Perompakan Kapal Singapura Diduga Libatkan Sindikat Lintas Negara

Heny Rahayu
2016.05.11
Malang
160511_ID_piracy_1000.jpg Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur, Laksamana Muda Darwanto (jongkok kiri) berdialog dengan sembilan tersangka perompak saat tiba di Pangkalan TNI AL di Surabaya, Jawa Timur, 10 Mei 2016.
Dok. Koarmatim

Perompakan kapal berbendera Singapura, Hai Soon 12, yang dilakukan sembilan warga negara Indonesia, diduga melibatkan sindikat lintas negara yang terorganisir rapi dan sering melakukan pembajakan, kata Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), Laksamana Muda Darwanto.

“Sembilan pelaku (yang ditangkap TNI AL) diperintahkan seseorang dari Singapura untuk membawa (kapal bajakan) ke Timor Leste,” jelas Darwanto dalam siaran pers yang diterima BeritaBenar, Rabu, 11 Mei 2016.

Menurutnya, jaringan ini telah terlatih dan memiliki peranan berbeda, dimana ada yang berperan sebagai pelaksana lapangan, penadah hasil jarahan dan otak pelaku yang mengatur perompakan.

Dia menambahkan bahwa dari hasil pemeriksaan awal diketahui bahwa para pelaku mengaku diiming-imingi imbalan uang Rp200 juta kalau berhasil menggiring kapal tanker bermuatan 420 ton bahan bakar minyak jenis solar ke Timor Leste.

Darwanto memerintahkan pasukannya untuk menyelidiki dan mengejar otak di balik perompakan pada kapal tanker yang sedang berlayar dari Singapura ke Dumai pada 8 Mei lalu itu.

Setelah dibajak, kapal Hai Soon 12 tersebut diarahkan menuju Timor Leste. Tetapi, berhasil dicegat kapal perang KRI Untung Suropati-372 milik TNI Angkatan Laut di perairan Karimata, Kalimantan Barat.

“TNI Angkatan Laut akan menyelidiki lebih lanjut jaringan yang terlibat dalam kasus ini,” katanya.

Kesembilan pelaku adalah Mustofa, Alimudin, Ali, Yanto, Andika kelimanya asal Buton, Niko asal Wakatobi, Agus asal Aceh, Anur asal Bugis, Mohammad Nurhadi asal Tanjung Uban, tengah menjalani pemeriksaan Dinas Hukum Armatim.

Mengaku nelayan

Para tersangka sudah dibawa ke Surabaya, Selasa, 10 Mei 2016, untuk pengusutan lebih lanjut. Proses penyelidikan dilakukan Dinas Hukum dan Polisi Militer Armatim untuk mengungkap jaringan internasional yang mengendalikan perompakan itu.

Sedangkan 20 anak buah kapal (ABK) dan seorang penumpang menunggu proses penyelidikan dalam kapal. Mereka terdiri dari enam ABK asal Myanmar, dua warga Korea Selatan, 11 warga China, seorang warga Singapura dan penumpang warga Batam.

“Sebagian mereka dibutuhkan untuk membantu penyelidikan,” kata Kepala Dinas Penerangan Armatim Letnan Kolonel Laut (KH) Maman Sulaeman ketika dikonfirmasi BeritaBenar melalui telepon.

Proses penyelidikan akan dilakukan secepatnya. Setelah tuntas, perkara segera diserahkan ke Kejaksaan setempat.

Para perompak, tutur Maman, mengaku sebagai nelayan yang terbiasa mengarungi laut lepas. Mereka menghadang kapal tanker bermuatan solar dengan boat kecil di perairan Karimata.

Mereka naik ke atas kapal dengan bersenjata api dan senjata tajam. Para ABK kapal disandera. Perompak mengambil alih kendali kapal. Perompak sempat mengganti nama KM Hai Soon 12 menjadi KM AISO untuk mengelabui petugas.

KRI Untung Suropati-372 yang berpatroli di sekitar Laut Jawa mendapat informasi dari Mabes TNI Angkatan Laut mengenai kapal Hai Soon 12 yang tengah berlayar dari Singapura ke Dumai hilang kontak.

Melalui data Automatic Identification System (AIS), jelas Maman, kapal terdeteksi di Perairan Tanjung Puting, tapi telah berubah nama menjadi KM AISO. Personel TNI AL segera menyergap para perompak. Tak ada perlawanan berarti, petugas menyita sejumlah senjata tajam berupa parang yang digunakan untuk menakuti ABK.

“Ada saksi melihat perompak yang membawa senjata api, tapi sudah dibuang ke laut setelah melihat TNI Angkatan Laut mendekat,” kata Komandan KRI USP-372 Mayor Laut (P) I Gede Dharma Yoga.

Patroli ditingkatkan

Setelah terjadi beberapa kali perompakan, TNI AL mulai meningkatkan patroli untuk menjaga perairan Indonesia, terutama dari ancaman perompakan dan kejahatan yang lain.

Frekuensi patrol akan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan. Sejumlah kapal perang dikerahkan untuk pengamanan itu. Di perairan sekitar Kalimantan dikerahkan tiga buah kapal perang, jelas Maman.

Apalagi setelah Pemerintah Indonesia, Filipina dan Malaysia sepakat melakukan patroli bersama, sebagai salah satu dari empat kesepakatan dalam pertemuan trilateral Indonesia, Filipina, dan Malaysia di Yogyakarta, pada 5 Mei 2016.

Pertemuan itu digelar untuk menjaga keamanan perairan ketiga negara setelah seringnya terjadi perompakan dan penculikan di kawasan jalur bisnis itu.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.