Tingkatkan Minat Baca Melalui Kampung Literasi
2020.02.07
Jakarta
Keprihatinan atas kurangnya budaya membaca di kalangan anak-anak yang lebih memilih untuk bermain video di HP, memicu warga di pemukiman padat penduduk Jatipulo, Jakarta Barat ini, menjadikan wilayah mereka “kampung literasi”. Bersama pejabat lokal, mereka membuat “perpustakaan” berupa kotak penyimpanan buku di beberapa gang sempit yang dihuni oleh mayoritas warga pekerja informal ini. Sejumlah mural dengan pesan untuk giat membaca juga menghiasi sudut Kampung Literasi yang resmi berjalan aktif pada Agustus 2019, demikian tokoh masyarakat, Berman Saragih, 64.
UNESCO (2012) menyebutkan minat baca di Indonesia memprihatinkan, hanya 0,001% atau hanya 1 orang yang rajin membaca dari 1000 orang Indonesia. Menurut riset World’s Most Literate Nations 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara dalam minat membaca. Ironisnya, meski minat baca buku rendah tapi data We Are Social per Januari 2017 mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam/hari.
Laporan pendidikan Badan Pusat Statistik 2018 mencatat, tingkat melek huruf untuk usia 15 tahun ke atas Indonesia naik 0.16 persen menjadi 95,66 persen. Namun angka yang cukup tinggi tersebut belum menunjukkan efek terhadap tingkat minat membaca buku. Salah satu penyebab rendah minat dan kebiasaan membaca itu karena kurangnya akses pada buku, tak terkecuali di Jakarta.
Di Kampung Literasi, seusai pulang sekolah, anak-anak membaca buku-buku yang berasal dari donasi warga dan perpustakaan Jakarta Barat sambil bermain. Namun tak jarang anak-anak terlihat bosan dengan buku-buku tersebut karena banyak dari mereka sudah membacanya berkali-kali. “Tolong koleksi bukunya ditambah,” kata Kaifa dan Bilqis, keduanya berusia 10 tahun, “sehingga kami bisa membaca buku yang tidak bisa dibeli orangtua kami.”