Sedikitnya 20 Korban Tewas dalam Banjir Bandang di Sulsel
2020.07.15
Palu

Banjir bandang yang menghantam Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, telah menewaskan 21 orang, sementara dua orang masih dalam pencarian, demikian menurut laporan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Rabu (15/7).
Ribuan warga di enam kecamatan yang terdampak banjir sejak Senin malam telah dievakuasi ke posko pengungsian yang dibangun pemerintah, demikain Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Utara, Muslim Muchtar dalam siaran persnya.
Pencarian korban hilang dan pembersihan puing banjir pun juga terus dilakukan di Kecamatan Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke, dan Kecamatan Malangke Barat, ujarnya.
“Korban meninggal dunia ditemukan terkubur material banjir di enam kecamatan itu. Semuanya masih diidentifikasi,” terangnya.
Banjir dipicu hujan dengan intensitas tinggi. Debit air hujan mengakibatkan Sungai Masamba, Rongkang, dan Sungai Rada meluap.
Menurut Muslim, jumlah rumah hanyut sementara dilaporkan sebanyak 10 unit, tertimbun lumpur bercampur pasir yang tingginya antara satu sampai empat meter 213 unit, dan ribuan rumah lainnya terdampak.
“Untuk jumlah terdampak sebanyak 4.930 kepala keluarga,” ungkapnya.
Sedangkan untuk jumlah pengungsi, hingga saat ini masih tercatat sekitar 15 ribuan jiwa.
“Untuk jumlah pengungsi secara keseluruan masih kita data dan kami sudah siapkan tiga posko induk untuk keperluan dapur umum dan sejenisnya," ujar Muslim.
Hingga saat ini, sisa lumpur bercampur pasir masih menutup pemukiman warga di enam kecamatan Luwu Utara.
Selain itu, jalan Trans Sulawesi yang terbentang di enam kecamatan tersebut juga masih direndam material banjir.
Akibatnya, akses jalan belum bisa dilalui kendaraan umum, padahal jalan tersebut merupakan penghubung utama Kota Makassar ke Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Poso, Kota Palu, Sulawesi Tengah, dan Provinsi Gorontalo serta Provinsi Sulawesi Utara.
Tim SAR dari BNPB, Basarnas, Polri, TNI, dan lembaga lainnya masih melakukan pembersihan puing banjir sambil mencari korban lainnya yang informasinya masih ada yang hilang, imbuh Muslim.
Sementara itu Kepala Seksi Operasi dan Siaga Basarnas Makassar, Rizal, menambahkan dalam pencarian korban hilang saat ini mereka terkendala dengan kedalaman lumpur yang mencapai dua meter lebih.
Tidak hanya itu, aliran sungai yang sudah berpindah dari posisi sungai ke permukiman juga menjadi kendala.
“Sementara ada laporan masih banyak warga yang tertimbung material banjir di sejumlah titik,” tutup Rizal.
Bantuan didistribusikan
Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman mengaku, bahwa bantuan dari provinsi telah masuk ke Luwu Utara.
Menurutnya, bantuan berupa sembako, kebutuhan ibu hamil, anak bayi, dan kebutuhan lainnya tersebut akan terus masuk ke Luwu Utara.
“Kami sudah tiba di Luwu Utara dan langsung mendistribusikan bantuan,” terang Andi dalam siaran persnya yang diterima Berita Benar di Palu.
Saat tiba di Luwu Utara, Sudirman langsung berkunjung ke Desa Radda, Kecamatan Baebunta, karena dua dusun di sana porak poranda, bahkan wilayah tersebut masih tergenang air.
"Kami meminta kesabarannya, ini bencana. Harapannya warga sementara tetap di pengunsian. Bantuan sudah datang sebagian. Jangan sampai tinggalkan posko takut terjadi bencana susulan,” ungkapnya.
Sudirman menyebutkan, normalisasi sungai di Luwu Utara sebagai upaya mencegah terjadinya banjir susulan perlu selera dilakukan.
“Semua pihak harus duduk bersama sehingga normalisasi sungai segera dilakukan,” ujarnya.
Sudirman menambahkan, pihaknya akan mengundang Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang untuk melakukan normalisasi.
Tidak hanya itu, Dinas Kehutanan juga akan diundang untuk melakukan penyelidikan di hulu karena adanya laporan alih fungsi lahan dan penebangan liar.
“Ini semua perlu diintervensi baik pengawasan yang ketat maupun penataan dan penghijauan kembali,” tandasnya.