Puluhan Ribu Warga Mengungsi Karena Letusan Gunung Sinabung Semakin Membesar

Oleh Paramita Dewiyani
2015.06.16
150616_ID_PARAMITA_GUNUNG_SINABUNG_700.jpg Seorang wanita Indonesia menatap letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, 16 Juni 2015.
AFP

Letusan lahar panas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara telah memaksa setidaknya 10.714 warga harus mengungsi, kata Sutopo Purwo Nugroho, juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Angka ini bisa terus bertambah. Kita belum bisa memastikan angka akhir karena situasi Sinabung yang masih sangat labil sejak 2 Juni lalu,” katanya kepada BeritaBenar tanggal 16 Juni.

Status Sinabung sudah berada dalam kategori  “Awas” level IV sejak tanggal 2 Juni lalu.

“Dengan status ini berarti area yang harus dikosongkan telah mencapai radius 7 km dari pusat letusan,” lanjut Sutopo.

Gunung Sinabung terletak dalam jajaran cincin api di kawasan Asia Pasifik dan merupakan satu dari 130 gunung api yang aktif di Indonesia.

Gunung berapi setinggi 2460 meter (8.070 kaki) pernah meletus di tahun 2010 dan menewaskan 17 orang.

Menurut Sutopo, sekitar 6.200 warga sudah tinggal di tempat penampungan sejak 6 bulan lalu.

“Sekitar 2.800 lainnya telah diungsikan 2 Juni lalu dan ratusan lainnya diungsikan hari ini,” terang Sutopo sambil menambahkan bahwa Gunung Sinabung telah aktif lebih dari 400 tahun.

Kubah Sinabung membesar: pakar

Pakar vulkanologi, Gede Suantika, mengatakan bahwa aktivitas Gunung Sinabung terkait dengan pengisian kembali kantong magma.

“Proses ini tergantung dari tektonovolkanik. Gunung api yang tadinya tertidur selama ratusan tahun bisa kembali aktif jika dinamika lempengan di sekitarnya juga berubah karena gempa bumi atau tekanan gas bumi,” katanya kepada BeritaBenar tanggal 16 Juni via telefon.

Suantika juga mengatakan semakin besarnya kantong magma di Sinabung akan terus menyemburkan lava panas yang besar pula.

“Karena itu pemerintah harus terus memantau perkembangan Sinabung,” lanjut Suantika.

Kepala Mitigasi Bencana Lokal di Sumatra Utara, Subur Tambun, mengatakan semburan Sinabung telah mencapai 3 km keatas.

“Kami belum tahu kapan mereka bisa kembali pulang. Ini tergantung dari aktivitas Sinabung. Sementara itu ribuan pengungsi membutuhkan bantuan makanan, minuman, dan obat-obatan,” katanya.

Puluhan desa telah dievakuasi dan menempati 10 pos pengungsian sementara.

“Evakuasi dilakukan oleh aparat BPBD Karo bersama TNI, Polri, dan relawan,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo, Jhonson Tarigan.

Kerugian besar akibat letusan Sinabung

Menurut BNPB, kerugian yang disebabkan oleh letusan Sinabung telah mencapai Rp 1,49 trilliun.

“Perhitungan tersebut dikalkulasi sejak September 2013,” kata Sutopo.

Kerugian terbesar menurut Sutopo ada di sektor ekonomi produktif.

“Ini meliputi pertanian, peternakan, pariwisata, perikanan dan industri,” yang diperkirakan sekitar Rp 896,64 miliar.

Kerugian terbesar kedua adalah pemukiman dan infrastruktur yang jumlahnya lebih dari Rp 600 milliar.

Menolak dievakuasi

Ribuan warga yang tinggal di lereng Gunung Sinabung menolak dievakuasi meskipun aktivitas di gunung berapi tersebut telah meningkat.

“Mereka bersi keras mempertahankan lahan, ternak dan rumah mereka,” kata Subur Tambun.

Ratusan warga yang diungsikan sejak 2 Juni lalu telah kembali ke rumah mereka yang berada dalam kategori  bahaya.

"Sudah ada perintah resmi dari pemerintah tetapi sebagian mereka tidak menghiraukan,” lanjut Subur.

Kesaksian sejumlah warga di tempat pengungsian menunjukkan beberapa ketakutan warga akan kehilangan hak milik.

“Tahun 2010 lalu situasi yang sama terjadi. Tetapi ketika pulang, rumah kami telah rata dengan tanah, karena lava panas dan tidak ada lagi batas kepemilikan yang masih nampak. Lahan milik kami diklaim sebagai milik orang lain,” kata Suranta Bangun menceritakan pengalaman pahit akibat bencana Sinabung.

“Karena itu sekarang saya enggan mengungsi. Hidup saya di Sinabung mati di Sinabung,” lanjut Suranta.

John Sembiring yang tinggal di lereng Sinabung mengatakan bahwa kopi adalah usaha utama keluarganya yang paling besar disamping jeruk dan cokelat.

Bersama dengan keluarganya John menyatakan bahwa sejauh ini mereka masih aman.

“Kami berserta dengan 200 warga lainnya tidak akan mengungsi, apapun yang terjadi,” kata John.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.