Tiga Tentara Tewas Diserang Kelompok Separatis di Papua
2022.01.27
Jakarta

Tiga anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) meninggal dunia dan seorang lain dalam kondisi kritis akibat penyerbuan kelompok separatis bersenjata di Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua, pada Kamis (27/1), kata otoritas keamanan.
Dua orang meninggal dalam serangan pertama pada Kamis pagi, kala pergantian waktu jaga di Pos TNI Bukit Tepuk di Distrik Gome, Ilaga, kata Kepala Penerangan Komando Daerah Militer Cenderawasih Kolonel Aqsha Erlangga.
Baku tembak pecah tak lama usai penyerbuan itu dan kembali menewaskan satu prajurit serta melukai seorang lainnya, ujarnya.
"Saat pergantian jaga, tiba-tiba kami mendapat tembakan dari KSTP (Kelompok Separatis Terorisme Papua),” kata Aqsha kepada BenarNews merujuk pada sayap militer kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) saat menjelaskan muasal insiden.
"Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 04.30 WIT, saat pergantian personel jaga di Distrik Gome."
Aqsha mengatakan ketiga prajurit yang meninggal kini sudah dievakuasi ke Timika, yang berjarak sekitar 90 km dari Ilaga, sementara prajurit kritis masih dirawat intensif di Ilaga.
Menurut Aqsha, kontak tembak antara TNI dan kelompok separatis bersenjata kini telah usai di Ilaga, tapi para prajurit disebutnya masih bersiaga guna mengantisipasi serangan susulan.
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) yang merupakan sayap militer OPM telah mengeklaim bertanggung jawab atas penyerangan tersebut.
Tiga tentara yang tewas adalah Serda Rizal Maulana Arifin (24), yang tertembak pada bagian perut, Pratu Tupel Alomoan Baraza (24), dan Pratu Rahman Tomilawa (24), yang meninggal dalam perjalanan ke Puskesmas Ilaga.
Rizal dan Baraza tewas saat penyerbuan pertama, sementara Rahman tertembak kala baku tembak.
Adapun prajurit dalam kondisi kritis bernama Pratu Syaiful dan dirawat di Puskesmas Ilaga.
Juru bicara TNI Angkatan Darat Brigjen Tatang Subarna dalam keterangan pers di Jakarta menambahkan, ketiga prajurit yang meninggal dunia akan dipulangkan secara bertahap ke kampung halaman masing-masing untuk dimakamkan.
Serda Rizal dipulangkan ke Bandung, Jawa Barat; Pratu Baraza diterbangkan ke Jambi; dan Pratu Rahman ke Maluku Tengah.
"Satuan Wilayah Cenderawasih kini masih mengurus jenazah dan merawat korban luka tembak," kata Tatang.
Juru bicara TPNPB Sebby Sambom mengeklaim penyerangan terhadap TNI dilakukan kelompok mereka di bawah komando Numbuk Telenggen.
"Komandan Numbuk Telenggen bertanggung jawab atas serangan itu," kata Sambom kepada BenarNews.
Ia pun mengaku tidak ada korban jiwa dari pihak TPNPB dalam kontak tembak tersebut, seraya menambahkan, "Perang pembebasan bangsa Papua oleh TPNPB akan terus berlanjut di Papua. Mobilisasi pasukan akan terus dilakukan."
Tiga tentara ini merupakan korban terbaru konflik Papua.
Pada Kamis lalu, seorang tentara bernama Serda Miskel Rumbiak meninggal dunia dan empat lainnya terluka dalam kontak tembak di Kampung Kisor, Kabupaten Maybrat di Provinsi Papua Barat.
TNI di Papua Barat menyatakan bahwa penembakan yang terjadi sekitar pukul 07.00 waktu setempat itu bukan dilakukan oleh TPNPB, melainkan oleh Komite Nasional Papua Barat (KNPB), kelompok sipil yang menyerukan referendum dengan opsi kemerdekaan.
KNPB melalui juru bicara Ones Suhuniap kepada BenarNews kala itu membantah pernyataan TNI dengan mengatakan kekerasan bersenjata hanya akan membawa kerugian bagi kedua pihak.
Itu adalah klaim kedua dalam empat bulan terakhir yang disampaikan militer Indonesia, bahwa kelompok sipil pro referendum sebagai dalang penyerangan.
"Kuat dugaan kami bahwa mereka adalah kelompok KNPB Maybrat yang sudah berstatus DPO (Daftar Pencarian Orang) pasca-penyerangan Pos Komando Rayon Militer (Koramil) di kampung Kisor, September 2021 lalu," kata Kapendam Kasuari, Kolonel Hendra Pesireron, seperti dilaporkan BenarNews beberapa waktu lalu.
Sehari usai insiden penembakan, TPNPB mengeklaim bahwa mereka bertanggung jawab atas tewasnya Serda Miskel.
Direktur Yayasan Pusaka Bentala Rakyat, Franky Samperante, menekankan bahwa jalur kekerasan tidak akan pernah mampu menuntaskan konflik di Papua. Maka, pemerhati masalah Papua itu pun meminta pemerintah dan semua pihak yang terlibat untuk segera berdialog secara damai.
"Penyelesaian masalah Papua hanya bisa dilakukan dengan cara damai, bukan kekerasan,' kata Frengky.
Kepolisian Daerah Papua pada akhir 2021 menyatakan bahwa kasus penembakan melibatkan kelompok separatis bersenjata meningkat dibanding tahun sebelumnya.
Jika pada 2020 tercatat 49 penembakan, pada 2021 naik menjadi 92 kasus. Dari total 92 kasus itu, 15 orang di antaranya anggota TNI-Polri, 18 warga sipil, dan sisanya diduga dari kelompok separatis bersenjata.