Masa Kampanye Berakhir, Indonesia Masuki Hari Tenang

Debat kedua pasang kandidat menandai akhir masa kampanye Pemilu.
Almira Wang
2019.04.13
Jakarta
190413_ID_Election_1000.jpg Sebuah layar besar memperlihatkan kandidat presiden petahana Joko “Jokowi” Widodo, didampingi calon wakil presiden Ma’ruf Amin (kiri) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat berpidato dalam kampanye pamungkas kubu 01 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 13 April 2019.
Keisyah Aprilia/BeritaBenar

Indonesia menutup masa kampanye pemilihan umum (Pemilu) serentak dengan debat terakhir kedua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang disiarkan secara langsung jaringan televisi, Sabtu malam, 13 April 2019.

Dalam debat yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, kedua pasangan calon memaparkan visi dan misi dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, perdagangan, dan industri.

Kedua pasangan calon saling memaparkan program dan strategi untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat, tetapi tidak terlihat perdebatan sengit dari para kandidat.

Setelah debat, Indonesia memasuki masa tenang selama tiga hari sampai pemungutan suara pada Rabu, 17 April, dimana sekitar 192 juta lebih pemilih yang terdaftar akan memilih anggota parlemen serta presiden dan wakil presiden periode 2019-2024.

Sebelumnya, pada Sabtu siang calon presiden petahana Joko “Jokowi” Widodo bersama calon wakilnya Ma’ruf Amin tampil di hadapan ratusan ribu pendukungnya di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, dalam kampanye akbarnya yang terakhir, dibungkus dengan konser melibatkan ratusan penyanyi dan grup musik.

Dalam pidatonya Jokowi memuji massa pendukungnya yang walaupun mayoritas mengenakan baju putih, tetap mencerminkan latar belakang mereka yang beragam.

“Inilah sekali lagi perbedaan-perbedaan keragaman-keragaman yang kita miliki, kebhinnekaan yang kita miliki, yang harus terus kita rawat dan jaga bersama. Sanggup?” ujarnya, yang ditanggapi dengan teriakan “Sanggup!” para pendukungnya.

Ia mengatakan dibutuhkan kesiapan masyakat menghadapi tantangan yang ada, namun menegaskan bahwa Indonesia telah berada pada jalur yang tepat untuk menjadi bangsa yang besar, dengan tetap harus optimis.

“Jangan sampai kita merasa pesimis, merasa lemah, rendah, karena bangsa ini adalah banga besar, negara ini adalah negara besar. Bangsa besar yang memiliki masa depan yang baik,” ujarnya.

Hal ini berbeda dari apa yang digambarkan oleh penantangnya, Jenderal Purnawirawan Prabowo Subianto dalam kampanye akbarnya di tempat yang sama seminggu yang lalu.

“Ibu pertiwi sedang diperkosa, saudara-saudara sekalian!" kata Prabowo saat itu, “kekayaan kita diambil terus, hak-hak rakyat diinjek-injek..!”

Prabowo Subianto tidak mempunyai agenda publik di siang hari itu sebelum muncul pada debat malam harinya, sementara calon wakil presidennya, Sandiaga Uno menutup kampanye terakhirnya di Alun-alun Kota Tangerang, Banten.

Massa yang bergerak menuju GBK memenuhi berbagai jalan utama di ibukota, termasuk di sepanjang jalan Thamrin dan jalan Sudirman.

Andri, warga Kota Tangerang mengatakan dia optimis bahwa pasangan Jokowi-Ma’ruf akan menang dalam pemilihan presiden (Pilpres).

“Saya pilih Jokowi karena sudah jelas hasil kerjanya nyata dan program-program yang ditawarkan bagus,” ujarnya kepada BeritaBenar.

Pendukung Jokowi-Ma’ruf yang lain, Dewi Utari, juga menyatakan puas pada kinerja pemerintahan Jokowi selama 4,5 tahun terakhir karena situasi keamanan baik dan tidak ada gejolak serta harga-harga kebutuhan pokok cenderung stabil.

