Tradisi Mandi U-shi Untuk Usir Roh Jahat

Severianus Endi
2016.06.16
Pontianak
160616-ID-SS-1.jpg

Ratusan warga etnis Tionghoa sedang mandi tengah hari di Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat. (Severianus Endi/ BeritaBenar)

160616-ID-SS-2.jpg

Duta Wisata dan Budaya Tionghoa Kalimantan Barat ikut tradisi mandi u-shi dengan kapal motor. (Severianus Endi/ BeritaBenar)

160616-ID-SS-3.jpg

Seorang kakek dengan dua cucunya mendayung sampan menuju lokasi u-shi. (Severianus Endi/ BeritaBenar)

160616-ID-SS-4.jpg

Kue ki cang yang terbuat dari beras ketan dibungkus daun bambu. (Severianus Endi/ BeritaBenar)

160616-ID-SS-5.jpg

Lampion merupakan ornamen khas yang digantung di kapal utama, menyertai tradisi mandi u-shi. (Severianus Endi/ BeritaBenar)

160616-ID-SS-6.jpg

Dengan berperahu, peserta ritual mandi siang mendatangi kapal utama untuk mendapat kue bak cang dan ki cang. (Severianus Endi/ BeritaBenar)

160616-ID-SS-7.jpg

Untuk memeriahkan suasana, warga saling melempar plastik yang diisi air. (Severianus Endi/ BeritaBenar)

160616-ID-SS-8.jpg

Membasahi tubuh dengan hujan buatan, jika tidak ingin ikut menceburkan diri ke dalam sungai. (Severianus Endi/ BeritaBenar)

160616-ID-SS-9.jpg

Duta Wisata dan Budaya Thionghoa basah akibat kemeriahan acara yang diselingi saling lempar air dalam plastik. (Severianus Endi/ BeritaBenar)

Komunitas Tionghoa di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, punya tradisi mandi u-shi atau mandi tengah hari, yang dipercaya dapat mengusir roh jahat, menyembuhkan penyakit, dan memperpanjang usia.

Ritual ini selalu dilakukan setiap tanggal 5 bulan 5 menurut penanggalan Imlex. Tradisi yang digelar Kamis, 9 Juni, 2016 di Sungai Kapuas diikuti ratusan warga dan dikawal 3 kapal patroli milik Kepolisian Air Kalimantan Barat (Kalbar).

Anak-anak hingga dewasa membaur di tepian sungai. Ada yang langsung mencebur, mengapung dengan bantuan ban mobil, sebagian lain menaiki perahu dayung atau perahu bermotor tempel.

Sambil menjalani mandi u-shi, mereka menikmati makanan bak cang dan ki cang. Bak cang adalah beras ketan yang diisi kacang, daging babi dan jamur dibungkus daun pisang sebesar kepalan tangan orang dewasa dan diikat tali. Sedangkan ki cang, makanan dari beras ketan dibungkus daun bambu sebesar buah pinang dan diikat tali, yang dinikmati bersama gula pasir atau gula merah.

Menurut legenda, pada zaman dahulu ada seorang ksatria mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai. Ksatria itu disebut memiliki sifat setia dan berjiwa patriot, yang merasa kecewa kepada pemerintahan.

“Karena merasa gagal berjuang, dia mengorbankan diri dengan terjun ke sungai. Tradisi ini untuk mengenang sifat ksatria sekaligus mengusir roh jahat yang ada pada manusia,” kata Jesslyn, putri bergelar Meimei yang menjadi Duta Wisata dan Kebudayaan Thionghoa Kalbar.

Masyarakat sekitar sungai itu, tutur Jesslyn, khawatir ikan akan memakan jenazah sang ksatria, lalu segera membungkus nasi dengan daun – seperti bak cang dan ki cang—dan membuangnya ke sungai untuk makanan ikan dan udang, sehingga jenazah ksatria tidak diganggu.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.