Polri Yakini Tiga Terduga Teroris akan Lakukan Aksi Bom Bunuh Diri

Rina Chadijah
2018.05.07
Jakarta
180507_ID_militantarrested_1000.jpg Dalam foto tertanggal 27 Februari 2017 ini, aparat keamanan bersiaga di depan kantor sebuah kelurahan di Bandung, setelah seorang terduga militan dilaporkan tewas tertembak di dalamnya.
AP

Polri meyakini bahwa tiga terduga teroris yang ditangkap di Bogor, Jawa Barat, sedang merencanakan aksi bom bunuh diri terhadap pos dan markas polisi, setelah menemukan sejumlah bahan kimia pembuat bom di tempat mereka diamankan.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Setyo Wasisto mengatakan, hingga kini ketiga terduga teroris yang ditangkap, Jumat malam, 4 Mei 2018, masih diperiksa tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri.

“Sejauh ini masih pendalaman. Kita yakin mereka hendak merencanakan serangan karena memang ditemukan bahan-bahan kimia pembuat bom,” katanya kepada BeritaBenar, Senin 7 Mei 2018.

Ketiga orang yang ditangkap itu adalah Anang Rachman alias Abu Arumi (51), Abid Faqihuddin (17  ), dan M Mulyadi (62).

Mereka ditangkap ketika polisi melakukan penggerebekan terhadap sebuah rumah toko di Desa Pandansari, Ciawi, Kabupaten Bogor.

Polisi menemukan beberapa bahan untuk membuat bom, di antaranya cairan aseton, H202, air raksa, kabel, timah, panci, serta kabel saklar.

Para tersangka diduga ingin membuat bom jenis Triaceton Triperoxide (TATP), yang mirip dengan bahan bom yang pernah meledak di terminal Kampung Melayu Jakarta Timur, pertengahan tahun lalu.

“Memang menyiapkan bom panci seperti itu. Dan jika meledak kekuatan ledaknya cukup tinggi,” kata Setyo.

Dari pemeriksaan lanjutan terahdap ketiga tersangka, lanjutnya, diketahui mereka telah menyiapkan target serangan antara lain Markas Komando Brimob di Kedunghalang Bogor, Pos Polisi Lalulintas Gadog, dan Mapolres Kabupaten Bogor.

Setyo menambahkan skenario penyerangan juga telah disiapkan. Mereka berencana menyerang petugas lebih dulu dengan senjata tajam, baru kemudian meledakkan diri dengan bom.

“Kita masih terus mengembangkan, termasuk mencari tahu siapa yang mendanai, yang mengajarkan cara membuat bom dan lainnya,” ujarnya.

Saat ini, para pelaku sudah berada di rumah tahanan Mako Brimob Depok, Jawa Barat. Polisi juga telah menyita barang bukti yang ditemukan saat penangkapan.

Setyo belum mau memerinci ketiganya terlibat dan berafiliasi dengan kelompok yang mana.

Namun ia mengatakan, ketiganya terpapar paham radikal dari pengajian-pengajian dan dari grup-grup media sosial.

“Masih ada kemungkinan beberapa lain yang terkait akan kita kejar terus, dalam waktu dekat akan kita umumkan,” katanya.

Terus digencarkan

Penangkapan terduga teroris di Bogor ini setidaknya menjadi yang ketiga selama tahun 2018.

Pada 5 Januari 2018, Densus 88 Antiteror Polri menangkap pria asal Jawa Barat bernama Reza Nurjamil, (26) di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, yang diduga berperan jadi penyalur teroris dari Indonesia ke luar negeri, terutama Suriah dan Filipina.

Kemudian pada Kamis, 1 Februari 2018, polisi Antiteror juga menangkap empat terduga teroris di Kabupaten Temanggung dan Banyumas, Jawa Tengah.

Mereka diyakini sebagai pengumpul dana dan ikut memfasilitasi militan yang berjihad ke Filipina Selatan.

Ketiganya ditangkap di satu toko klontong yang terletak di Desa Bengkal, Kecamatan Kranggan.

Operasi pemburuan kelompok teroris di Indonesia lebih gencar dilakukan usai aksi bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur, 24 Mei 2017. Peristiwa itu menewaskan tiga polisi beserta dua pelaku dan melukai setidaknya 10 orang lainya.

Dari operasi teroris sepanjang 2017, Polri menangkap 172 terduga teroris, termasuk 16 orang tewas ditembak karena melawan.

Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2016 yang hanya 163 orang dan 2015 sebanyak 73 orang.

Berafiliasi dengan JAD

Peneliti terorisme dari Universitas Malikussaleh Lhokseumawe di Aceh, Al Chaidar, meyakini ketiga terduga teroris yang ditangkap di Bogor itu terafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Ia yakin hal itu dari bahan pembuat bom yang disiapkan.

“Dari bom panci itu biasanya ada kaitannya dengan JAD. Dan memang sel Jawa Barat itu dekat dengan JAD,” katanya saat dihubungi BeritaBenar.

Meski banyak pengikut JAD termasuk  Aman Abdurrahman, yang menjadi motivator kelompok ini,  telah ditangkap, namun Al Chaidar meyakini kelompok JAD terutama di Jawa Barat masih cukup kuat.

“Dengan banyaknya operasi mereka silent dulu, tapi ketika sedikit longgar pasti melakukan aksi lagi,” katanya.

Sementara peneliti terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie, mengatakan perkembangan paham radikal sangat mudah menyebar  terutama lewat media sosial, berpotensi melahirkan para militan baru.

“Selain penegakan hukum, tentu upaya pencegahan juga harus diutamakan. Kita memberikan apreasiasi kepada polisi yang terus berupaya mencegah terjadinya aksi serangan dari kelompok teroris,” katanya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.