Warga Kelurahan Susukan, Jakarta Timur, mengaku pendukung setia Jokowi dan ikut serta juga dalam kampanye akbar serupa pada pemilihan presiden tahun 2014.

“Harapan saya agar kinerjanya ditingkatkan dan lebih memperhatikan masyarakat kelas bawah, terutama di wilayah saya,” ujarnya kepada BeritaBenar.

Sedangkan, Rohman, warga Kampung Akuarium di Jakarta Utara yang rumahnya digusur Pemerintah DKI Jakarta dua tahun lalu pada masa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meyakini calon presiden pilihannya, Prabowo, akan menang.

“Banyak rakyat miskin membutuhkan pekerjaan. Selain itu, harga-harga bahan pangan juga naik sehingga banyak warga yang mengeluh,” katanya kepada BeritaBenar.

Dia memutuskan untuk memilih pasangan Prabowo-Sandi karena visi dan misi yang digambarkan melalui semboyan  “Adil dan Makmur” sesuai dengan harapan masyarakat.

Chairudin, warga Kampung Kunir di Jakarta Barat yang rumahnya juga digusur Ahok pada 2016 juga meyakini Prabowo-Sandi akan membawa perekonomian Indonesia menjadi lebih baik.

“Saya kapok memilih Jokowi. Dulu sudah menandatangani kontrak politik tapi diingkari,” ujarnya, merujuk pada kontrak politik Jokowi saat kampanye pemilihan gubernur Jakarta tahun 2012 dan kampanye pemilihan presiden 2014.

Calon presiden Prabowo Subianto dari kubu 02 menyalami para pendukungnya saat berkampanye di Padang, Sumatra Barat, 2 April 2019. [M.Sulthan Azzam/BeritaBenar]
Calon presiden Prabowo Subianto dari kubu 02 menyalami para pendukungnya saat berkampanye di Padang, Sumatra Barat, 2 April 2019. [M.Sulthan Azzam/BeritaBenar]

Masalah utama

Dalam jumpa pers yang diadakan, Kamis, 11 April, pakar-pakar ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengatakan bahwa masalah ekonomi dan kesejahteraan sosial masih menjadi masalah utama bagi setiap negara berkembang, termasuk Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stagnan dan jauh dari memenuhi angka 7 persen yang dijanjikan Jokowo dalam kampanyenya di 2014.

Menurut catatan INDEF, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 adalah sebesar 4,88%, 2016 sebesar 5,03%, 2017 sebesar 7.07% dan 2018 sebesar 5,17%.

“Jika pertimbuhan 5 persenan yang sudah terjadi dalam 6 tahun ini tidak segera diakselerasi, maka sulit bagi Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah untuk Indonesia bisa menjadi negara maju,” kata Eko Listiyanto, wakil direktur INDEF.

Ekonom senior INDEF, M. Nawir Messi, menambahkan bahwa ada 10 isu ekonomi yang harus menjadi perhatian pemerintah mendatang, antara lain mengelola pertumbuhan dengan memperhatikan pertumbuhan di Pulau Jawa dan dan luar Pulau Jawa, serta keseimbangan antara kuantitas dan kualitas pertumbuhan.

“Perlu menekan tingkat kemiskinan hingga ke single digit, dan untuk mengefektifkan penggunaan dana desa untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa,” ujar Nawir.

Data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik, Januari 2019, menunjukkan bahwa angka kemiskinan di Indonesia turun menjadi 9,66%, September 2018 dengan batas kemiskinan pengeluaran per kapita per bulan sebesar rata-rata Rp410.670.

Angka tersebut turun dari 9,82% pada Maret 2018 dan mengurangi jumlah orang miskin sebanyak 280.000 menjadi 25,67 juta orang.

Tia Asmara di Jakarta turut berkontribusi dalam laporan ini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.