Asia Timur Bagian dari Strategi Besar Ekspansi ISIS

Untuk pertama kalinya, ISIS menampilkan militan asal Singapura dalam video propagandanya.
Opini oleh Rohan Gunaratna
2017.09.26
170925-SEA-gunaratna-620.JPG Seorang tentara di antara puing-puing dalam bangunan yang diambil alih pasukan pemerintah Filipina dalam pertempuran di sebelah selatan kota Marawi dengan kelompok militan terkait ISIS, 14 September 2017
Jeoffrey Maitem/BeritaBenar

Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sedang membangun strategi untuk ekspansi global, seiring dengan menyusutnya wilayah peperangan mereka di Irak dan Suriah.

Sebagai bagian dari strategi tersebut, pusat media ISIS, al-Hayat, mengeluarkan video propaganda pada 23 September yang menampilkan warga negara Singapura, Megat Shahdan Abdul Samad. Dalam video itu, Shahdan mendorong sesama Muslim untuk beremigrasi ke Asia Timur untuk berjihad. Video berdurasi tiga menit dan merupakan episode keempat dari seri “Inside the Caliphate” atau “Di Dalam Kekhalifahan”, mengidentifikasi Shahdan sebagai “Abu Uqayl.” Dia mengajak para militan di Asia Timur dan memanggil sesama Muslim dimanapun mereka berada untuk bergabung bersama mereka, bila tidak di Asia Timur, bisa juga di Suriah, Afghanistan, Pakistan, Yemen, Afrika Barat, atau Libya.

Sebagai antisipasi kembalinya mereka dari pertempuran di Suriah dan Irak, militan ISIS menyerukan dibangunnya pusat kekuatan mereka di kawasan dan negara asal mereka masing-masing. Ketika ISIS membangun kapabilitas mereka di Filipina yang menargetkan Asia Tenggara dan Asia wilayah timur laut, ancaman ini tidak bisa dibendung tanpa adanya kolaborasi antara pemerintah negara-negara di kedua kawasan tersebut.

Ancaman ini akan semakin berkembang kecuali adanya kerjasama antara pasukan keamanan nasional, penegak hukum dan militer di kawasan.

Dengan berkurangnya aktivitas mereka di Irak dan Suriah, ISIS sedang berfokus untuk mendirikan provinsi-provinsi di wilayah Timur Tengah, Asia, Afrika, dan Kaukasus. ISIS juga merencanakan untuk memperdalam pengaruh ideologi dan operasional mereka di kawasan Asia Tenggara dengan pembentukan divisi Asia Timur mereka di Filipina.

Strategi ISIS untuk mendestabilisasi kawasan ini adalah dengan meradikalisasi dan memilitarisasikan warga Asia Tenggara, termasuk warga Singapura. Shahdan, 39, direkrut oleh ISIS di Timur Tengah dan saat ini berada di Suriah.

Pesan Video

“Wahai para mujahidin di Asia Timur, kalian telah menaiki struktur kekhalifahan, membawa kebahagiaan bagi mereka yang beriman dan membuat murka para musuh Allah. Jazakumullahu khayran [Semoga Allah memberkatimu]. Ingatlah bahwa saat ini kalian sedang menggenggam bara yang sangat panas dan berbaris di jalan para nabi,” ujar Shahdan dalam video tersebut.

Dan demikian juga para nabi diuji, Jadi lanjutkanlah jalan ini, dan korbankanlah semua yang berharga bagi Kalian. Tunjukkan pada Allah apa yang Dia cintai dari Kalian, karena Dia telah menjanjikan salah satu dari dua hasil yang hebat - kemenangan atau shahadah (kemartiran). Jadi ini adalah kabar gembira bagimu. wahai para Muwahhid [monoteis]," tambahnya.

“Dan kepada orang-orang beriman di empat penjuru dunia, hijrah [imigrasi] dan jihad tidak akan berhenti sampai di sini saja. Bagi mereka yang takut kepada Allah, Dia pasti akan memberi mereka jalan, jadi jawablah panggilan Allah Subhanahu wa ta'ala [Yang Maha Agung dan Maha Kuasa] dan terus berbaris maju, saat berat atau ringan.

