Pemerintah Inspeksi Semua Jenis Pesawat Boeing 737 Max 8

Pakar: Bencana Lion Air bisa pengaruhi penilaian ulang keselamatan penerbangan Indonesia.
Tria Dianti
2018.10.30
Jakarta
181030-ID-crash-1000.jpg Tim Basarnas menginspeksi puing-puing Lion Air JT-610 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 30 Oktober 2018.
AP

Pemerintah Indonesia akan menginspeksi sejumlah pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Lion Air untuk mengecek kelaikan terbang pesawat jenis tersebut.

"Ini sebenarnya juga sanksi, kita menginspeksi pesawat-pesawat Lion untuk keperluan klarifikasi apakah pesawat-pesawat itu cukup baik dan layak operasi. Itu bagian dari sanksi," kata Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, dalam konfrensi pers di Jakarta, Selasa, 30 Oktober 2018.

Otomotis, kata dia, pesawat-pesawat itu tidak beroperasi selama dicek kelayakan oleh tim inspeksi dari Kementerian Perhubungan.

Ia mengatakan sanksi akan diberikan setelah Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis penyebab pasti kecelakaan jatuhnya pesawat Lion Air JT – 610, yang merupakan pesawat Boeing 737 MAX 8 yang masih cukup baru, yang jatuh di perairan laut di Tanjung Karawang, Jawa Barat, pada Senin pagi beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta dalam penerbangan tujuan Pangkal Pinang.

"Pasti ada sanksi, tapi kepada siapa kita berikan,  kita akan lakukan klarifikasi bersama KNKT. Sanksi bisa diberikan pada manajemen, direksi, kru, atau pesawat. Tapi yang pasti sanksi tidak bisa dijatuhkan di awal," kata dia.

Lion Air mengoperasikan 11 Boeing MAX 8 sementara Garuda hanya satu, demikian menurut Menteri Perhubungan.

Kotak hitam belum ditemukan

Kepala Basarnas, M. Syaugi, dalam konferensi pers mengatakan akan memperluas areal pencarian dengan radius 10 NM, dari sehari sebelumnya hanya radius 5 NM dari titik hilang kontak.

"Kita membuat posko di sana karena trend arus lautnya ke arah barat dan selatan. Siapa tahu nelayan-nelayan di sana juga menemukan yang terbawa arus hingga ke pantai," kata dia.

"Sampai saat ini kita belum menemukan badan utama pesawat maupun blackbox (kotak hitam)," ujarnya.

Deputi Operasional Basarnas, Nugroho Budi, menambahkan hingga pukul 17.00 WIB total 37 kantong jenazah akan diserahkan ke Rumah Sakit Polri Soekamto.

"Selain serpihan pesawat, tim SAR juga menemukan 52 kartu identitas (KTP)," ujarnya.

Kepala Pusdokkes RS Polri Soekamto, Arthur Tampi, mengatakan telah melakukan pemeriksaan foreksik pada 24 kantong jenazah yang telah diterima rumah sakit di pagi hari.

"Dari 24 kantong jenazah tersebut terdiri dari 87 potongan tubuh korban," tambahnya.

Saat ini pihaknya telah mengambil total 185 ante-mortem dan 147 keluarga sudah diambil DNA.

"Hari ini kita belum bisa identifikasi satu pun korban dari 24 kantong. Memang ada beberapa ciri fisik yang kita temukan, tapi belum bisa kita release karena dari data ante-mortem, ada beberapa keluarga korban  memiliki ciri-ciri sama," kata dia.

Ia memprediksi pemeriksaan DNA paling cepat memakan waktu empat hari.

"Kita terima potongan tubuh, tak satu pun jenazah utuh. Jadi memang agak rumit dibandingkan jika jenazah utuh," kata dia.

Ia mengatakan identifikasi yang paling mungkin dilakukan adalah melalui DNA, karena sampai kini tidak temukan sidik jari maupun gigi.

"Dengan kondisi seperti ini, mungkin tidak semua korban bisa kita temukan. Lalu, bagaimana dengan sertifikat kematiannya. Nanti didapat dengan putusan pengadilan," ujarnya.

Wakil Ketua KNKT, Haryo Satmiko, menjelaskan waktu melakukan investigasi sampai dengan laporan final memakan waktu hingga setahun. "Kami sudah dapatkan data termasuk informasi dari pilot yang sebelumnya menerbangkan pesawat," kata dia.

