangkap Muhammad Ilham Syahputra, 23, salah satu militan petempur di garis depan.
Jeoffrey Maitem & Richel V. Umel
2017.11.01
Marawi, Philippines
171101_ID_Phil_1000.jpg Warga kembali ke rumah mereka di kota Marawi, Filipina selatan, seminggu setelah pejabat mengumumkan berakhirnya pertarungan dengan milisi pro-ISIS, 30 Oktober 2017.
Jeoffrey Maitem/BeritaBenar

Diperbarui pada Kamis, 2 November 2017, 21:00 WIB.

Polisi Filipina menangkap seorang terduga militan asal Indonesia pada Rabu, 1 November 2017, ketika tentara berusaha mencari para militan anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) serta bom –bom yang ditanam mereka saat mereka meninggalkan kota Marawi yang hancur.

Muhammad Ilham Syahputra (23) ditangkap Rabu pagi oleh aparat desa di dekat Loksadatu, sebuah desa di distrik Marawi yang menjadi tempat pertahanan terakhir militan hingga pekan lalu, kata Kolonel Romeo Brawner Jr., wakil komandan Gugus Tugas Gabungan Grup Ranao.

“Dia kemudian dibawa ke polisi Marawi. Dia sekarang sedang diselidiki oleh penyidik militer dan polisi, " kata Brawner kepada wartawan.

Kepala Polisi Kota Supt. Ebra Moxir mengatakan aparat desa menemukan Ilham dalam keadaan basah. Ilham  kemudian mengatakan kepada polisi bahwa ia berenang menyeberangi danau.

"Dia menjadi perhatian aparat desa kita karena dia basah. Dia mengakui bahwa dia termasuk di antara pejuang asing dari garis depan," kata Moxir kepada Berita Benar.

Moxir mengatakan bahwa sejumlah uang tunai yang belum diketahui besarnya disita dari warga Indonesia itu, yang digambarkannya dalam "kondisi kesehatan yang buruk".

Sumber intelejen Indonesia mengatakan kepada BeritaBenar bahwa Ilham berasal dari Sumatera Utara.

Pada tahun 2014, Ilham bekerja di sebuah perusahaan kargo di Bandara Malaysia sebelum dia kembali ke Medan, kata sumber yang mengatakan bahwa Ilham bergabung dengan militan di Filipina selatan November lalu.

Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Indonesia belum bisa mengonfirmasi segera tentang berita penangkapan tersebut.

‘Bagian dari pengepungan awal’

John Guyguyon, kepala polisi Lanao del Sur, provinsi di mana Marawi berada, mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa Mohammad Ilham membawa sebuah tas dengan telepon genggam, sebuah pistol kaliber.45, granat fragmentasi, mata uang Filipina, Indonesia, dan Saudi.

"Tindakan kami adalah mengajukan kasus atas dirinya karena dia adalah bagian dari pengepungan awal," kata Guyguyon. "Kami sedang menyiapkan laporan investigasi sehingga kami bisa mengajukan kasus pemberontakan, terorisme dan lain-lain."

Guyguyon mengatakan bahwa Ilham menginformasikan bahwa beberapa orang bersenjata masih bersembunyi di daerah pertempuran utama di pusat kota Marawi.

Pertarungan Marawi dimulai pada tanggal 23 Mei ketika tentara dan polisi bergerak untuk menangkap Isnilon Hapilon, pemimpin kelompok ekstrem ISIS di Asia Tenggara yang berada dalam daftar paling dicari FBI.

Mereka mendapatkan perlawanan besar pasukan musuh besar yang terdiri dari pejuang Hapilon, yang didukung oleh militan dari kelompok lokal Maute dan pejuang dari Timur Tengah dan Asia Tenggara, termasuk orang-orang dari Malaysia dan Indonesia.

Hapilon dan Omarkhayam Maute, salah satu pemimpin kelompok Maute terbunuh 16 Oktober lalu.

Mahmud Ahmad, seorang profesor universitas Malaysia yang diduga menyalurkan dana untuk membiayai serangan Marawi, juga terbunuh, semikian laporan militer. Dikatakan kematian Mahmud disaksikan oleh beberapa sandera yang sempat melarikan diri, namun jenazah Mahmud sampai sekarang belum ditemukan.

Presiden Rodrigo Duterte mengakui sempat meremehkan kekuatan militan tersebut, dan akhirnya terpaksa menerima bantuan pengawasan udara dari Amerika Serikat dan Australia, dua sekutu militer terdekat negara tersebut.

Malaysia, Indonesia dan Singapura juga telah menawarkan bantuan untuk mencegah konflik  tersebut masuk ke perbatasan mereka dengan berpartisipasi dalam patroli udara dan maritim yang terkoordinasi.

Para militan tersebut merampok bank, pertokoan dan rumah-rumah di Marawi, sebuah kota dengan penduduk mayoritas Muslim di negara yang berpenduduk mayoritas Katolik Roma. Mereka juga menyandera puluhan warga sipil, yang banyak di antaranya dibebaskan dalam beberapa minggu terakhir sebelum tentara mengakhiri pertempuran di sana.

Lebih dari 200.000 warga meninggalkan rumah mereka selama pertempuran, yang telah menghancurkan kota indah itu. Masjid dan seluruh kota telah menjadi puing setelah jet-jet Angkatan Udara berusaha menghancurkan militan dalam pemboman harian.

Lima bulan pertempuran yang memicu kekhawatiran bahwa ISIS telah mendapatkan basisnya di Asia Tenggara itu menewaskan 942 gerilyawan, 165 tentara dan polisi, dan 47 militan, demikain menurut militer.

Sekitar 6.400 warga bisa kembali ke rumah mereka.

Pertempuran bersenjata Marawi mungkin telah dinyatakan selesai, namun para analis dan pejabat telah memperingatkan bahwa kelompok militan lain yang bersekutu dengan ISIS di front lain di Mindanao, di bagian selatan di negara itu, akan melanjutkan perjuangan Hapilon.

Tertangkapnya warga Indonesia tersebut memvalidasi posisi pemerintah daerah bahwa "partisipasi sipil" adalah kunci untuk mengamankan masyarakat lokal dari elemen militan, juru bicara Marawi Zia Alonto Adiong mengatakan hal itu dalam sebuah pernyataan.

"Adalah penting dalam upaya keamanan untuk memulihkan keadaan normal di daerah yang pernah dikuasai (militan)  dengan menjaga kewaspadaan warga kita," kata Adiong, menambahkan bahwa rencana keamanan sipil yang terlokalisasi dirancang untuk melengkapi operasi pembersihan militer.

Felipe Villamor di Manila dan Tia Asmara di Jakarta ikut berkontribusi dalam artikel ini.

Dalam versi yang telah diperbarui ini nama terduga militan asal Indonesia telah dikoreksi dari sebelumnya tertulis Mohammad Ilham Saputra.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.