Separatis Papua tembak mati 4 pekerja konstruksi atas tuduhan mata-mata

TNI menegaskan mereka yang dibunuh adalah warga biasa pekerja konstruksi dan bukan anggota inteligen.
Victor Mambor dan Dandy Koswaraputra
2022.09.30
Jayapura dan Jakarta
Separatis Papua tembak mati 4 pekerja konstruksi atas tuduhan mata-mata Jenazah seorang pekerja bangunan, yang dibunuh oleh separatis di Papua, tiba dengan helikopter militer di Bandara Mozes Kilangin Timika, Mimika, Papua, pada 6 Desember 2018.
[Antara Foto/Jeremias Rahadat/via Reuters]

Polisi menyatakan pada Jumat (30/9) kelompok separatis Papua telah menyerang 14 pekerja konstruksi jalan Teluk Bintuni-Maybrat, di Provinsi Papua Barat dan menewaskan empat orang.

Kabid Humas Polda Papua Barat Kombes. Pol. Adam Erwindi mengatakan penembakan terjadi pada Kamis yang diketahui setelah seorang pekerja yang selamat dievakuasi oleh satuan militer, Yonif RK 136-TS, di Kampung Mayerga, Distrik Moskona Barat.

Para korban tersebut adalah, Abas (52), Yafet (50), Armin (43) yang ketiganya berasal dari Sorong, dan Darmin (46) bertempat tinggal di Bintuni, kata Adam.

"Satu orang korban belum diketahui nasibnya dengan jenis kelamin perempuan atas nama saudari Reva, 28 tahun, tinggal di Sorong," kata Adam di Manokwari, Jumat.

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), sayap militer dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengatakan telah menyerang orang-orang yang mereka curigai sebagai intel. TPNPB mengklaim menembak mati bahkan memotong tubuh korban.

Juru Bicara TPNPB Sebby Sambom melaporkan kalau serangan itu dilakukan oleh Komando Daerah Pertahanan (Kodap) IV Sorong Raya, Maybrat.

"Berhasil tembak mati empat orang intelijen Indonesia yang menyamar sebagai pelaksana proyek Jalan Trans Papua, dan dua orang lainnya mengalami luka potong," kata Sebby dalam laporan tertulisnya.

Menurut laporan dari Komandan Operasi TPNPB Kodap IV Sorong Raya Mayor Arnoldus Yancen Kocu, mayat empat orang tersebut belum dikubur dan berada dalam penjagaan TPNPB.

Yancen Kocu mengharapkan mayat tersebut dievakuasi oleh tim Palang Merah Internasional dan bukan aparat pemerintah Indonesia.

"Jika mau evakuasi mayat korban, jangan TNI-Polri yang datang, tapi lebih bagus tim Palang Merah Internasional yang datang evakuasi," ujar dia.

"Mengapa? Karena ini perang Pembebasan Nasional Papua Barat, maka jika TNI-Polri yang datang evakuasi, maka kami siap tunggu untuk lawan."

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal Hamim Tohari membantah bahwa yang dibunuh oleh TPNPB merupakan anggota inteligen Indonesia.

“Tidak benar empat orang yang ditembak OPM tersebut adalah intel, mereka murni pekerja proyek jalan,” kata Brigjen Hamim kepada BenarNews.

Serangan yang dilakukan oleh kelompok separatis kepada pekerja pembangunan infrastruktur di Papua kerap terjadi di dua provinsi paling timur Indonesia itu.

Setidaknya 19 orang pekerja jalan Trans Papua tewas diserang TPNPB pada Desember 2018 di Kabupaten Nduga, Papua.

Sementara awal Maret tahun ini, delapan karyawan PT Palapa Timur Telematika dibunuh oleh kelompok separatis saat melakukan perbaikan Menara Telkomsel di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua.

Masyarakat serukan damai

Jaringan Damai Papua (JDP) menyesalkan terjadinya peristiwa dugaan penembakan yang menimpa sekitar 12 hingga 16 orang karyawan pekerja proyek jalan raya Moskona Utara ke Moskona Barat, Kabupaten Teluk Bintuni, pada Kamis, sekitar pukul 18:20 WIT itu.

JDP adalah kelompok fasilitator yang menghimpun sejumlah aktivis masyarakat sipil dari lingkungan dosen, peneliti, mahasiswa, LSM, organisasi keagamaan, organisasi berbasis etnis, suku adat dan kelompok strategis lainnya untuk bekerja sama secara sukarela menghubungkan berbagai pihak yang bertikai dan secara umum membantu masyarakat Papua dan pemerintah Indonesia mempersiapkan dialog Jakarta-Papua.

“Selaku juru bicara JDP, saya meminta perhatian para terduga pelaku penembakan agar tidak terus meningkatkan perbuatannya hingga menyadari rakyat sipil di wilayah Moskona hingga ke wilayah Maybat dan sekitarnya” kata Yan Warinussy kepada BenarNews.

JDP menyerukan kepada Bupati Teluk Bintuni dan Bupati Maybrat untuk bersama-sama memastikan adanya perlindungan bagi warga sipil di wilayah Kabupaten Teluk Bintuni maupun Kabupaten Maybrat.

Warinussy meminta agar kedua bupati dapat membangun komunikasi yang hangat dengan Panglima Kodam XVIII Kasuari dan jajarannya serta Kapolda Papua dan jajarannya agar memberi akses yang seluas-luasnya bagi warga masyarakat sipil di dekat lokasi kejadian.

JDP mendukung langkah penegakan hukum oleh aparat penegak hukum terhadap siapa pun yang terlibat dalam peristiwa tersebut, kata Warinussy.

Ia menyerukan para pihak yang terus terlibat konflik, termasuk TPNPB untuk dapat secara bijak mempertimbangkan pentingnya dicari jalan damai melalui dialog guna menyudahi konflik politik dan keamanan yang senantiasa mendatangkan kerugian bagi warga masyarakat di seluruh Tanah Papua. 

JDP juga meminta Panglima TNI dan Kapolri melalui Panglima Kodam XVIII Kasuari dan Kapolda Papua Barat dapat mempertimbangkan langkah operasi keamanan tanpa menyasar pemukiman warga sipil  dan atau warga sipil di wilayah Moskona Utara hingga ke wilayah Moskona Barat.

 

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.