Sidin Tosada, perempuan berusia lebih dari 50 tahun ini, memegang ranting pohon bea yang hidup liar di hutan Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 20 Maret 2023. Sidin, satu-satunya pengrajin yang masih aktif membuat pakaian tradisional dari kulit kayu ini, mengatakan tidak semua jenis pohon bisa digunakan untuk tujuan itu. Hanya pohon bea atau nunu (pohon beringin) yang bisa digunakan, ungkapnya. [Taufan Bustan/BenarNews]
Sidin Tosada (kanan) dibantu oleh adiknya, Elisabet Tosada, membersihkan serat luar pohon bea sebelum diproduksi menjadi kain kulit kayu untuk bahan utama pembuatan pakaian di Desa Hanggira, Poso, 27 Maret 2023. Ini merupakan proses awal dan menjadi penentu untuk mengetahui isi dalam pohon bea bisa digunakan atau tidak untuk pembuatan kain yang bertekstur seperti kertas ini. [Taufan Bustan/BenarNews]
Pengrajin Sidin Tosada menarik isi dalam pohon bea sebelum dilebarkan dengan cara dipukul menggunakan watu ike (alat pemukul batu] di Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia, Senin 27 Maret 2023. Sebelum diolah menjadi kain kulit kayu, tangkai pohon bea yang berukuran 110-130 cm diambil lalu dikeluarkan serat luarnya yang terdapat antara tulang dalam dan kulit luar. [Taufan Bustan/BenarNews]
Pengrajin Sidin Tosada memperlihatkan kulit dalam pohon bea yang sudah dilepaskan dari serat luar dan tulang dalamnya. Bagian ini akan dicuci untuk mengeluarkan getah yang melengket, setelah itu dikeringkan lalu dilebarkan dengan cara dipukul menggunakan alat pemukul batu. [Taufan Bustan/BenarNews]
Pengrajin Sidin Tosada memperlihatkan kulit dalam pohon bea yang sudah dilebarkannya dengan cara dipukul menggunakan watu ike (alat pemukul batu]) di Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 27 Maret 2023. Proses ini dilakukan hingga berulang-ulang kali sampai kulit dalam pohon bea melebar sesuai keinginan pengrajin. [Taufan Bustan/BenarNews]
Elisabet Tosada memperlihatkan watu ike (alat pemukul batu) yang menjadi peralatan penting dalam pembuatan kain kulit kayu di Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 20 Maret 2023. Proses pembuatan kain kulit kayu terbilang sederhana. Namun, watu ike, yang berbentuk kotak dengan lubang bergaris-garis yang diapit serta diikat menggunakan rotan, merupakan benda yang paling vital dalam proses pembuatan kulit kayu. [Taufan Bustan/BenarNews]
Pengrajin Sidin Tosada memperlihatkan isi dalam pohon bea yang sudah dilebarkan di Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 20 Maret 2023. Kebudayaan membuat pakaian dari kulit kayu tidak hanya dilakukan oleh masyarakat di Lembah Besoa, Desa Hanggira, namun juga masyarakat di Lembah Bada, Lembah Napu, dan Lembah Kulawi, Kabupaten Sigi, yang tidak bisa terpisahkan dari Taman Nasional Lore Lindu. Di Lembah Kulawi, pakaian kulit kayu disebut kumpe atau mbesa, di Lembah Napu disebut hampi, dan di Lembah Besoa dikenal sebagai inodo. Pembuatan kain kulit kayu biasanya dilakukan oleh kaum perempuan dan proses pembuatannya masih sangat tradisional. Pembuatannya biasa dilakukan setelah menanam padi hingga menunggu waktu panen. [Taufan Bustan/BenarNews]
Pengrajin Sidin Tosada menggantung isi dalam pohon bea yang sudah dilebarkan sebelum dikeringkan di bawah sinaran matahari di Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 20 Maret 2023. Kulit kayu ini dipotong berukuran 1 sampai 1,5 meter lalu disambung-sambungkan untuk dijadikan pakaian. Tradisi pembuatan kain kulit kayu di Sulawesi Tengah merupakan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, yang telah disahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2014. Kain kulit kayu merupakan tekstil Indonesia yang artefaknya tersebar dari Jambi hingga Papua. [Taufan Bustan/BenarNews]
Elisabet Tosada (kiri) memperlihatkan Soko (baju) sementara kakaknya Sidin Tosada memperlihatkan Wini (rok) yang dibuat dari kulit kayu di Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 20 Maret 2023. Kain kulit kayu sebagai pakaian, bisa bertahan hingga tiga tahun. Pada masa lalu, agar bertahan lama, oleh etnis Lore keturunan ras Austronesia, pakaian tidak dicuci. Mereka hanya melepas dan menggulung saja. Pakaian kulit kayu hasil karya Sidin Tosada ini sudah terjual ke sejumlah wilayah Indonesia dan beberapa negara lainnya seperti ke Jerman, Perancis, dan Belanda. Harganya bervariasi antara Rp1.500.000 hingga Rp2.000.000 tergantung ukurannya. Kain kulit kayu dibuat secara tradisional untuk beberapa jenis pakaian seperti pakaian upacara adat. [Taufan Bustan/BenarNews]
Sidin Tosada mengenakan Soko (baju) dan Wini (rok) dari kulit kayu yang dia buat dibantu adiknya, di Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 20 Maret 2023. Produksi pakaian kulit kayu ini terancam punah karena tidak adanya regenerasi pengrajin. Di Sulawesi Tengah, khusus di Poso hanya Sidin seorang yang mempertahankan peninggalan prasejarah ini karena minimnya orang yang mau belajar dan diajarkan memproduksi pakaian kulit kayu. [Taufan Bustan/BenarNews]