Kerupuk, si Renyah yang Mampu Tingkatkan Ekonomi
2020.01.17
Jakarta
Siapa yang tidak kenal kerupuk, makanan renyah yang yang hampir selalu menemani sajian menu masyarakat Indonesia.
Proses pembuatan kerupuk ternyata tidaklah singkat, memakan waktu 2 sampai 3 hari. Proses diawali dengan mencampur bumbu yang diaduk dengan sagu hingga mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Kemudian dilanjutkan dengan mencetak pada mesin untuk kemudian dikukus, dan dijemur selama 10 jam yang selanjutnya dimasukkan oven selama 6 jam untuk kemudian digoreng dua kali.
Setiap sore para pekerja di sebuah industri pembuatan kerupuk di Depok Jawa Barat ini bergantian menggoreng kerupuk dalam ruangan yang minim ventilasi, untuk membuat ruangan tetap panas, kondisi yang dibutuhkan untuk membuat puluhan ribu kerupuk mentah tetap hangat sebelum digoreng.
Sejak berdiri tahun 1974 tempat pembuatan kerupuk ini menghasilkan 30.000 kerupuk setiap hari. Sebanyak 60 orang bekerja di sini. Mereka juga mendistribusikan kerupuk ke pasar, toko kelontong, hingga rumah makan.
Setiap pekerja bisa mendapatkan Rp200.000 kotor dari mendistribusikan 500 potong kerupuk. Dalam sebulan mereka bisa mendapatkan Rp3.500.000 bersih, jumlah yang untuk mereka cukup untuk keluarga yang tetap tinggal di daerah asal.
Kementerian Perindustrian mencatat jumlah usaha kerupuk di Indonesia mencapai 259 tempat. Namun menurut Paguyuban Pengrajin Kerupuk Jabodetabek jumlah pengrajin kerupuk di Indonesia jauh lebih besar karena banyak usaha pembuatan kerupuk skala rumah dengan pekerja dibawah 10 orang hanya tercatat di Paguyuban wilayah saja.
Meski harga sebuah kerupuk ke pengecer Rp 1.000, industri ini mampu bertahan, bahkan berkontribusi pada perekonomian masyarakat.