Puluhan Orang Tewas Akibat Longsor dan Banjir di Jateng
2016.06.20
Klaten

Tim gabungan sepanjang hari Senin, 20 Juni 2016, terus berusaha mencari belasan orang hilang akibat longsor dan banjir yang menewaskan 47 orang dan 14 lagi mengalami luka-luka di sejumlah wilayah di Jawa Tengah (Jateng).
Humas Badan SAR Nasional Jateng, Zulhawary Agustianto mengatakan sampai Senin siang, tercatat 47 korban meninggal dunia akibat longsor dan banjir yang melanda beberapa daerah di Jawa Tengah, Sabtu, 18 Juni 2016, akibat hujan deras mengguyur.
Korban terbanyak terdapat di Kabupaten Purworejo yang mencapai 28 orang tewas dan 15 lainnya dinyatakan hilang akibat tertimbun longsor. Selain itu, 10 orang mengalami luka-luka dan harus dirawat di rumah sakit.
“Tadi pagi kita temukan tujuh korban meninggal dunia tertimbun longsor. Seorang di Desa Caok, Kecamatan Loano, dan enam orang lagi di Desa Donorati, Kecamatan Purworejo,” katanya kepada BeritaBenar.
Zulhawary mengatakan pencarian korban difokuskan di lokasi-lokasi terkena longsor. Selain Purworejo, tim evakuasi gabungan masih mencari empat korban longsor di Kecamatan Kebumen.
“Hari ini pencarian dihentikan pukul 17.00 WIB. Besok pagi (Selasa) kita lanjutkan lagi sampai tujuh hari ke depan,” ujar Zulhawary.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menyatakan pencarian di Donorati karena diperkirakan ada enam korban hilang dan di Caok terdapat delapan warga tertimbun longsor.
Sutopo menambahkan sekitar 250 personil tim gabungan terdiri dari BPBD, TNI, Polri, Tagana, PMI, Basarnas, SKPD, NGO dan relawan mencari korban hilang di Dorowati.
Akses jalan yang sebelumnya tidak bisa dilalui, sudah diperbaiki sehingga tiga alat berat bisa membantu pencarian korban, katanya.
Sedangkan di Caok, tim SAR gabungan yang berjumlah sekitar 200 personil melakukan pencarian para korban yang diduga tertimbun tanah longsor.
“Kondisi tanah labil dan potensi longsor susulan masih tinggi jika hujan turun di bagian hulu,” kata Sutopo, dalam pernyataan tertulis yang diterima BeritaBenar.
Warga diimbau waspada
Menurut dia, area longsor yang terjadi di Purworejo, Kebumen dan Banjarnegara adalah daerah rawan sedang hingga tinggi longsor. Pemicunya adalah karena terjadi hujan lebat sehingga terjadi longsor.
“Masyarakat dihimbau terus meningkatkan kesiapsiagaannya mengingat potensi banjir dan longsor tetap tinggi seiring dengan hujan lebat yang masih berpotensi tinggi,” katanya.
Menurut data BNPB, terdapat 16 daerah di Jateng yang terkena banjir dan longsor. Ke-16 daerah teresbut antara lain Klaten, Solo, Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo, Sragen, Kendal, Banyumas, Kebumen, Wonosobo, Pemalang, Cilacap, Purbalingga, Purworejo, Magelang dan Banjarnegara.
Pada Minggu, BNPB mencatat, di Banjarnegara menyebabkan enam orang tewas dan 3 orang luka-luka. Sementara longsor Kebumen tercatat tujuh orang tewas. Sedangkan banjir di Kabupaten Sukoharjo, Rembang dan Banyumas menewaskan tiga orang.
Banjir juga terjadi di Solo yang merendam ribuan rumah warga, termasuk rumah Walikota FX Hadi Rudyatmo. Rumahnya terletak dekat bantaran Sungai Bengawan Solo. Sekitar 1.000 warga Solo terpaksa harus mengungsi ke tempat aman.
“Banjir sudah masuk ke rumah, Sabtu malam. Sejak itu, sibuk menyelamatkan barang-barang dan menyelamatkan warga lain yang terkena banjir,” ujar Rudy yang mengaku tak menyangka banjir kali ini bisa sampai masuk ke rumahnya.
Saat banjir terjadi, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang kebetulan sedang berada di kampung halamannya di Jaten, Karanganyar, Jateng, langsung meninjau banjir di beberapa lokasi seperti Karanganyar, Solo dan Sukoharjo.
Ganjar mengapresiasi kesiapsiagaan warga dalam menangani banjir terutama kesediaan korban untuk langsung diungsikan karena bisa mencegah jatuhnya lebih banyak korban.
“Daerah-daerah yang rawan bencana sudah seharusnya cepat tanggap untuk keadaan darurat, dan untuk tiga hari (18-20 Juni) kita waspada dulu,” ujarnya.