"Bergabunglah dengan barisan para mujahidin di Asia Timur, dan jadikanlah hari-hari para tentara salib menjadi kelam. Jika tidak, masuklah ke Syam, Khurasan, Yaman, Afrika Barat, atau Libya. Demi Allah, pertempuran di sana baru saja mulai menjadi intensif.”

Video dalam bahasa Inggris dirancang untuk menjangkau orang Singapura dan mereka yang berbahasa Inggris di wilayah ini.

Strategi 3.0

Pernyataan Shahdan konsisten dengan strategi 3.0-nya ISIS. Strategi 1.0 adalah untuk menciptakan basis yang kuat di pusat kekuasaan ISIS di Irak dan Suriah dan strategi 2.0 adalah untuk menciptakan provinsi-provinsi atau wilayat.

Strategi ISIS 3.0 ini bertujuan untuk memberdayakan sejumlah kelompok dan wilayat yang punya pemikiran sama, dan mendukung divisi-divisi mereka untuk menyebarkan ideologi serta memperkuat operasi mereka.

Dalam menyiapkan strategi 3.0 mereka, ISIS memanfaatkan warga negara setempat untuk merekrut orang-orang dari kampung halamannya dan lingkungan sekitarnya. Mereka dipanggil untuk menerapkan strategi besar ekspansi globalnya ISIS. Mereka mendukung konflik regional dengan memberdayakan kelompok, membentuk divisi-divisi dan menyatakan pendirian wilayat untuk melawan musuh mereka di seluruh dunia.

Pertama kali untuk Singapura

Untuk pertama kalinya, seorang warga Singapura tampil dalam propaganda ISIS. Kabar ini harus menjadi peringatan bagi kawasan ini mengenai tujuan-tujuan ISIS di masa yang akan datang.

Video propaganda ini tidak akan membuat warga Asia Tenggara gentar, tapi akan membuat mereka semakin waspada. Video itu juga akan semakin memperkuat resolusi pemerintahan negara-negara di kawasan untuk bekerja sama demi mengamankan kawasan.

Tidak seperti para pemimpin di Timur Tengah, para pemimpin di Asia Tenggara telah mengambil langkah tegas melawan ISIS. Selain itu, para menteri dalam negeri dan menteri pertahanan di kawasan ini sedang mempersiapkan kemampuan intelijen dan aksi langsung dengan kapabilitas yang diperlukan untuk menahan, mengisolasi dan menghilangkan ancaman ISIS. ISIS berkembang di daerah dengan populasi Muslim yang signifikan. Strateginya adalah dengan selalu menggunakan penduduk setempat untuk merekrut penduduk lokal dan menipu mereka untuk bergabung.

Para warga negara yang pernah melakukan perjalanan ke teater dibujuk untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan sesama warga negaranya dengan tujuan untuk memfasilitasi perjalanan mereka ke wilayah-wilayah konflik atau melakukan serangan di tempat mereka.

Singapura adalah target berharga untuk teroris-teroris yang terafiliasi dengan ISIS dan al-Qaeda. Meskipun demikian, warga Singapura dibesarkan untuk menghargai keharmonisan dan dapat menahan diri terhadap propaganda ISIS, sehingga pesan tersebut tidak memiliki daya tarik yang luas.

Orang Singapura menghargai moderasi, toleransi dan koeksistensi. Setelah memahami bahaya yang ditimbulkan ISIS di tempat lain, pemerintah dan para pemimpin masyarakat Singapura, khususnya para pemimpin Muslim, telah menanggapi ancaman tersebut dengan tegas.

Rohan Gunaratna adalah profesor Studi Keamanan di S. Rajaratnam School of International Studies at the Nanyang Technology University dan kepala International Centre for Political Violence and Terrorism Research di Singapura.

Pendapat yang diungkapkan dalam komentar ini adalah pendapat penulis dan bukan dari BeritaBenar.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.