Polisi: 13 Terduga JI yang Ditangkap di Riau Sembunyikan Buronan Teroris
2021.06.15
Jakarta

Para terduga militan yang ditangkap hari Senin (14/6) itu dilaporkan pernah menyembunyikan mantan pimpinan JI yang sekarang berada di penjara, Para Wijayanto, kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono.
“Kemarin Densus menangkap 13 orang terduga teroris di Riau kelompok Jamaah Islamiyah (JI) yang diamankan di beberapa lokasi seperti Pekanbaru, Kampar, Siak dan Dumai,” ujar Rusdi dalam keteranggan pers di Jakarta.
“Mereka ditangkap atas dasar bukti kuat sehingga dipastikan tidak ada yang salah tangkap,” kata dia seraya menambahkan mereka berasal dari berbagai profesi.
Ia menyebut kelompok Riau ini berperan membantu menyembunyikan anggota JI yang masuk daftar pencarian orang (DPO) kepolisian, salah satunya pemimpin JI kala itu yaitu Para Wijayanto dan beberapa tokoh lainnya.
“Jadi ketika DPO tersebut bergerak ke Riau kelompok ini yang menyembunyikan. Utamanya apabila DPO dari JI mengamankan diri di Riau,” katanya.
Pada 2019, Para ditangkap polisi setelah buron selama 16 tahun. Juli tahun lalu, pengadilan menjatuhkan hukuman tujuh tahun penjara bagi Para karena terbukti membangkitkan kembali aktivitas organisasi terlarang itu.
“Ia sempat lari bersembunyi beberapa lama dan salah satunya lari ke Riau. Jadi kalau bersembunyi di Riau diamankan oleh mereka,” kata Rusdi, tanpa menyebut kapan Para bersembunyi di provinsi itu.
Markas militan tersebut, kata Rusdi sudah berlangsung lama jauh sebelum Para disembunyikan.
Rusdi juga menyebut kelompok ini juga terlibat dalam sejumlah pelatihan. “Mereka sudah melakukan pelatihan menggunakan senjata tajam maupun senjata api,” ujar dia.
Sementara itu, ditempat terpisah, Densus 88 juga mengamankan satu tersangka militan di Bogor berinisial KDW (30), yang diduga berafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
“KDW mempersiapkan bahan kimia yang akan digunakan untuk bahan baku pembuat bom,” ujar Rusdi.
Dari hasil penggeledahan tempat tinggal KDW, diamankan beberapa barang bukti berupa bahan kimia dextran, magnesium sulfat, sodium birat, HCL belerang dan bahan lainnya.
“Teridentifikasi juga KDW sering menyebarkan konten daulah di beberapa medsos. KDW bahkan menjadi admin WA group yang mendiskusikan jihad dan masalah daulah,” kata Rusdi mengacy pada diskusi pembentukan negara Islam.
Sebelumnya pada akhir Mei lalu, sebanyak 12 terduga teroris ditangkap kabupaten Merauke Papua yang diduga merencanakan penyerangan ke sejumlah kantor polisi dan Uskup Agung Merauke, Petrus Canisius Mendagi.
Strategis
Menurut peneliti senior dari Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisme (PAKAR), Moh Taufiqurrohman, sejak dulu Riau memang menjadi basis kelompok militan baik yang berasal dari kelompok JI maupun kelompok JAD.
“Riau dijadikan basis kelompok militan karena di sana sudah tersedia jaringan kelompok militan yang kuat dan lokasinya yang strategis yang menghubungkan kantong kelompok militan di Aceh dan Sumatra Utara dengan kantong kelompok militan di Palembang dan Lampung,” kata dia.
Bahkan, terangnya, dulu pada tahun 2009, Riau sendiri yaitu tepatnya di Kabupaten Rokan Hilir pernah menjadi tempat persembunyian tokoh JI, Noordin M Top, yang diduga terlibat berbagai aksi pengeboman di Indonesia tahun 2000an.
Noordin merupakan salah satu perencana aksi bom bali I dan II yang menewaskan setidaknya lebih dari 200 orang, mayoritas merupakan warga negara asing.
“Penangkapan mereka terkait dengan pengembangan penangkapan anggota JI di Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur sejak 2017,” kata Taufiq kepada BenarNews.
Ia menyebut JI saat ini sedang membangun sel-sel tidur mereka dengan secara aktif dengan mengirim anggota ke Suriah untuk ikut pelatihan militer dan berperang bersama dengan kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda seperti Jabhat al-Nushra dan Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
“Di samping itu, mereka juga berencana menyerang anggota Polri karena polisi dianggap sebagai anshorut thaghut (pembela dari penguasa yang menolak syariah Islam) dan penindas terhadap anggota JI,” kata dia, seraya menambahkan sejak 2002 polisi telah menangkap ratusan anggota JI.
Ia juga mengatakan, kelompok JI di Riau juga aktif melakukan persiapan jihad dengan melakukan pelatihan paramiliter dengan cara membuat atau mengumpulkan senjata api. “Selain anggota Polri, target mereka juga merencanakan serangan kepada warga Tionghoa,” katanya.
Sejak 2010, ujarnya, sasaran mereka beralih kepada anggota polisi, warga non-Muslim dan warga Tionghoa, kata Taufiqurrohman.
Mereka menyasar warga Tionghoa karena mereka ingin membalaskan dendam mereka terhadap penindasan yang dilakukan oleh pemerintah China terhadap umat Islam Uighur di Xinjiang, ujarnya.
“Sebagai catatan, anggota JI yang berencana menyerang warga Tionghoa ini merupakan sel JI pimpinan Imarudin yang berasal dari Banten,” tambahnya.
Imaruddin sendiri telah ditangkap oleh Polri pada 30 Mei 2020 lalu di Garut, Jawa Barat.
Kepolisian dan pengamat menduga bahwa JI berusaha membangun kembali organisasi diantaranya dengan mendirikan perkebunan kelapa sawit di Sumatra dan Kalimantan sebagai sumber pendanaan, termasuk untuk kamp pelatihan dan divisi pendidikannya.
JI juga diduga mengirim penceramah di seluruh Indonesia untuk membangun sel-sel pendukung lokal dan mengirim militan ke Irak dan Suriah di mana mereka bertempur bersama kelompok yang terkait dengan al-Qaeda.
Namun, pengamat juga mengatakan tidak ada bukti kuat bahwa JI berencana untuk melakukan aksi serangan terorisme dalam waktu dekat.