 

 

Bantuan luar negeri

Investigator kecelakaan penerbangan KNKT, Ony Soerjo Wibowo, mengatakan sejumlah negara menawarkan bantuan terkait kecelakaan Lion Air itu, diantaranya Singapura, Amerika Serikat, Malaysia, Arab Saudi, dan Argentina.

"Bantuan alat sudah kita manfaatkan karena langsung dikirim dan sedang digunakan di laut namanya adalah hidrophone untuk dengarkan suara di air untuk mendengarkan underwater locater beacon (ULB) yang menempel di blackbox mudah-mudahan tidak terlepas dari tempatnya," kata dia.

Ia juga mengatakan tim National Transportation Safety Board dari Amerika Serikat (AS), yang merupakan badan investigasi kecelakaan pesawat udara di AS, juga berencana datang ke Indonesia dan akan membawa teknisi Boeing untuk membantu investigasi tim KNKT atas kecelakaan pesawat ini.

"Mereka akan datang hari Rabu malam, sekitar 10 orang dan yang telah kami daftarkan tiga orang," kata dia

Penilaian keselamatan penerbangan Indonesia

Pakar Penerbangan M. Ali Nahdi menilai kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 akan mempengaruhi penilaian keselamatan penerbangan di Indonesia.

"Ya tentu saja akan mempengaruhi nilai image penerbangan kita di mata dunia," kata dia

Pertengahan tahun ini Uni Eropa baru saja mencabut larangan penerbangan oleh maskapai Indonesia yang diterapkan sejak 2007 setelah serangkaian kecelakaan pesawat di tanah air.

"Sekarang kami para pilot takut apakah masih bisa ke sana atau tidak. Takutnya tidak diperbolehkan lagi ke Eropa," ujarnya.

Ia memperkirakan, jatuhnya pesawat dikarenakan adanya kerusakan teknis dari pesawat. Hal ini dilihat dari kecepatan pesawat yang sangat cepat yaitu 340 knots di ketinggian 2500 - 3000 kaki. "Padahal biasanya dibawah 10.000 kaki kecepatannya hanya 250 knots," ujarnya.

Kejelasan

Sementara itu keluarga para korban pesawat naas tersebut dalam keadaan duka menunggu kejelasan nasib dari keluarga mereka.

Eny Yola, berurai air mata di RS Polri Soekamto menunggu kabar putranya, Rionanda Pratama, seorang dokter berusia 26 tahun.

“Kemarin Hari Jumat ke Jakarta untuk ikut seminar pelatihan di RS Harapan Kita,” kata Eny, “dia sudah naik pesawat masih nelpon dan ngomong jam 6.20 dia bilang sudah di pesawat dan minta dijemput bapaknya jam 7.30.”

“Tapi ditunggu-tunggu sampe jam 9:00 ngga ada, dan denger berita di bandara,” ucapnya sesenggukan.

Cerita duka juga datang dari Mutoharoh (45) yang merupakan istri dari salah satu korban lainnya, Abdul Khaer, yang bertugas di Kanwil Ditjen Bendahara Bangka.

Abdul Khaer yang bekerja di Pangkal Pinang memang hampir setiap minggu pulang ke Jakarta untuk menemui istri dan ketiga anaknya, demikian kata Mutoharoh.

"Seharusnya jadwal pulang dia minggu depan tapi minggu ini tiba-tiba dia pulang ke Jakarta," kata Mutoharoh.

Abdul Khaer tiba Jumat malam dan sempat menghabiskan akhir pekan bersama keluarga sebelum kembali ke Pangkal Pinang pada Senin (29/10).

"Ia sempat mengajak kami jogging di sekitar kompleks rumah dan Minggunya di rumah saja," kata dia.

Ia hanya berharap seluruh korban dapat teridentifikasi, termasuk jasad suaminya agar bisa ditemukan.

Tanggung Jawab

Menanggapi hal tersebut, Direktur Lion Air, Capt. Daniel Putut mengatakan pihaknya siap bertanggung jawab terhadap keluarga korban dengan menyiapkan fasilitas penginapan, akomodasi, dan transportasi.

"Kami telah mendata 209 keluarga korban dimana kita akan sampaikan informasi paling update dari manajemen sehingga tidak ada info simpang siur," ujar dia.

Ia mengimbau keluarga korban untuk menunggu hasil identifikasi di hotel yang telah disediakan.

"Karena jika di sini akan sangat lelah. Kami juga sudah menyiapkan trauma healing untuk keluarga korban. Kami punya family assistance yaitu satu karyawan melakukan pendampingan untuk masing-masing keluarga korban," ujarnya.

Ahmad Syamsudin di Jakarta turut berkontribusi dalam artikel ini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.